Induk Laba-laba

Tidak ada yang bisa terlihat dalam kegelapan gua yang pekat. Lampu energi dibutuhkan untuk menerangi jalan.

Suara deritan datang dari kedalaman gua. Di bawah terangnya lampu, banyak Laba-laba Iblis Brutal Kelabu yang dapat terlihat sedang mengawasi mereka dari segala arah, di langit-langit dan dinding batu gua, dan bahkan dari berbagai lubang di seluruh gua.

Di dalam unit itu, seekor Harimau Badai Api raksasa membuka mulutnya lebar-lebar. Pusaran api merah panas mulai berkumpul di mulutnya, membentuk bola api yang berputar dengan cepat.

Wuuush!

Bola api itu melesat keluar dan langsung menghantam Laba-laba Iblis Brutal Kelabu yang gagal melarikan diri tepat waktu. Laba-laba itu hanya bisa menangis putus asa sebelum dilalap kobaran api.

Seekor monster tingkat elit dalam sekejap dimusnahkan oleh bola api tanpa memiliki kesempatan untuk melawan.

"Tidak, ini tidak akan berhasil, kita membuang-buang energi terlalu banyak," kata seorang wanita di unit itu dengan muka masam. Wanita itu memiliki rambut sebahu yang rapi dan mengenakan baju tempur berwarna putih.

Meskipun mereka bisa dengan mudah membunuh monster tingkat elit ini dalam satu pukulan, jumlah mereka terlalu banyak. Jika setiap monster ini membutuhkan satu bola api untuk membunuhnya, Monster Pendamping mereka akan segera menghabiskan semua energi dalam tubuh mereka.

"Kita akan tetap menggunakan pertempuran jarak dekat untuk saat ini dan menghindari menggunakan serangan jarak jauh. Monster Pendamping tipe pertahanan membentuk barisan depan, Monster Pendamping tipe pendukung di pusat formasi, dan Monster Pendamping tipe penyerang mengambil posisi di sayap. Pertahankan formasi dan maju. Kita tidak boleh membiarkan kelompok lain sampai di sana terlebih dulu," kata Kapten Song dari garis belakang. Yang lain menganggukkan kepala dan dengan cepat mengatur diri mereka dalam formasi yang baru. Mereka semua adalah veteran yang bekerja dengan baik satu sama lain.

Berbaring diam-diam di bahu Kapten Song adalah tikus merah berapi dengan janggut panjang beruban. Kedua kaki depannya yang kecil bersandar di pundak pria itu dan matanya melayang-layang, mengamati sekeliling.

Tepat di depan formasi adalah Anjing Berperisai Merah, varian mutan yang memiliki pertahanan sangat tinggi dan sebuah atribut api yang tidak lengkap.

Saat mereka maju, laba-laba sering meludahkan cairan lengket untuk mencegah Anjing Berperisai Merah bergerak. Setan Bunga Berduri dari pusat formasi mengaktifkan kemampuannya, menutupi Anjing Berperisai Merah dengan lapisan tambahan baju besi berduri. Duri saling silang menyilang, membentuk perlindungan yang efektif terhadap sutra laba-laba yang datang.

Tikus Api di bahu Kapten Song meludahkan bola api, menyalakan baju besi duri.

Perisai berduri itu terbakar, tiba-tiba menjadi Perisai api sementara.

Setiap cairan putih yang bersentuhan dengannya dibakar habis, menjadi bahan bakar untuk api sebagai gantinya. Udara menjadi penuh dengan bau busuk yang tajam.

Nyala api itu sangat efektif dalam menghilangkan efek cairan lengket putih dari laba-laba. Setelah bersentuhan dengan api, cairan itu segera terbakar, kehilangan kelengketan dan daya tahannya.

