Siang harinya aku masih mengurus taman bunga ku. Aku mencium harum nya bunga mawar, lily, tulip, dan juga melati . Aku senang melihat bunga ku segar kembali dengan panas teriknya matahari. Aku pun sampai kepanasan . Tiba tiba bungaku layu dengan cepat , aku pun berusaha menyirami nya akan tetapi bunganya tetap layu dan tidak mau tumbuh. Lalu aku menyanyi kan lagu dengan suara merdu agar tumbuhan bungaku senang mendengarkan lagu ku yang ku keluarkan. " La La... La La La... La La Laa La La... ". Itu lagu kesukaan ku waktu aku masih kecil di kayangan. Aku menyanyikan lagu itu beberapa kali hinga bunga layu itu tumbuh ke atas dihiasi embun embun di kelopak bunga dan daun tersebut. Aku sangat senang melihat bunga itu tumbuh kembali seperti semula. Victor sedang jooging dan tiba tiba berhenti nendengar suara merdu yang ku nyanyikan. Victor menoleh kesana kemari untuk mencari suara merdu itu. Kemudian Victor menoleh kepada ku. Aku sedang bernyanyi kesana kemari sambil menyentuh bunga dengan riang dan bahagia hidup di sini. Victor melihat ku dengan senyum. Victor berlari dan naik ke taman bunga untuk menemuiku dengan senyum bahagia. Saat aku memetik bunga di atas pohon , tiba tiba victor di belakang ku dan menyambung laguku itu. " Hm Hm Hmmm... Hm Hm Hmm... Hm Hmmm... " Suara Victor terdengar di telinga ku. Di pikiran ku aku tidak tahu siapa yang menyambung lagu ku ? Aku masih belum yakin siapa orang nya di belakang ku. Apakah itu suara pangeran ya ?. Aku pun berbalik arah dan menoleh ke belakang. Ternyata Victor yang menyambung laguku. Saat aku mulai menoleh Victor tersenyum kepada ku.
" Selamat siang... ". Sapaan manis Victor kepadaku dengan penuh senyuman dengan tulus. Aku pun tersenyum kepadanya.
" Siang." Balas sapaan dari Victor. Kemudian aku mengajak Victor duduk di kursi panjang di pojok sebelah kanan.
" Kamu setiap hari merawat bunga ini ?". tanya Victor.
" Iya." kataku.
" Apa kau tidak lelah merawat bunga sebanyak itu ?". tanya Victor.
" Tidak , aku terbiasa dengan bunga. Dari dulu aku suka merawat bunga. Apakah kau alergi terhadap serbuk bunga ya ?" kata ku.
" I iya. Tapi hanya sedikit . " kata Victor.
" Kamu tahu darimana dengan lagu yang kau nyanyikan itu ?". Tanyaku dengan penasaran.
" Aku tidak tahu. Sepertinya aku pernah mendengar lagu ini sejak dulu. Kalau kamu kenal dengan lagu ini ?" tanya Victor.
" Aku mengenali lagu ini sejak aku masih kecil. Mendengar lagu nya aku merasa riang bergembira ". kataku.
" Waktu aku masih kecil, aku dinyanyikan lagu ini sebelum tidur oleh ibuku. Suara lagu yang di nyanyikan ibu sangat merdu. Lagu itu masih tersimpan di dalam otaku ". kata Victor.
" kelihatanya kamu berkeringat. Aku usapkan ya ". kataku dengan penuh perhatian. Sambil mengusap keringat di wajah nya Victor , ia tersenyum dan merasakan lembutnya ia mengusap muka Victor dengan pelan pelan dan wangi bunganya tangan ku saat mengusap wajah Victor di selimuti keringat. Hati Victor berbunga bunga sambil membayang kan betapa romantis nya Victor bersama aku. Victor mulai melamun sambil tersenyum sendiri. Aku petama kali melihat Victor seperti ini. Kemudian aku melihat inti fikiran Victor yang ia alami. Aku mendetail pikiranya hanya 6 detik saja. Aku pun mulai melihat sesuatu yang aneh. Aku melihat Victor sedang menari bersama aku. Bernyanyi dengan lagu yan sama. Kemudian bermain bersama dan saling bertatapan bersama. Haduh haduuuh... . Membayangakan kayak gitu aja sampai separah itu.Baru pertama kali aku melihat orang yang sedang membayangkan seseorang sampai segitunya. Aku pun bertepuk tangan sekali untuk menyadarkan Victor dari halusinasinya. Cara pertamaku tidak berhasil untuk menyadarkan Victor. Kemudian aku berjalan memetik bunga liar yang berada di lumut pepohonan dengan posisi tiduran penuh dengan lumut. Aku memetik bunga kecil yang berbau tidak sedap. seharusnya sih... aku tidak mau memetik bunga itu dengan baunya tidak sedap dan menyengat. Akhirnya Victor sadar , ia merasakan bau yang tidak sedap sambil melambaikan tangan untuk mengusir bau itu.
