Lapha adalah dunia yang sangat keras, tanahnya yang kering, dan suhunya panas, membuat tanaman biasa tidak bisa tumbuh di tempai itu, dunia itu adalah dunia yang ditempati oleh ras Iblis dan juga ras-ras yang lainnya. Di tempat yang bak neraka itu terdapat seorang gadis yang sedang berdiri terdiam memandang sesuatu, gadis itu mempunyai mata yang biru dan berambut pirang twintail, itu adalah Sharon Edelt, teman masa kecil Ed yang dari dulu menyukainya, tetapi terlihat ada yang sangat berbeda darinya yang sekarang, tatapan matanya terlihat seperti tatapan mata yang dipenuhi oleh kebencian yang teramat sangat besar, tangannya dipenuhi oleh darah berwarna ungu, dan disampingnya terlihat banyak mayat iblis berserakan.
"Sungguh menjijikkan!"
Tatapan mata itu seolah-olah melihat mayat iblis yang bergeletakan di sekitarnya itu seperti sampah yang tidak berguna, dia pun melihat ke arah iblis yang masih tersisa, iblis-iblis itu sangat takut melihat Sharon yang mendekat ke arahnya, mereka telah melihat teman-temannya telah dibantai dengan tanpa ampun oleh Sharos.
"J-jangan mendekat!"
Sharon tidak mempedulikan teriakan ketakutan dari para iblis itu, dia terus berjalan ke arah Iblis-Iblis yang ketakutan itu dengan penuh kebencian di hatinya. Iblis itu ketakutan melihat aura hitam pekat yang mulai keluar dari tubuh Sharon..
"Menjijikkan!"
"Huh?"
"Kalian para iblis telah merenggut semua hal yang sangat berharga bagiku!"
Sharon pun semakin mendekat dengan perlahan, dia terlihat seperti hewan buas yang sudah siap untuk menerkam mangsanya.
"Kalian para iblis telah membunuhnya! Semua orang yang aku cintai, karena itulah aku akan membalas dendam mereka!"
Para Iblis itu sudah merasa tidak ada harapan itu pun mulai berlari berhamburan berharap agar bisa selamat dari Sharon, tetapi dengan sangat cepat Sharon mengejar dan dengan brutal merobek tubuh mereka satu-persatu layaknya sedang merobek kertas, dia sama sekali tidak menyisakan satu iblis pun untuk tetap hidup dan hanya memandang mayat-mayat Iblis yang sudah dibunuhnya dengan tatapan dingin dan hati yang penuh kebencian.
"Dasar iblis-iblis menjijikkan!"
Tiba-tiba di belakang Sharon muncul seorang wanita yang mempunyai rambut hitam yang dikepang, dia juga memiliki mata yang berwarna hitam dan kulit yang putih, wanita itu memakai baju yang pendek berwarna putih dan juga celana jeans panjang.
"Sharon, kita mundur untuk sekarang! Pasukan iblis akan segera datang kesini jadi-"
"Kalau begitu aku akan menghabisi mereka semua!"
"Jangan bodoh!"
Sharon sama sekali tidak menghiraukan peringatan dari wanita itu, dia hanya terus diam dan memandang ke arah dimana pasukan Pasukan Iblis akan datang. Tiba-tiba dari kejauhan, nampak pasukan Iblis yang sedang mendekat ke arah mereka dengan jumlah yang besar yang bahkan jauh lebih besar dari yang tadi Sharon bantai.
Sharon pun segera berlari dengan cepat menghampiri pasukan yang berjumlah besar itu, tidak nampak sama sekali keraguan di wajah Sharon, yang dia inginkan hanyalah membalas dendam dengan membunuh semua Iblis yang ada di dunia ini tanpa menyisakan satu pun untuk hidup.
"Tunggu Sharon! (sigh) Kurasa aku tidak punya pilihan."
Wanita berambut hitam itu berlari menyusul Sharon, sebenarnya dia juga sangat menikmati berburu Iblis, itu terlihat jelas di wajahnya yang tersenyum jahat yang seolah-olah tidak sabar untuk membatai iblis-iblis itu.
"Komandan! Musuh terlihat!"
