Keahlian Baru Terungkap

Sebuah rapat yang, menurut pendapat Pei Ge, diadakan untuk waktu yang lama akhirnya berakhir. Tepat ketika dia, yang duduk di dekat pintu keluar dari ruang rapat, hendak bangkit dari kursinya dan pergi, Kakak Li meraih pergelangan tangannya.

"Kita harus menunggu CEO pergi dahulu." Kakak Li mengerutkan dahi. Pei Ge biasanya adalah seseorang yang dia sangat puas dengan efisiensi dan kemampuannya menghasilkan karya berkualitas tinggi. Namun, untuk beberapa alasan yang tidak diketahui, wanita muda ini akan menjadi ceroboh setiap kali berkaitan dengan CEO.

"Maafkan aku, Kakak Li. Aku lupa akan hal itu sejenak tadi," Pei Ge segera meminta maaf, sambil menundukkan kepalanya ketika melihat Kakak Li mengerutkan dahi.

"Baiklah, tolong lebih memperhatikan hal ini lain kali." Melihat Pei Ge begitu menyesal, Kakak Li merasa puas.

"Ya." Pei Ge menganggukkan kepalanya dengan patuh sambil mencatat alasan lainnya untuk membalas dendam terhadap CEO yang satu itu di dalam hatinya.

Baru ketika hampir semua orang pergi, Kakak Li dan Pei Ge meninggalkan ruang rapat.

Begitu dia kembali ke kantor, Pei Ge akhirnya bisa merasa santai. Meskipun dia tidak lagi panik seperti saat pertama kali dia melihat CEO tersebut, dia masih tidak mau sering-sering melihat pria yang menjengkelkan itu.

Ini menjadi masalah khususnya sejak pria itu menegurnya dalam rapat hari ini! Memikirkan bahwa Pei Ge bahkan pernah 'menyelamatkannya' hanya beberapa hari yang lalu… Betapa menyebalkannya dia, memang!

Pei Ge duduk di kursinya dengan marah, kemarahannya semakin meningkat saat dia memikirkan hal ini.

"Ge Ge, apakah kamu mencatat risalah rapat?" Setelah melihat bahwa Pei Ge, yang baru saja kembali dari rapat, sedang tidak senang akan sesuatu hal, Pan Xinlei dengan cepat mengalihkan perhatiannya dengan menanyakan pertanyaan ini.

"Ya, aku mencatat semuanya." Pei Ge kembali sadar dan dengan cepat menyerahkan buku kecil yang berisi risalah rapat kepada Pan Xinlei sambil tersenyum. "Kakak Xinlei, ini dia."

Begitu Pan Xinlei menerima buku itu dan berterima kasih kepada Pei Ge sambil tersenyum, dia segera membukanya. Setelah melihat isinya, dia merasa cukup terkejut.

Dia baru menyadari sekarang bahwa Pei Ge sesungguhnya memiliki tulisan tangan yang indah, yang sama sekali tidak sesuai dengan penampilannya.

Hal yang paling mengejutkan di sini adalah tidak hanya catatan itu tertulis dengan indah, tetapi juga sangat jelas dan ringkas.

"Kamu sangat bagus dalam hal ini Ge Ge. Apakah kamu berspesialisasi dalam membuat risalah rapat?"

Mendengar perkataan Pan Xinlei, Pei Ge menggelengkan kepalanya dalam kebingungan. "Tidak."

Di masa lalu, bagaimana dia bisa melakukan pekerjaan 'kelas tinggi' seperti itu? Pekerjaan yang dia miliki di perusahaan sebelumnya hanya terdiri dari melakukan pekerjaan administrasi dan penyandian dokumen.

"Risalah rapatmu dikerjakan dengan sangat baik sehingga aku ingin membawamu ke setiap rapat," Pan Xinlei memuji Pei Ge dengan tulus.

"Benarkah? Bisakah aku melihatnya juga?"

Karenanya, sebuah buku yang hanya mencatat beberapa halaman risalah rapat dijalankan di seluruh kantor Departemen Periklanan.

"Risalah rapat yang dibuat Ge Ge benar-benar berkualitas tinggi."

"Memang benar. Aku juga ingin membawa Ge Ge ikut serta pada rapatku lain kali."

….

Mendengar semua pujian dari para rekan kerjanya, Pei Ge hanya bisa melihat mereka dalam kebingungan.

