Menantang Belalang Daun Mati

Da Zi merangkak ke sangkar logam besar itu.

Belalang Daun Mati yang sedang beristirahat dengan tenang di kandang logam itu mulai menggerakkan tubuhnya dengan gelisah.

Belalang itu bergerak beberapa langkah ke kiri. Mata si Belalang Daun Mati terus bergerak mengikuti gerakan Da Zi. Cakarnya yang menempel pada kawat baja meningkatkan cengkeramannya sedikit, dan sayapnya bergetar karena gelisah.

"Da Zi, buat belalang itu marah," kata Gao Peng pada Da Zi sebagai pengingat di benaknya melalui kontrak darah.

Da Zi mengangguk dengan hati-hati dan berdiri.

Banyak cakar yang bergerak-gerak masuk dan keluar saat tubuhnya bergerak seperti gelombang. Da Zi tampak seperti rumput laut di dasar lautan, bergoyang-goyang di sepanjang ombak.

Siswa-siswa lain di luar kandang yang melihat gerakan luar biasa Da Zi di dalam kurungan, terkejut karena takjub. .

"Ya Tuhan, jenius sekali!" seorang anak gemuk berbicara sambil menatap dengan kagum.

"Wow, apa-apaan ini?" anak muda lain mencubit lengannya.

Instruktur Zhang, yang wajahnya selalu tanpa ekspresi, bergerak sedikit sebelum dia diam-diam berbalik.

Belalang Daun Mati itu yang mencengkram kawat logam berhenti sebentar dan menatap kelabang dengan perilaku aneh itu, kebingungan. Setelah ragu-ragu sejenak, kedua sayap di punggungnya melebar keluar dengan kasar, dan bayangan keabu-abuan menghantam ke bawah dengan cepat.

Kakinya yang runcing menebas seperti sabit dengan ujung gergaji. Gerakan kecepatan yang tinggi dikombinasikan dengan gigi gergaji yang dibuat sebagai senjata yang menakutkan.

Persis seperti gergaji, begitu sesuatu atau seseorang tergores, kulit dan dagingnya akan terkoyak, luka-lukanya akan tampak mengerikan.

Hampir pada saat yang sama, Da Zi yang berdiri menyerang maju. Belalang Daun Mati itu bergerak cepat. Belalang itu menghindari serangan yang berjarak setengah tubuh, dan cakarnya menangkap celah antara cangkang belakang Da Zi. Seseorang bisa dianggap benar saat menyebutnya kebetulan. Namun, pada akhirnya, kekuatan seseorang masih merupakan faktor penting dalam hal ini.

Jika kekuatan serangan dari Belalang Daun Mati sedikit saja lebih kuat, maka belalang itu akan mampu mengiris Da Zi menjadi dua bagian.

Bagaimanapun juga, celahnya adalah kunci sendi di tubuh Da Zi.

Kekuatan serangan Belalang Daun Mati itu menyebabkan tubuh Da Zi, terseok-seok ke belakang, hampir membuat Da Zi jungkir balik.

Belalang Daun Mati itu hampir sepanjang Da Zi ukurannya. Ukuran panjangnya hampir mencapai 10 kaki. Akan tetapi, Belalang itu setidaknya satu ukuran lebih besar daripada ukuran tubuh Da Zi.

Dalam hal kekuatan murni, Da Zi tidak mempunyai keunggulan. Tiba-tiba, dalam keadaan kesurupan, Da Zi menjerit memekakkan telinga, membalik tubuhnya, dan mengait ke depan saat terbalik di udara. Da Zi bergerak dan berbelok 180 derajat.

Kemudian dengan memelintir tubuhnya, kelabang itu mendarat di belakang Belalang Daun Mati itu. Belalang Daun Mati itu hanya bisa terbang sebentar. Sekarang dengan Da Zi ada di punggungnya, belalang itu langsung jatuh di atas tanah.

Kedua monster itu bergumul dan berputar, berguling ke kiri dan ke kanan di tanah.

Meskipun posturnya sedikit tidak enak dipandang, itu memang bagaimana caran kelabang memburu makanan. Seluruh tubuhnya akan membungkus tubuh musuhnya seperti ular dan menyuntikkan racun.

Tentu saja, karena ukuran Da Zi, capitan mulutnya yang seukuran gunting besar juga sudah cukup mematikan.

Da Zi menyuntikkan racun. Belalang Daun Mati itu tampaknya menjadi lebih lemah. Gao Peng tidak punya pilihan lain selain memanggil Da Zi.

Jika terus menyuntikkan racun, maka Belalang Daun Mati ini pasti akan mati. Siswa lain tidak akan lagi memiliki target latihan.

Tidak seharusnya pelatihan ini berjalan seperti itu. Namun, racun Da Zi memang luar biasa. Biasanya, monster tipe terbang tidak mempunyai kemampuan bertahan yang baik.

Biasanya.

Hal ini karena bagi seekor monster supaya bisa terbang, tubuhnya tidak bisa gemuk ataupun tebal. Tubuh monster itu harus ringan dan fleksibel.

Da Zi keluar dari kurungan itu dan tubuh Belalang Daun Mati itu terlihat sedikit ungu. Belalang itu berbaring lemah di tanah.

[Nama Monster]: Belalang Daun Mati

[Kondisi Monster]: Terluka sedang (Terkena racun)

Saat Da Zi keluar, siswa yang lain mengajukan diri untuk bertarung berikutnya. Kesempatan untuk mengalahkan musuh yang lemah akhirnya datang!

Pelatihan biasanya berjalan seperti ini. Da Zi akan memimpin dan melemahkan monster latih tanding terlebih dahulu, lalu mereka akan bergiliran dan merundung monster yang setengah mati itu.