Komandan iblis itu hanya melihat dua orang manusia, dia berpikir tidak mungkin hanya dengan dua manusia bisa menghabisi pasukan iblis yang sebelumnya dia kirim.
"Hanya dua orang?"
Komandan iblis itu berasumsi bahwa mereka hanya umpan dan pasukan utama mereka sedang menunggu untuk menyerang mereka, dia pun memerintahkan kepada salah satu anak buahnya untuk terbang dan mencari pasukan utama musuh yang dia kira sedang bersembunyi di suatu tempat.
"AARRGGH!"
Suara teriakan dari para Iblis yang mati di tangan Sharon dan wanita berambu hitam itu terdengar oleh semua pasukan, para iblis tidak percaya dengan apa yang telah mereka lihat sekarang, teman-teman mereka dengan mudahnya di bunuh oleh kedua manusia itu, itu membuat mereka merasakan ketakutan yang sangat besar akan kematian kalau mereka mendekat ke arah kedua manusia itu.
"Serang mereka secara bersamaan!"
Komandan Iblis itu mengira kalau mereka menyerang kedua manusia secara bersamaan secara terus menerus maka kedua manusia itu akan kalah, tetapi dia sangat salah, dengan cepat Sharon dan wanita berambut hitam itu membantai semua yang mencoba menyerang mereka tanpa ampun, itu membuat Komandan Pasukan Iblis itu tidak percaya dengan apa yang baru saja dia saksikan.
"Ti-tidak mungkin!"
Komandan iblis itu pun memutuskan untuk maju menghadapi mereka sendiri, dia berpikir hanya dia satu-satunya yang dapat melawan kedua monster itu, tentu Komandan Iblis itu juga kuat meskipun tidak bisa jika dibandingkan dengan anggota Tujuh Dosa Besar.
"Semuanya cepat mundur biar aku yang menghadapi kedua manusia itu!"
Komandan Iblis itu menatap Sharon dan wanita berambut hitam untuk memastikan mereka benar-benar manusia atau bukan, dia tidak menyangka kalau ada manusia yang sampai sekuat ini karena ini adalah pertama kalinya Komandan Iblis itu bertemu dengan manusia yang sangat kuat, selama ini dia selalu ditugaskan untuk mengatasi manusia biasa yang membuatnya merasa bosan ketika bertarung melawan mereka.
Sharon pun tidak menghiraukan Komandan Iblis itu dan berlari menuju ke pasukannya yang telah menjauh dari mereka, tetapi Komandan Iblis itu dengan sigap menghadang Sharon.
"Tidak akan aku biarkan! Lawanmu adalah Ak-"
Dengan cepat kepala komandan iblis itu terbang terlepas dari badannya karena tebasan pedang dari wanita berambut hitam itu, para Iblis yang melihat komandan mereka telah mati di tangan wanita berambut hitam itu pun merasakan kengerian dan mulai terbang menjauh dengan secepat yang mereka bisa berharap untuk bisa selamat dari kedua manusia itu
.
"Dasar makhluk bodoh! Mana mungkin aku membiarkan kalian lari dariku!"
Wanita berambut hitam itu tersenyum dengan senyuman sadis mengejar iblis-iblis yang berlarian dan menebas mereka semua tanpa ampun. Mereka sama sekali tidak peduli dengan jumlah Iblis yang mereka bunuh, tujuan Sharon adalah membalaskan dendamnya sedangkan wanita berambut hitam itu hanya menikmati membantai Iblis satu persatu dengan wajah mereka yang sangat ketakutan.
"Bunuh! Bunuh! Bunuh! Bunuh! Bunuh! Bunuh! Bunuh!"
Sudah tak terhitung jumlah mayat Iblis di tempat itu, mungkin jika mayat mereka semua disatukan, sudah bisa untuk membuat sebuah gundukan raksasa seukuran bukit kecil, tentu itu bukanlah sesuatu yang bagus untuk melihat mayat-mayat yang sebanyak itu, itu adalah sebuah pemandangan yang sangat mengerikan seperti neraka, Sharon dan wanita berambut hitam itu sama sekali tidak berniat untuk menyisakan satu iblis pun untuk hidup.
