Li Hongtian

Dalam dunia fantasi di mana para pendekar dapat membelah gunung dan sungai kecil hanya dengan melambaikan tangan mereka dan memecahkan sungai dengan tendangan, terdapat sebuah restoran kecil yang berkarakter seperti ini.													
Restoran itu tidaklah besar, namun disanalah tempat di mana orang-orang hebat akan datang.													
Di sana, kamu dapat mencicipi nasi goreng telur yang terbuat dari telur burung pheonix dan nasi darah naga.													
Di sana, kamu dapat minum arak kuat yang difermentasi dari buah jeruk dan air dari mata air kehidupan.													
Di sana, kamu dapat mencicipi daging barbercue dari hewan buas roh tertinggi tingkat sembilan bertabur lada hitam.													
Apa? Kamu ingin menculik sang koki? Hal itu tidak akan terjadi, karena ada seekor dewa hewan buas roh tingkat sepuluh, Tuan Anjing, yang berbaring di pintu masuk.													
Oh, sang koki juga memiliki asisten robot yang pernah membunuh manusia dewa tingkat sembilan dengan satu tangan dan kelompok wanita gila yang perutnya telah ditaklukkan.													

Vermillion

Seni Memasak dari Dunia Lain

OnGoingWhy

CatatoPatch

Asap hitam pekat keluar saat suara menderu bergetar melewati udara. Mereka terlihat seperti auman dari hewan buas atau hewan buas ilahi, melolong saat seluruh ruang hampa berguncang!

Satu sosok besar terbungkus asap hitam bergerak cepat di langit.

Mendekat, orang-orang akan gemetar karena bayangan raksasa itu ternyata adalah tengkorak raksasa. Mulut tengkorak itu membuka, terus mengeluarkan asap hitam yang membuatnya terbang dengan cepat melewati udara.

Di dalam salah satu rongga mata tengkorak, dua kepala terlihat.

Rambut Raja Neraka Er Ha berkibar kacau-balau ditiup angin, tetapi mulutnya terbuka lebar, berteriak dalam kegembiraan.

Putri Aulia Zi Yun juga menjulurkan kepalanya dari rongga mata. Dia menyipitkan matanya yang indah, kulitnya yang menawan bergetar seperti jeli buah yang kenyal. Hidungnya yang seperti giok mengernyit saat ujung-ujung mulutnya naik.

Penguburan Surgawi Berdarah dan Gagak Menangis Bulan Purnama