Si Tikus Api belum berada di tingkat paling tingginya, karena itu ia tidak dapat membuat sebuah "daftar putih". Tapi itu tidak masalah karena Anjing Berperisai Merah sangat tahan terhadap api dan memiliki pertahanan api yang tinggi. Ini adalah teknik pertempuran yang Kapten Song dan timnya buat.

Gua itu dipenuhi dengan tikungan dan belokan yang rumit. Itu adalah gua alami yang sangat dalam.

Suara samar dari pertempuran tiba-tiba terdengar di depan mereka. Suara menempuh jarak yang jauh di gua-gua ini, yang berarti bahwa mereka masih jauh dari tujuan mereka. Ekspresi wajah Kapten Song berubah. Orang lain sampai di sana duluan!

Mereka buru-buru mempercepat langkah. Menyala dengan api saat mengenakan baju zirah sementara, Anjing Berperisai Merah menyerbu gua. Dalam waktu singkat, lingkungan di sekitar mereka tiba-tiba menjadi terang. Sebuah gua besar, beberapa kali lebih besar dari gua-gua yang pernah mereka temui sebelumnya, muncul di depan mata mereka.

Di bagian terdalam gua, seekor induk laba-laba yang besar bisa terlihat berbaring di tanah. Laba-laba itu terlihat sangat bengkak dan tubuhnya ditutupi dengan sejumlah besar zat lengket putih, seolah-olah terbungkus oleh gelembung putih.

Hanya kakinya yang tebal yang mencuat keluar dari gelembung, memperlihatkan cakar bersisik di ujung setiap kakinya dengan bulu tajam yang membumbung ke atas.

Di dalam gua, banyak Monster Pendamping sedang mengelilingi dan menyerang induk laba-laba itu. Bilah-bilah api, es, dan angin terbang di udara, tetapi semua serangan mendarat di gelembung putih itu dan lenyap seperti batu yang jatuh ke laut yang dalam, hanya menghilang dari pandangan. Tampaknya tidak ada efek apa pun.

Melihat serangan yang datang, si induk laba-laba hanya berbaring tak bergerak tanpa mengeluarkan suara. Matanya yang gelap dan kuning itu menatap dingin dan acuh tak acuh. Hanya ketika sebuah serangan akan mendarat di dekat mata atau wajahnya, ia bereaksi dengan menghasilkan lapisan kristal dari bola matanya untuk melindungi matanya.

Kapten Song merasa bahwa tatapan mata monster tersebut tidaklah asing, seolah-olah dia pernah melihatnya di suatu tempat sebelumnya.

"Induk laba-laba itu tidak memiliki banyak kekuatan serangan. Jangan tertipu oleh ukurannya yang besar. Induk laba-laba digunakan untuk menghasilkan laba-laba muda. Kekuatan tempur dari monster itu yang sebenarnya adalah yang terlemah di antara laba-laba di tingkatnya!" teriak seseorang, memanggil semua orang yang ada disana untuk mengerahkan seluruh kemampuannya guna membunuh laba-laba itu.

"Selama kita semua bekerja sama, kita pasti bisa membunuh induk laba-laba itu! Ketika kita sudah membunuhnya, kita akan membagi hasil berdasarkan tingkat kerusakan yang ditimbulkan padanya," Liu Senlin angkat bicara.

"Baiklah." Mendengar hal ini, banyak dari mereka yang memerintahkan Monster Pendamping mereka untuk meningkatkan kecepatan serangan.

Si induk laba-laba tidak menyerang balik. Laba-laba itu dalam kondisi yang aneh, kemungkinan besar bersiap untuk melahirkan anak mudanya. Tapi itu tidak masalah. Mereka akan memanfaatkan kesempatan ini guna menyerang induk laba-laba itu dalam keadaan terlemahnya.

Jeda antara setiap serangan menjadi lebih singkat dan singkat dan gelembung putih yang menutupi induk laba-laba itu secara bertahap terhempas. Beberapa serangan berhasil mendarat di tubuhnya, menyebabkan luka menganga yang mengeluarkan cairan berwarna kuning gelap.