"Bunuh! Bunuh! Bunuh! Bunuh! Bunuh! Bunuh! Bunuh!"
Akhirnya hanya tersisa satu Iblis, Iblis itu terlihat sangat ketakutan setelah melihat teman-temannya dibantai dengan kejam oleh Sharon dan wanita yang bersamanya, dia pun terbang secepat yang dia bisa untuk menjauh dari kedua monster itu tetapi itu hanyalah hal yang sia-sia.
Wanita berambut hitam itu memasukkann pedangnya ke dalam sarungnya dan memasang kuda-kuda, dia pun menarik kedua pedangnya dan mengeluarkan jurus menebas jarak jauh yang telah dia asah dengan sempurna.
"Dark Slash!"
Tebasan pedang itu terlihat seperti angin berwarna hitam yang dengan cepat menuju ke arah Iblis itu dan berhasil memotong kedua sayap dari Iblis tersebut. Iblis itu pun terjatuh dan berteriak kesakitan karena sayapnya yang telah terlepas dari punggungnya itu.
"T-tolong lepaskan aku!"
"Huh...Lepaskan?"
Sharon melihat iblis itu dengan mata penuh dengan kebencian seolah-olah siapapun bisa merasakan kebencian yang sangat besar hanya dengan hanya berada didekatnya.
Sharon pun berjalan menghampiri iblis yang ketakutan dan memohon akan hidupnya itu dengan tatapan yang dingin.
"Kau kira aku akan mengampuni makhluk sepertimu setelah apa yang telah kalian perbuat padaku? Kalian telah merenggut nyawa Ayahku, Ibuku, dan bahkan Edward, laki-laki yang aku cintai telah kalian renggut dariku!"
Merasa kalau kedua manusia itu tidak akan membiarkannya hidup, iblis itu mencoba kabur dengan berlari meskipun dia tahu itu akan sia-sia, dengan cepat wanita berambut hitam itu memotong kaki si iblis yang malang, Iblis itu berteriak kesakitan dan mengeluakan air mata pertanda kalau dia merasakan sakit yang luar biasa. Tetapi iblis itu belum menyerah, dia menggunakan tangannya untuk menyeret badannya dan berusaha kabur, melihat iblis malang yang berusaha kabur, wanita berambut hitam itu pun juga memotong kedua tangan si Iblis, dia tersenyum sadis menikmati penderitaan si Iblis malang yang masih belum putus asa itu. Iblis itu tetap berusaha kabur dengan menyeret tubuhnya menggunakan dagu untuk menyeret badannya, tetapi tiba-tiba Sharon berdiri tepat di belakang Iblis itu. Tidak seperti wanita berambut hitam, Sharon sama sekali tidak suka basa-basi dan bermain-main dengan buruannya, karena dia hanya ingin cepat-cepat membalaskan dendamnya dan segera menemui Edward.
"Kalian telah merebut Edward dariku! Aku akan membinasakan kalian semua tanpa menyisakan seekorpun!"
Sharon mengepalkan tangannya dan memukul kepala Iblis malang itu dengan sekuat tenaga sehingga dapat menghancurkan kepala dari iblis malang itu dengan sekali pukulan, dia menatap mayat Iblis malang itu dengan tatapan dingin yang penuh kebencian, tetapi di dalam hatinya dia mempunyai penyesalan yang sangat dalam, dia menyesal telah meninggalkan Edward sendirian untuk menghadapi Draconis, dia menyesal karena seharusnya dia tetap berada di sisi Edward sekalipun dia akan mati bersamanya, dia menyesal karena di saat itu dia belum menyatakan perasaannya yang sesungguhnya.
Sharon melihat kalung yang pernah diberikan Edward padanya saat mereka masih kecil, dia pun teringat dulu Edward pernah menyelamatkan Sharon dari keputusasaan ketika keluarganya meninggal akibat serangan iblis.
"Kau tidak adil Ed, kau pergi lebih dulu tanpa membiarkanku membalas semua kebaikanmu."
Sharon menangis menyesali semua yang telah terjadi, dia tahu kalau dengan penyesalannya, Edward tidak akan pernah kembali hidup lagi. Sharon telah memantapkan hatinya, dia memilih untuk membalaskan dendam Edward dengan membinasakan semua iblis di dunia, terutama dia yang telah membunuh Edward.