" Hiyuuuh... bau apa ini? . Nyengat sekali...". kata Victor sambil tidak kuat menahan baunya.
" Itu bau bunga bangkai kecil. Maaf ya aku kasihin bunga bangkai itu agar kau bisa sadar kembali". kataku dengan jujur.
" Sebenarnya kau ngalamuni apa sih ? seperi mimpi yang romantis. Hayoo...". kataku sambil tersenyum.
" Tidak, aku tidak ngakamun kok". Kata Victor sambil malu malu.
Kemudian saat aku berbincang sambil bercanda bersama Victor, Bagas melihat Victor bersamaku di taman bunga yang ku rawat. Bagas melihat ku bercanda bersama Victor sepertinya ia cemburu. Bagas pun lari meningalkan perbincangan antara Victor dengan ku. Aku melihat Bagas saat ia pergi. Perasaanku sepertinya tidak enak saat melihat Bagas.
" Bukankah itu Bagas. Apakah ia cemburu melihat Victor berbincang kepada ku?". Dugaan ku di dalam hati.
" Gilsha, kamu kenapa ?, kok kelihatan penasaran gitu! ". Tanya Victor dengan heran.
" Ga, ga pa pa kok mas Victor ". kataku dengan gelisah. Aku pun masih melihat Bagas sedang berlari kencang. Apakah Bagas cemburu melihat ku dengan Victor saat berbincangan ya?. Apa ia marah kepada ku.
" Oh iya Gilsha. Aku harus pulang dulu. Hampir senja nih". Pamit Victor kepada ku dengan senyuman tulus.
" Iya. Hati hati di jalan ya mas Victor ". kataku dengan penuh perhatian. Victor turun dari bukit taman sambil berlari lari. Kemudian Victor menoleh kepadaku sambil melambaikan tangan sambil mengucapkan sampai berjumpa nanti. Ia pergi jauh sambil melanjutkan olah raga nya. Aku pun bahagia dan pertama kali aku di temani oleh manusia tampan seperti dia. Ternyata enak ya hidup di bumi ini. Walaupun aku sering sendirian di taman ini ,aku tetap bahagia bersama bunga bunga disini.
Senja datang . Aku melihat matahari terbenam kearah barat. Suara binatang binatang buas terdengar di telinga ku dengan keras. Aku pun langsung lari menuju ke bukit yang tidak jauh dari taman bunga ku. Firasat ku merasa tidak enak. Suara mengerikan itu terdengar keras dan mulai mendekat.
Bagas naik ke taman bunga. Aku tidak tahu kenapa Bagas datang ke taman ku malam malam seperti ini. Aku mulai melihat Bagas sedang berjalan dan mengelilingi bunga bunga nan indah di taman. Ia mulai mencariku dan memangilku.
" Gilsha... Gilsha... Kau dimana...". Suara pangilan Bagas terdengar di telinga ku.
"Aku disini...". Kata ku.
Bagas pun menoleh ke arah ku dan berjalan menuju ke arah ku. Hati ku pun merasa lega. Bagas sampai ke bukit yang aku naiki.
" Gilsha, kamu kenapa kesitu? ada apa?". Tanya Bagas dengan heran.
" E... em, ga pa pa. Kamu ngapain malam malam kesini?" . Tanyaku.
" Ya... Hanya ingin berjalan jalan saja. Lagi pula aku juga belum mengantuk. Kenapa kau tidak tidur?". Kata Bagas dengan heran.
" E... aku...juga belum mengantuk". kataku dengan gugup.
Bagas melihat ku dengan tak biasa. Ia mulai curiga kepada ku karena aku malam malam ke bukit ini sendirian.
" Rumah kamu dimana?". tanya Bagas dengan perasaan ingin tahu.
Aku bingung harus menjawab bagaimana. Aku tidak mempunyai tempat tinggal dibumi ini. Kalau aku berkata jujur ia akan menyebarkan informasi ini kepada semua orang di bumi. Aku takut kalau aku berkata jujur kepadanya.
" Hey , kau tidak pa pa? sebenarnya kamu memikirkan apa?". tanya Bagas heran.
" Aku... tidak mempunyai rumah. Aku terkadang tiduran di bukit ini". Kata ku dengan berusaha jujur.
