Aku Hamil?!

Setelah dengan berhati-hati datang untuk bekerja dalam kesusahan untuk sementara waktu, Pei Ge mendapati Ji Ziming tidak datang ke perusahaan selama beberapa hari terakhir ini.

Melihat ini, Pei Ge menjadi lebih yakin bahwa dia sudah berpikir terlalu jauh.

Aku begitu cerdas, bagaimana mungkin Ji Ziming, orang yang menjengkelkan itu, tahu bahwa aku ada tepat di depan matanya?!

"Hm, hm, hm!" Pei Ge melangkah ringan ke ruang kantor dalam suasana ceria sambil menyenandungkan nada dengan lembut. Dengan senyum lebar di wajahnya, dia duduk di depan komputer di atas mejanya dan mulai bekerja.

"Pei Ge, apa yang membuatmu sangat gembira hari ini?" seorang rekan yang duduk di dekatnya bersenda gurau setelah melihat suasana hatinya yang gembira.

"Tidak ada! Aku hanya merasa baik hari ini!" Pei Ge menjawab dengan menyeringai.

"Begitukah? Dan kukira kamu begitu gelisah dan sedih beberapa hari terakhir ini." Rekan perempuan itu terus menggodanya.

Pei Ge mengedipkan matanya dan berkata," Kamu pasti salah melihat!"

Pei Ge melewati pagi ini dengan suasana hati yang optimis.

Saat makan siang, sebagai ganti dari bersembunyi di kantor untuk makan siang, Pei Ge menerima undangan rekan-rekannya untuk makan di kantin untuk pertama kalinya dalam beberapa hari terakhir.

Dia bergabung dengan rombongan dan mengikuti rekan-rekan yang dekat dengannya ke kantin.

"Wow! Ikan asam manis itu terlihat sangat lezat!"

Beberapa dari mereka mengambil makan siang mereka di tengah lelucon dan tawa, dan kemudian dengan cepat mereka menemukan meja panjang dan kosong untuk ditempati.

"Pei Ge, kamu mau mencoba ikan asam manisku?" seorang rekan wanita, yang sudah memesan makanan itu, menawari Pei Ge sambil tersenyum.

Mengamati ikan asam manis yang terlihat lezat, Pei Ge menganggukkan kepalanya dan mengulurkan sumpitnya untuk mengambil satu potong.

Namun, tepat ketika dia mengangkat ikan itu ke mulutnya dan hendak memakannya….

Hoek! Entah mengapa, Pei Ge merasa mual.

"Pei Ge, apakah kamu baik-baik saja?!"

Beberapa rekan wanita yang duduk di sekitar Pei Ge melihat dengan khawatir.

Pei Ge meletakkan sumpitnya dan menggelengkan kepalanya setelah minum beberapa teguk penuh air.

"Aku baik-baik saja."

"Bagaimana kamu bisa baik-baik saja? Kamu jelas-jelas tidak terlihat baik bagi kami semua."

"Ya, ya! Kamu hampir membuat kami semua takut setengah mati!"

"Sungguh aku baik-baik saja," Pei Ge meyakinkan rekan-rekannya dengan sebuah senyuman ketika dia melihat kekhawatiran di wajah mereka.

"Lalu, mengapa kamu seperti itu tadi?" Semua rekan-rekannya yang lain melihat dengan tidak percaya.

Pei Ge benar-benar merasa tak berdaya sekarang. Dia sendiri tidak tahu mengapa tiba-tiba dia merasa mual padahal dia tak merasa tidak nyaman sama sekali.

"Ah!' Seorang rekan wanita menutup mulutnya dengan telapak tangan dan melihat Pei Ge dengan terkejut.

"Mengapa kamu menjerit?"

"Apa yang salah?"

Semua orang, termasuk Pei Ge yang sedang kebingungan, memusatkan perhatian pada satu rekan wanita yang baru saja menjerit.

"Pei Ge, apakah mungkin kamu hamil?!"

Pada saat kata-kata ini diucapkan, meja itu menjadi hening karena semua orang memandang Pei Ge.

"… Ha - hamil?!" Pei Ge menarik bibirnya dalam keputusasaan mendengar kata-kata ini.

Dia hamil? Bagaimana dia bisa hamil?! Dia bahkan tidak punya pacar, jadi bagaimana mungkin dia bisa hamil?

Er… Tunggu sebentar!

Wajah Pei Ge tiba-tiba berubah masam.

Dia - dia memang tidak punya pacar, tetapi… dia pernah tidur dengan seorang pria penghibur!

Melihat ekspresi Pei Ge yang penuh konflik, beberapa rekan kerja wanita merasa lebih yakin bahwa Pei Ge hamil.

Namun, karena mereka telah salah menduga bahwa Pei Ge mempunyai pacar, mereka tidak memasukkan ke hati dan mulai menggoda Pei Ge tentang hal ini.

"Berdasarkan bagaimana kamu bertingkah beberapa hari terakhir ini, apakah kamu bertengkar dengan pacarmu?"

"Ha ha….pasti begitu."

Pei Ge benar-benar tidak punya air mata untuk menangisi candaan rekan-rekan kerjanya.

Sejak kapan aku punya pacar?! Aku sudah katakan bahwa itu adalah sahabat perempuanku!