Sharon bertekad sekali lagi di hatinya, dia menggenggam erat kalung yang diberikan Edward dan menghadapkan wajahnya ke langit dengan penuh penyesalan dan keputusasaan.
"Karena itulah....setelah aku menghabisi semua iblis, aku akan segera menemuimu."
Sharon dan Wanita berambut hitam itu pun segera kembali ke markas mereka di Iume dengan menggunakan sihir teleportasi sebelum pasukan iblis yang lain datang lagi.
Itu adalah sebuah Kemah yang tidak terlalu besar. Kemah itu terlihat sederhana tetapi dibalik kesederhanaannya itu terdapat bahaya yang mengancam jika ada yang menyerangnya, di dalamnya terdapat prajurit-prajurit pilihan yang tidak bisa diremehkan, mereka adalah prajurit pilihan yang dipilih untuk mmenjadi bagian dari Pasukan Rahasia.
"Sharon! Apa yang kau lakukan itu sangat sembrono!"
Sharon hanya menatap wanita itu dengan dingin, dia selalu mengabaikan apa yang dikatakan wanita itu. Itu adalah wanita yang menemani Sharon berburu para Iblis kemarin.
"Tujuanku hanyalah membasmi para iblis."
Sharon pun berjalan menjauhi wanita itu seolah menganggapnya tidak ada, dia sama sekali tidak peduli dengan peringatannya.
Wanita itu marah karena Sharon selalu mengabaikan peringatannya, selama ini bahkan Sharon terlihat selalu terlihat tak mengacuhkannya. Sharon itu kuat, karena itulah dia adalah aset yang berharga bagi pasukan ini dan pemimpin mereka pun sampai menyuruh wanita itu untuk selalu bersama Sharon.
"Huh...apa yang harus kulakukan."
"Yo! Kelihatannya kau sedang kesusahan ya?"
Datang seorang laki-laki dari arah belakang, laki-laki itu mempunyai badan yang tinggi dan kekar, rambutnya berwarna merah dan juga dia mempunyai pedang yang besar yang berada di punggungnya.
"Leader, aku tidak tahu harus bagaimana lagi, kalau begini terus bisa-bisa dia akan mati."
"Ahh...aku tahu perasaanmu, dia bahkan tidak pernah sekalipun menganggapku sebagai Leader, dia selalu bilang kalau satu-satunya Leader untuknya adalah seseorang bernama Edward."
"Edward? Aku pernah mendengar dia berkata akan membalaskan dendam Edward, apa jangan-jangan!"
"Kurasa tebakanku benar ya? Dia telah kehilangan orang yang berharga baginya, karena itu dia sampai menjadi seperti itu."
Laki-laki itu sudah berkali-kali merasakan kehilangan, karena itulah dia sangat tahu betul dengan apa yang Sharon rasakan. Dia melihat dirinya yang dulu yang dibutakan oleh balas dendam hingga akhirnya dia bertemu dengan orang yang menyelamatkannya dari sana yang membawanya ke dunia yang penuh kebahagiaan lagi.
"(sigh)Aku harap Sharon akan menemukannya juga."
"Kalau begitu aku permisi Leader, aku harus terus bersamanya sebelum dia melakukan hal berbahaya lainnya."
"Baiklah."
Wanita itu pun berjalan meninggalkan laki-laki itu untuk mencari Sharon yang sudah pergi entah kemana, dia selalu kerepotan menghadapi sikap Sharon yang seperti itu tapi itu mengingatkannya dengan adik perempuannya yang juga mempunyai sifat yang kaku kepadanya.
"(sigh) apa yang harus kulakukan?"
Setelah agak lama mencari dia menemukan Sharon sedang terduduk diam dengan muka sedih dan melamun.
Sharon pernah bermimpi tentang hidup bersama Edward dan mempunyai keluarga kecil yang bahagia, tetapi mimpi indahnya itu sudah tidak akan pernah terwujud lagi karena orang yang dia mimpikan sudah tidak ada lagi di dunia ini, dia sudah musnah dan berada di tempat dimana Sharon tidak bisa menjangkaunya.