Melihat induk laba-laba yang terluka, sekelompok orang di sana bersemangat, memerintahkan Monster Pendamping mereka untuk terus menyerang. Mereka sendiri mundur, menghindari medan perang.

Belalang Iblis Giok Bersayap Empat maju ke depan, meninggalkan bayangan di belakang mereka. Belalang itu menarik dua tangannya yang berbilah ke dalam, membentuk salib.

Jlebb

Bahkan setelah mengangkat lapisan kristal untuk melindungi matanya, lapisan dari induk tersebut dengan mudah dipotong oleh pisau giok hijau Belalang Iblis.

Potongan-potongan lapisan kristal tersebar di udara dan jatuh dari atas seperti hujan.

Skiiiit!!!!

Si induk laba-laba kehilangan sikap tenangnya. Mata kuning gelapnya tiba-tiba menyala, menatap tajam ke arah manusia dengan tatapan tajam keemasan. Pekikannya yang tajam bergema di sekeliling gua.

Beberapa Pelatih Monster berlutut, dengan susah payah menutupi telinga mereka. Darah merembes dari sela-sela jari mereka.

Ssss!!!

Suara angin yang menderu bisa terdengar ketika salah satu kaki laba-laba yang tebal itu tiba-tiba ditarik dari tanah.

Di udara, Belalang Iblis Giok Bersayap Empat dengan putus asa mengepakkan sayapnya dan memutar tubuhnya, menghindari kaki laba-laba yang menusuknya seperti tombak raksasa. Kaki laba-laba itu dengan mudah menembus lapisan batu, seolah-olah memotong mentega.

Sebuah suara hirupan napas yang dalam terdengar bergema di seluruh gua. Sang induk yang terbaring dalam gelembung busa perlahan bangkit dan meregangkan anggota tubuhnya.

Masing-masing anggota tubuhnya memiliki panjang lebih dari sepuluh meter, seperti tombak panjang yang menempel di tanah, menyebabkan tanah retak dan terbelah.

Kaki laba-laba Kelabu itu juga ditutupi dengan bulu-bulu tajam yang mengait ke atas. Bagian mulutnya sebesar meja, dan tampak seperti bunga krisan yang sedang mekar. Mulutnya membuka dan menutup, mengeluarkan bau busuk ke udara.

Ukurannya yang besar dan penampilannya yang garang membuatnya terlihat seperti predator yang mematikan.

Siapa bilang induk laba-laba itu memiliki kekuatan tempur yang lemah?

Semua orang di gua itu diam-diam mengutuk.

Kita tertipu! Misi ini adalah perangkap yang besar, dan kita semua telah terjebak!

Kapten Song akhirnya ingat mengapa sorot mata ibu induk itu tidak asing. Mereka memiliki mata yang sama dengan yang dimiliki Penguasa Hutan Bara Kegelapan. Mata seseorang yang tinggi di atas segalanya, memandang rendah pada semua monster pendamping level rendah!

Di bagian bawah dari induk tersebut, terdapat sebuah cela dan lingkaran cahaya secara perlahan berputar. Dibandingkan dengan halo Penguasa Hutan Bara Kegelapan, yang dimiliki induk laba-laba ini hanya sepersepuluh dari Penguasa Hutan Bara Kegelapan, dan terlihat sangat bercela.

Ini adalah monster di puncak tingkat komandan, yang sedang berada di tengah-tengah evolusi!

Jelas bagi mereka bahwa mereka telah mengganggu proses evolusi monster ini. Bahkan orang bodoh pun tahu keganasan seperti apa hasil dari kemarahan yang mereka timbulkan.

"Lari!" Liu Senlin dengan cepat mengambil kesimpulan seperti itu. Dia segera memanggil Belalang Iblis Giok Bersayap Empat miliknya. Pria itu naik ke atas punggung Monster Pendampingnya dan melarikan diri.