Hah? Dia hanya mencatat inti dari diskusi rapat sesuai instruksi … Apakah mereka benar-benar harus memuji dia seperti ini?

Namun, ketika bahkan Kepala Departemen Periklanan Li Qin juga bergabung dengan kerumunan orang untuk melihat risalah rapatnya, Pei Ge menjadi tahu bahwa mencatat hasil rapat dengan baik juga dianggap sebagai suatu keterampilan.

"Ge Ge, selama ada rapat perusahaan, kamu akan menemaniku untuk mencatat risalah rapat." Kakak Li tersenyum kepada Pei Ge dengan ekspresi yang sepertinya mengatakan: "Nona muda, aku berharap banyak darimu."

Ketika dia menerima perintah ini, untuk beberapa saat, Pei Ge tidak yakin apakah dia harus merayakannya atau malah berduka karenanya.

Meskipun adalah hal yang baik untuk mendapatkan perhatian para atasan perusahaan, setiap kali dia berpikir akan melihat pria menjengkelkan itu di setiap pertemuan, Pei Ge sama sekali tidak dapat menemukan kebahagiaan dalam hak istimewa ini.

Dengan masalah yang saling bertentangan di benaknya sepanjang hari, dengan segera sudah waktunya untuk pulang kerja.

Pei Ge selesai mengepak barang-barangnya dan meninggalkan kantor bersama rekan-rekannya.

Karena Liu Yue tidak datang ke kantor Departemen Periklanan untuk menjemputnya, sebaliknya Pei Ge yang pergi ke kantor Departemen Perencanaan untuk menghampiri Liu Yue.

"Xiaoyue, apakah kamu belum menyelesaikan pekerjaanmu?" Pei Ge mengajukan pertanyaan ini begitu dia melihat bahwa di kantor Departemen Perencanaan hanya ada Liu Yue, yang saat ini menghadapi komputernya.

Mendengar suara Pei Ge, Liu Yue dengan cepat mengangkat kepalanya. Kemudian dia menggelengkan kepalanya dengan wajah menangis dan mengeluh, "Aku belum selesai! Pekerjaanku sebenarnya sudah selesai, tetapi rekan-rekanku yang tidak memiliki hati nurani ini melemparkan banyak dokumen kepadaku tepat ketika aku akan pulang."

Melihat dokumen yang menggunung di meja Liu Yue, Pei Ge mengerjapkan matanya dan menatap Liu Yue dengan iba. "Itu cukup banyak. Apakah kamu harus bekerja lembur hari ini?"

"Jika kamu bekerja lembur, maka aku akan pergi lebih dahulu," namun, sebelum dia bisa mengatakan kalimat ini, kata-kata Liu Yue selanjutnya menghentikannya.

"Ge Ge, aku tahu kamu bekerja dengan sangat efisien. Bisakah kamu bantu aku dengan sebagian ini? Tolong, tolong, tolong! Tolonglah cantik?" Liu Yue dengan tulus memandang Pei Ge sambil bersikap manja.

Ini adalah pertama kalinya seseorang bersikap manja terhadap Pei Ge. Melihat penampilan lucu Liu Yue, Pei Ge tertawa terbahak-bahak.

"Huh … Oke. Aku akan membantumu melakukan beberapa hal di sampingmu." Pei Ge tersenyum pada Liu Yue sambil bergumam di dalam hatinya, rasanya menyenangkan ketika seseorang bersikap manja kepadaku.

"Eh, itu … Ge Ge, bisakah kamu melakukan pekerjaan itu di ruanganmu?" Liu Yue meminta sambil mengedipkan matanya, malu.

"Hm?" Pei Ge menatap Liu Yue dengan bingung, tidak yakin mengapa perlu seperti itu.

"Tidak ada pilihan. Komputer di kantor kita semuanya dilindungi kata sandi. Orang yang duduk di sebelahku adalah Virgo. Dia cerewet tentang segalanya. Jika dia mengetahui bahwa seseorang telah menyentuh komputernya …" Liu Yue menarik bibirnya ketika dia melihat Pei Ge, wajahnya dipenuhi dengan ekspresi 'Kamu mengerti, kan?'.

Pei Ge mengangguk mengerti dan tersenyum, "Baiklah. Kurasa aku akan membantumu menyelesaikannya di ruanganku."