Tiba-tiba Sharon berdiri dengan wajah penuh kebencian, dia merasakan keberadaan Iblis dan menoleh ke arah dimana markas mereka berada.
"Iblis!"
Wanita itu melihat ke arah dimana Sharon melihat dan dia sangat terkejut karena melihat pasukan Iblis yang sangat besar sedang menuju ke markas mereka. Dia sama sekali tidak menyangka kalau mereka bisa menemukan lokasi perkemahan rahasia ini lebih cepat dari yang ia duga.
Sharon dan wanita itu pun bergegas menuju markas mereka. Para prajurit yang berada di markas sudah mengetahui tentang pasukan Iblis yang sedang menuju kesini. Mereka menyiapkan diri mereka untuk berperang habis-habisan dengan para iblis.
"Leader!"
"Tch! Aku tidak tahu kenapa mereka bisa secepat ini, tetapi baiklah!"
Sharon melihat ke arah pasukan Iblis itu dengan tatapan yang mengerikan dan juga wajah penuh kebencian. Sharon pun segera berlari menuju ke pasukan iblis itu meninggalkan mereka semua di markas.
"Hoi Sharon! Tidak ada pilihan lain, SEMUANYA AYO KITA SERANG IBLIS-IBLIS ITU!"
"AYE SIR!"
Semua orang yang ada di markas itu segera menuju ke arah pasukan Iblis untuk berperang. Tidak terlihat satupun, wajah prajurit yang gentar dan takut melihat pasukan Iblis yang besar di depan mereka. Mereka dengan berani menantang pasukan iblis yang jumlahnya berkali-kali lipat dari jumlah pasukan mereka.
Suara benturan besi yang nyaring di telinga, bau amis dari darah, dan pemandangan dari tubuh-tubuh yang tergeletak tak bernyawa, semua sudah terlihat biasa bagi mereka yang memang terlahir untuk menjadi prajurit. Di dalam medan perang yang kejam, tidak ada kata kasihan bagi mereka. Yang mereka semua lakukan hanyalah membunuh sebelum dibunuh.
Sharon, wanita berambut hitam, dan Leader pun tidak mau ketinggalan. Semenjak perang itu dimulai, mereka sudah menghabisi banyak sekali Iblis hingga perang ini terlihat berat sebelah walaupun secara jumlah, pasukan iblis jauh lebih unggul. Tetapi, dari belakang pasukan iblis itu, muncul dua sosok Iblis yang tidak mereka pernah duga sebelumnya. Iblis yang sangat ditakuti bahkan di dunia Iblis sendiri yang dikenal akan kekejamannya.
"Sial! Aku tidak menduga kalau mereka akan datang!"
Draconis sang dosa amarah dan Leonis sang dosa kesombongan. Mereka telah datang untuk menghabisi Sharon dan yang lainnya karena mereka selalu mengganggu rencana Draconis.
"Leader! Aku akan hadapi Leonis."
"Baiklah, dan ingat! Jangan mati disini."
Draconis melihat ke arah Sharon yang tengah menghabisi anak buahnya. Dia pun tersenyum jahat dan menuju ke arah Sharon dengan cepat.
"Sharon!"
Sharon merasakan sesuatu dengan kekuatan yang besar sedang mendekat. Dia mengenali kekuatan ini, dia sangat mengenali kekuatan ini, dia tidak akan pernah melupakan itu. Iblis yang sudah membunuh Edward, iblis yang sudah membuat satu-satunya kebahagiannya hilang.
Seketika itu, kebencian, penyesalan, dan amarah Sharon memuncak. Dia bahkan sudah tidak bisa berpikir jernih lagi. Dari matanya, terpancar kebencian yang amat sangat besar. Dia pun tanpa pikir panjang langsung menyerang Draconis dengan apa yang dia punya. Tetapi Draconis bisa menahan serangan Sharon dengan menggunakan kedua tangannya sebagai tameng.
"Matilah! Dasar bajingan!"
"Kau kira serangan lemah semacam ini bisa mengalahkanku dasar bodoh!"
Draconis pun memegang tangan Sharon dan mencoba untuk melemparkannya, tetapi Sharon dengan erat menjepit tangan Draconis dengan kedua lututnya dan juga memcemhkram tangan Draconis. Dengan semua kekuatannya, dia pun membanting Draconis ke tanah.
