Bahkan Jangan Mempertimbangkan, Itu tak Terlupakan (Bagian Tujuh Puluh Empat)

'Aish!'

Dia mendesah sedih dalam lapisan tebal kabut.

Dia berjalan menuju tangga.

Tiba-tiba, kepingan salju mulai melayang dari langit. Dia berhenti, berbalik, dan melihat ke atas.

Embusan angin dingin menerpa dan menembus tulang-tulangnya.

Kepingan salju mendarat di bulu matanya. Bahkan sebelum dia bisa menghapusnya, salju itu sudah meleleh.

Di kantor yang gelap gulita, dia tidak menyalakan pemanas meskipun saat itu sangat dingin. Dia menemukan tombol lampu dengan terampil, dan kantor menjadi terang.

Kantor yang luas itu kosong.

Dia berjalan menuju mejanya dan menarik kursi. Dia duduk di atasnya.

Merokok bukanlah kebiasaannya, dan dia juga tidak tahu bagaimana melakukannya. Tetapi dia memiliki sebungkus rokok di lacinya yang kadang-kadang dia butuhkan setiap kali dia pergi untuk urusan bisnis.