Si Ayam Naga berjalan ke kurungan dengan sikap yang arogan dan bertingkah seperti seorang bos. Ayam itu maju satu langkah ke depan dengan kakinya yang panjang, lalu satu lagi sebelum berhenti. Ayam itu berlagak sombong dan melihat ke kiri dan ke kanan.

Ayam itu kemudian menatap Belalang Daun Mati terluka yang tidak ingin bergerak itu. Kilatan muncul di mata si Ayam Naga. Bukankah belalang itu makanan favoritnya?

Meskipun sedikit lebih besar, penampilannya yang menyedihkan memicu keinginan ayam itu untuk merundungnya. Ayam Naga itu bergegas menyerang maju. Ia mematuk terus-menerus si Belalang Daun Mati itu sampai sekujur tubuhnya ditutupi dengan luka-luka.

Saat pelatihan sore berakhir, Instruktur Zhang memanggil semua orang. "Di antara kalian berlima, siapa yang di tahun senior?"

Si pemilik Ayam Naga mengangkat tangannya.

"Baiklah, siswa senior akan tetap tinggal. Siswa tahun kedua dapat kembali lebih dulu," kata Instruktur Zhang.

Sisa siswa tahun kedua kemudian pergi secara berurutan.

"Apakah ada sesuatu yang kamu butuhkan?" Instruktur Zhang memandang Gao Peng dengan bingung.

Gao Peng tersenyum sopan dan bertanya, "Instruktur Zhang, apakah mereka tinggal untuk masalah tentang Ujian Masuk Perguruan Tinggi?"

Instruktur Zhang terbengong sebentar dan berkata, "Ya." Dia menatap lekat Gao Peng dan Da Zi dan kemudian mengangguk. "Kalau begitu kamu tinggal juga."

Kadet pelatih monster di tahun senior mereka berjumlah lebih dari 600 orang. Mereka semua membentuk sebuah kotak besar dan mengatur diri menjadi banyak barisan.

Setiap orang memiliki monster pendamping mereka yang berdiri di samping mereka, jadi jarak antar masing-masing orang agak besar.

"Di antara kalian semua, beberapa berada di tahun-tahun senior dan beberapa berada di tahun kedua," kata Kepala Instruktur Chen sambil berdiri di atas platform batu dengan kedua tangannya di belakang, mengintip ke arah kelompok siswa.

"Ini akan menjadi saatnya untuk Ujian Masuk untuk Perguruan Tinggi dalam dua bulan ke depan! Waktu tidak menunggu siapapun. Hasil dari dua bulan terakhir pelatihan akan secara signifikan mempengaruhi dan bahkan menentukan hasil akhir kalian." Kepala Instruktur Chen berkata dengan keras. "Jangan berpikir bahwa hasil yang baik tidak berguna. Semua kelompok besar, militer, dan pemerintah akan memberikan undangan kepada semua kadet pelatih monster dengan nilai yang sangat baik. Meskipun mengatakannya seperti ini mungkin terdengar sedikit kotor, itu adalah kenyataannya. Lagi pula, bahkan jika kalian tidak tertarik untuk bergabung dengan suatu kelompok atau klan, tidak ada yang salah dengan membuat diri kalian lebih kuat."

Uang, Jabatan, dan kekuasaan. Itulah hal-hal yang dikejar orang sejak jaman dahulu. Tentu saja, seseorang tidak dapat menyangkal keberadaan para fanatik yang hanya percaya pada kekuatan, tetapi orang-orang ini hanya minoritas.

Kepala Instruktur Chen tampak agak pasrah. Sebenarnya, dia tidak ingin menggunakan alasan utilitarian seperti itu untuk memotivasi para siswa ini, tetapi dia tidak punya pilihan lain. Memberi mereka cerita penyemangat untuk jiwa akan menjadi kontraproduktif.

Gao Peng tiba-tiba teringat Grup Langit Selatan milik kakeknya. Kakeknya selalu sangat keras kepala, dan ibunya juga mewarisi sifat dan kepribadian kakeknya. Jadi hubungan antara ayah dan anak itu sangat kaku.

Ibunya tidak pernah menerima apa pun dari kakeknya. Dia hanya sesekali membawa keluarganya untuk mengunjungi kakek selama musim perayaan tahun baru.

Juga tidak ada cara bagi Gao Peng untuk berhubungan dengan para petinggi di Grup Langit Selatan dengan identitasnya. Tapi jika memikirkannya dengan serius, kelompok itu mungkin sudah berganti pemilik.

Gao Peng tidak benar-benar merasakan emosi seperti kesedihan, penyesalan, atau simpati karena hal-hal itu tidak pernah benar-benar menjadi miliknya. Ini juga terkait dengan ajaran dari orang tuanya ketika dia masih muda.

Jika ada emosi yang terlibat, itu akan menjadi perasaan melankolis yang dia miliki untuk kakeknya, yang kehidupan atau status kematiannya tidak diketahui olehnya ketika dia sendirian.

Gao Peng tiba-tiba memiliki ide yang menarik. Mungkin di masa depan, ia akan bergabung dengan pemerintah. Bergabung dengan Pemerintah Aliansi Dunia mungkin lebih baik daripada bergabung dengan kelompok-kelompok swasta itu. Setidaknya dia tidak akan memiliki ilusi melayani orang tertentu.

Itu semua adalah hal di masa depan. Bahkan jika dia ingin bergabung dengan pemerintah, dia harus menunggu sampai dia cukup kuat sehingga dia tidak hanya menjadi pion orang lain.