"Yay! Kamu benar-benar yang terbaik, Ge Ge!" Liu Yue berkata dengan suara manis sambil melompat berdiri dan dengan senang hati memeluk Pei Ge.

Sejujurnya, sejak dia masih muda, meskipun dia punya banyak teman, satu-satunya orang yang dia anggap sangat dekat dengannya adalah Tang Xiaoyu.

Dan di antara banyak teman yang dimilikinya, Liu Yue adalah yang pertama kali memiliki kepribadian yang manja. Dengan tubuh mungilnya, penampilan imut-imut, dan suara manis, cara dia bersikap manja terhadapnya memberi Pei Ge perasaan yang menarik. Rasanya seolah-olah seperti dia tiba-tiba mendapatkan seorang adik perempuan yang perlu dia rawat.

"Cukup sebanyak ini saja. Awalnya ini adalah pekerjaanku; Aku tidak bisa membiarkanmu membantuku terlalu banyak." Liu Yue dengan malu-malu mengambil sepertiga dokumen dari mejanya dan menyerahkannya kepada Pei Ge.

Pei Ge menerima berkas-berkas dari Liu Yue tanpa keluhan. "Baiklah, aku akan datang mencarimu ketika aku sudah selesai dengan mengerjakannya."

"Terima kasih!" Liu Yue menyeringai dan berkata dengan penuh terima kasih kepada Pei Ge, "Aku akan mentraktirmu makan hotpot setelah bekerja!"

"Baiklah!" Pei Ge setuju dengan gembira dan meninggalkan kantor.

Sambil menempatkan tumpukan dokumen di mejanya, Pei Ge menyalakan komputer, menggerakkan pergelangan tangan dan lehernya, dan mulai menangani berkas-berkas yang ada di tangannya.

….

Teet!

"Ambilkan aku secangkir kopi." Ji Ziming menekan tombol dan memerintahkan ini melalui interkom.

Namun, dia tidak menerima respons bahkan setelah beberapa lama. Ji Ziming mengerutkan dahi dengan tidak senang dan bangkit dari kursi putar.

Mengambil langkah besar keluar dari kantor CEO, dia melihat bahwa tidak ada seorang pun di kantor sekretaris tepat di luar pintunya.

Melihat ini, wajah Ji Ziming yang awalnya tampan dan dingin berubah menjadi lebih dingin. Ketika dia hendak mengeluarkan ponselnya untuk menelepon, samar-samar dia ingat bahwa sekretarisnya sepertinya memasuki kantornya untuk menanyakan apakah dia bisa pulang kerja lebih awal. Karena Ji Ziming sibuk dan asyik dengan pekerjaannya, dengan santai dia mengayunkan tangannya ke arah sekretarisnya.

Memikirkan hal ini, ketidaksenangan di mata Ji Ziming menghilang sedikit, meskipun ia tetap tidak senang tentang hal itu.

Tanpa sekretaris untuk diperintahkan, Ji Ziming yang tak berdaya bergerak untuk membuat secangkir kopi untuk dirinya sendiri di dapur, namun….

"Sial!" Ji Ziming menatap pintu yang terkunci rapat ke dapur pribadinya dan memicingkan matanya dengan tidak senang.

Setelah mencari-cari dan tidak menemukan kunci dapurnya, Ji Ziming hanya bisa menuju ke pantri umum di lantai bawah untuk membuat kopinya.

Masuk ke dalam lift, dengan cepat ia mencapai lantai yang biasa mempunyai pantri umum.

Ding! Pintu lift terbuka dan Ji Ziming berjalan keluar dari lift.

"… He he! Memang …" Tepat ketika Ji Ziming mencapai pintu masuk pantri, dia mendengar seorang wanita berbicara dan tertawa melalui telepon.

Ji Ziming sama sekali tidak bereaksi terhadap hal ini, tetapi ketika dia hendak mendorong pintu ganda pantri hingga terbuka dan masuk, dia mendengar …

"Asisten dari Departemen Periklanan itu benar-benar bodoh. Setiap kali aku tidak ingin melakukan semua tugas-tugas sepele itu, aku akan melemparkannya padanya. Ha ha ha!"

  1. Sajian serba rebus dari China yang segar dan sehat. Hot pot menjadi salah satu sajian restoran self-cook. Hot pot adalah salah satu menu terpopuler di China. Berupa panci berisi kaldu yang direbus di tengah meja.