" Lalu kau sendirian disini ?". tanya Bagas.
" Aku tidak sendirian disini. Aku ditemani bersama bintang berkelap kelip, dan bulan bersinar benderang dimalam hari. Separti kata pepatah manusia, langit sebagai atap rumah ku, dan bumi sebagai lantainya. Itu kalimat kalimat yang ku ketahui di sini". jawab ku dengan spontan.
" Lalu kau siapa?. Sepertinya kau bukan orang sini ". tanya Bagas penasaran.
Aku bingung harus menjawab apa. Kalau aku menjawab yang sebenarnya ua pasti menyebarkan berita ini kepada semua orang.
" Kalau kamu tudak menceritakan sebenarnya tidak apa apa kok. Aku bukan memaksa kamu untuk menceritakan tentang rahasiamu". kata Bagas dengan jawaban mantap.
" Aku akan menceritakan sesuatu untuk mu. Ini... tentang diriku. Awalnya aku tidak mau menceritakan ini kepada manusia. Saat ku pikir pikir lagi berbohong itu menyakiti perasaan semua orang". kataku dengan terpaksa.
" Sebenarnya kau ini siapa?". tanya Bagas penasaran.
Aku mersa gugup saat ingin berbicara dengannya. Akan tetapi aku juga tidak mau menyakiti perasaan orang lain.
" Aku ini... seorang peri. Aku lahir di dunia yang berbeda dengan dunia manusia. Kayangan adalah duniaku, tempat aku dilahir kan, tempat aku di besarkan , dan tempat aku di beri kekuatan. Kalau kau mendengarkan cerita ku ini pasti kau tidak akan percaya". kataku dengan mantap. Bagas terkejut mendengar ceritaku ini. Dalam hati bagas ia tidak percaya dan tidak mungkin ada kejadian aneh yang masuk ke dalam.pikiran nya. Seperti film yang ada di televisi.
" Lalu kenapa kau bisa turun ke bumi ini?". Tanya Bagas dengan heran.
" Aku dihukum karena aku sudah melancang tuan putri. Kemudian guru ku menurunkan ku di bumi ini. Aku di bumi ini hanya 7 tahun kok. Hanya tinggal 5 tahun lagi aku akan kembali ke kayangan. Di dunia manusia sangat menyenangkan juga. Rasanya aku ingin tinggal disini selamanya". kata ku dengan jujur. Saat cerita tentang diriku, aku menoleh ke atas melihat bintang dan bulan di angkasa. Sambil membayang kan saat aku di kayangan dahulu membuat aku rindu dengan orang orang kayangan disana. Di dunia ini aku terlihat lain dan berbeda dengan manusia di bumi ini.
" Bintang dan bulan sangat indah dan serasi ya. Saat malam hari mereka selalu bersama seperti orang yang bergandeng tangan". kata kata terindah dan romantis saat Bagas membicarakan hal itu. Aku merasa tidak semangat dan gelisah. Kata kata romantis itu mengingatkan ku di kayangan. Aku teringat kata kata itu dari pembicaraan tuan putri saat aku masih kecil. Membayangkan Kejadian dulu membuat ku sedih dan ingin menangis. Aku berusaha menyimpan air mata agar Bagas tidak kepikiran karena diriku.
" Gilsha , kamu tidak pa pa? kamu mikirin apa?" . tanya bagas dengan wajah kekhawatiran. Aku pun bingung harus menjawab apa.
" Kamu masih mikirin kejadian dulu? Maafin aku ya. Seharusnya aku tidak bertanya tentang dirimu dari awal". kata Bagas dengan menyesal.
" Tidak, tidak apa apa kok. Aku hanya merindukan keluargaku". kata ku dengan gelisah.
" Gilsha , aku harus kembali ke vila ku dulu. Ini udah larut malem, lagian aku juga udah mau mengantuk. Aku pergi dulu. Selamat malam". kata Bagas sambil menyapaku dengan tersenyum.
" Selamat malam juga". Aku membalas sapaan Bagas tersebut. Bagas pun pergi meningalkan ku sendirian disini. Bagas pun menoleh kepada ku. Ia melihat ku dengan rindu. Bagas menoleh ke depan dan meneruskan perjalanan nya untuk pulang ke vilanya. Aku teringat kembali kata kata antara bingung ang dengan bulan tadi yang di ucapkan Bagas. Aku pun sambil menatap langit dengan indahnya bintang dan bulan yang bersinar terang di langit malam. Sambil menayap langit di atas aku sampai memikirkan tentang keadaan di kayangan sana. Aku harap semua akan baik baik saja.