Moderator membuka seminar dan memimpin seminar dengan suara lantang walau tanpa mic. Sesampainya disesi tanya jawab, mahasiswa disitu hanya bertanya hal-hal yang sepele membuat Dena merasa ini seminar yang asal seminar didalam pikirannya.
" Saya mau bertanya ?" tangan dena dengan langsung melambaikan ke arah moderator.
Moderator itu melihat dena dan enggan untuk berkedip dan hanya diam tanpa berkata apapun.
" Kak, saya mau tanya " Suara Dena membuyarkan keheningan diruang itu
" Ohhh iya, siapa punya nama eh... nama siapa " moderator itu terlihat canggung dan grogi.
" Saya Dena, saya mau bertanya kenapa mbak lita memilih teknik ini dan alasannya " Dena dengan berdiri membuat moderator tersebut kagum dengannya.
Mbak lita menjawab tapi asal menjawab sehingga Dena pun mengejar sampai mbak lita kalang kabut dan berkeringat dingin. Akhirnya moderator itu menengahi dan menjelaskan dengan detail dan jelas.
" Nah ini maksudnya saya mbak lita " Dena dengan suara lega dan paham.
Tiba-tiba mbak dewi mencubit lebih keras karna dari awal perdebatan Dena mengacuhkannya " Gila kamu Dena, kasian teman mbak. Awas besok gak usah ikut dah " mbak dewi sedikit marah dan malu dengan temannya.
" Biar hidup dong mbak seminarnya " Dena dengan santainya
" Hidup dengkulmu, temenku kaku tu di depan" mbak dewi melenggos.
" He he he sorry mbak " Dena mulai gak enak hati ma mbak dewi.
Ku langkahkan keluar dari kelas dan menuruni tangga sendiri. Sepertinya mbak dewi sedang meminta maaf dan merayu mbak lita biar gak marah.
" Tunggu " suara lantang dari belakang yang Dena pun udah paham dengan suara itu.
" Iya ada apa kak " Dena berhenti menuruni tangga.
" Boleh kenalan gak? " tatapan cowok itu.
Ku membalas dengan menyalami tangganya.
" Ragil "
"Dena " Dena pun menjawab dan ikut diam karna cowok yang didepannya memaku dan menatap dena seakan ingin memakannya.
" Kak... kak" Dena menggoyangkan tangganya sehingga cowok didepannya kaget.
" Maaf, siapa tadi ya? " Ragil berpura-pura tak mendengarkan untuk menyembunyikan groginya.
"Hmmm waktu seminar udah bilang dan barusan juga udah. Masak gak dengar kak" Dena melepaskan tangannya dan melanjutkan jalannya.
" Namanya manusia Den " Ragil mengikut Dena
" Itu tau hmmm" Dena menghela napas.
" Ha haha ketauan " ketawa Ragil lepas.
Dena terdiam dan mulai gugup melihat wajah ganteng Ragil dan Dena ingat dua bola mata Ragil yang jernih dan setajam mata elang. Di dalam hati Dena " Cakep juga ini cowok " pikir Dena yang udah lama menjomblo.