"Aku tidak hamil…" aku rasa. Pei Ge membantah dengan lemah.

Namun, tidak ada yang percaya sepatah kata pun yang dikatakan Pei Ge, dan mereka terus menggodanya dengan gembira. Mereka bahkan bertanya padanya kapan hari pernikahannya akan diadakan.

Suasana hatinya yang bersemangat segera dihancurkan oleh waktu istirahat singkat ini.

Pada sore hari, karena kejadian ini, Pei Ge yang kini linglung membuat banyak kesalahan bahkan untuk tugas-tugas paling sederhana.

"Pei Ge, sebenarnya apa yang salah dengan kamu hari ini? Bagaimana kamu bisa membuat kesalahan-kesalahan mendasar ini?" Yang Aoyun memelototi Pei Ge yang linglung dengan alis yang berkerut.

"M - maaf, Direktur," Pei Ge mengerutkan bibirnya dan meminta maaf dengan lembut.

"Lupakan saja. Perhatikan lagi lain kali." Yang Aoyun dengan enggan memberi isyarat kepada Pei Ge untuk pergi dengan lambaian tangannya.

Setelah meninggalkan ruangan direktur, Pei Ge menuangkan segelas besar lagi air untuk dirinya sendiri dan menelannya dalam sekali teguk.

Bi Zheng, yang duduk di sebelah Pei Ge, melirik padanya dengan ringan ketika dia melihat Pei Ge menelan banyak sekali air.

"Minum air terlalu banyak itu buruk untuk tubuhmu."

"Ah, ti - tidak apa-apa. Aku hanya merasa terlalu haus." Pei Ge memegang cangkir di tangannya dan meneguk air lagi.

Menghabiskan sepanjang sore dalam keadaan kacau, Pei Ge bergegas keluar dari kantor begitu tiba saatnya untuk pulang kerja. Kemudian dia bergegas memanggil taksi karena ingin segera tiba di rumahnya.

Namun, setengah perjalanannya, Pei Ge teringat bahwa dia perlu membeli alat tes kehamilan.

"Tuan, jika kamu melihat toko serba ada nanti, tolong hentikan mobil sejenak. Aku akan membeli sesuatu," Pei Ge meminta dengan sopan pada supir taksi.

Supir taksi melirik Pei Ge sebelum menjawabnya dengan sikap santai," Kamu akan dikenai biaya tambahan untuk itu."

"Baik!" Pei Ge yang biasanya hemat tanpa ragu menyetujuinya kali ini.

Taksi itu terus berjalan untuk beberapa saat lagi, kemudian berhenti di sebelah sebuah toko serba ada.

Pei Ge turun dari taksi dan bergegas ke dalam. Namun, setelah berjalan berkeliling, dia tetap tidak menemukan alat tes kehamilan.

Karena itu, dia hanya bisa bertanya pada kasir dengan malu-malu.

"Alat tes kehamilan?" Kasir itu melirik Pei Ge dengan wajah muram dan berkata," Tunggu di sini sebentar, aku akan mengambilkannya."

"Baiklah! Terima kasih banyak!" Pei Ge berseru dengan bersyukur.

Kasir itu pergi ke sudut terpencil toko dan mencari dengan susah payah selama beberapa saat sebelum akhirnya mengambil sebuah kotak kecil, persegi panjang.

"Ini alat tes kehamilannya. Harganya 5 Yuan," kasirnya berkata dengan singkat.

Tanpa banyak menghiraukan debu yang menutupi kotaknya, Pei Ge segera membayar dan sekali lagi masuk ke dalam taksi menuju ke rumahnya.

"Ge Ge, mengapa kamu pulang begitu cepat hari ini?" Zhang Manhua tersenyum ketika melihat anaknya tiba.

Pei Ge tidak menjawab ibunya. Sebaliknya, dia bergegas menuju kamar mandi.

Pak! Suara pintu yang dibanting membuat Zhang Manhua merasa bahwa ada sesuatu yang salah.

Setelah waktu yang lama, akhirnya Pei Ge keluar dari kamar mandi.

"Ge Ge, ada apa?" Zhang Manhua memandang Pei Ge dengan serius sambil merasa bahwa anak perempuannya sedang tidak dalam suasana hati yang baik.

Pei Ge menarik bibirnya dan menjawab sambil tersenyum," Tidak ada apa-apa. Aku hanya terburu-buru untuk menggunakan toilet."

"Oh, begitu." Zhang Manhua melihat Pei Ge dengan geli, sangat yakin dengan kata-kata Pei Ge.

"Apa yang ingin kamu makan malam ini?" Zhang Manhua bertanya sambil tersenyum.

"Mama, aku sedang diet hari ini, jadi aku tidak makan malam." Pei Ge tersenyum pada Zhang Manhua.

"Kamu nak, mengapa kamu diet dengan tiba-tiba…" Zhang Manhua mengomel.

Diiringi omelan Zhang Manhua yang tidak putus-putus, Pei Ge kembali ke kamar tidurnya.

Pada saat pintu tertutup, senyum di wajah Pei Ge pun lenyap sambil dengan tak berdaya dia bersandar ke pintu.

Ada satu garis gelap dan satu garis merah pada alat tes kehamilan itu. Apakah dia sungguh-sungguh hamil?