"Rasakan ini!"
Sharon mengepalkan tangannya dan meninju Draconis dengan sangat keras sehingga membua tanah di sekitarnya retak. Tetapi itu masih belum bukup kuat untuk mengalahkan Draconis, dia bisa melepaskan dirinya dari Sharon tanpa mengalami luka-luka yang fatal.
"Tch! Apakah masih belum cukup?!"
Draconis mengusap darah dari mulutnya sambil tersenyum mengejek kepada Sharon. Dia berusaha membuat Sharon marah dan akhirnya lepas kendali agar dia bisa membuatnya lebih merasa putus asa lagi.
"Kelihatannya kau lebih kuat dari teman bodohmu itu yang mati bahkan sebelum memberikan perlawanan berar -"
"Time Accelerator!"
Sebelum Draconis sempat menyelesaikan omongannya, Sharon menendangnya dengan sangat keras sehingga Draconis terpental. Sharon dengan kecepatan yang diluar batas pun tiba-tiba sudah berada di belakang Draconis dan meninjunya lagi. Dia melakukan itu berkali-kali sehingga Draconis nampak seperti bola yang sedang dioper.
Batas waktu dari sihir Sharon pun habis, tetapi dia masih belum bisa membunuh Draconis, bajkan Draconis masih terlihat baik-baik saja dengan kulitnya yang sangat keras. Draconis pun tertawa keras menertawakan kekuatan Sharon yang dia anggap masih sangat lemah.
"Seperti yang aku duga, kau itu lemah!
"Apa kau bilang?!"
Draconis mulai berjalan mendekati Sharon dengan senyum mengejeknya yang menganggap Sharon tidak lebih dari serangga.
"Akan aku tunjukkan padamu kekuatan yang sebenarnya!"
Petir pun mulai terlihat di kedua tangan Draconis. Petir yang sangat terang yang menyilaukan mata Sharon yang melihatnya. Draconis mengarahkan tangannya ke langit, petir yang berada di tangannya pun melaju dan membuat sebuah bola raksasa petir di langit.
"Inilah yang namanya kuat! Sekarang hancurlah!"
Petir itu pun melaju dengan sangat cepat ke arah Sharon sehingga dia tidak bisa menghindarinya. Petir itu pun meledak dengan dahsyat sehingga menghancurkan apa saja yang berada di sekitarnya termasuh Sharon yang terkena langsung sihir itu.
Sharon tidaklah mati, tetapi dia sudah tergeletak tidak berdaya karena sihir itu. Draconis pun berjalan menghampiri Sharon yang sudah tidak berdaya itu. Draconis pun menginjak kepala Sharon dengan kaki kotornya itu dengan tertawa puas menikmati kemenangannya yang hebat.
"Apa kau tahu, teman bodohmu itu juga seperti ini saat dia hampir mati melawanku! Sungguh manusia menyedihkan yang tidak tahu tempatnya! HAHAHAHAHA!"
Tiba-tiba dari tubuh Sharon terlihat aura berwarna hitam pekat yang mengelilingi tubuh Sharon. Draconis pun sangat terkejut dengan itu, dia pun segera menjauh karena merasakan sesuatu yang sangat berbahaya.
"Apa itu?!"
Aura hitam pekat itu berputar terus mengelilingi tubuh Sharon seolah sedang menari-nari senang.
Draconis merasakan perasaan yang tidak enak dari lingkaran sihir itu, dia mau menjauh tetapi itu adalah hal yang sangat memalukan baginya untuk kabur dari musuh.
"Aku sudah tidak peduli."
[BUNUH!]
Sharon mulai bangkit dengan wajah yang menunduk. Di dalam matanya sudah tidak terdapat cahaya apapun seolah-olah dia hanya menatap dengan tatapan kosong. Dia pun mulai berdiri dan berjalan secara perlahan menuju ke arah Draconis. Tiba-tiba di sekitar tubuhnya muncul empat lingkaran sihir berwarna hitam pekat yang berputar-putar mengelilingi tubuh Sharon.
"Aku sudah tidak peduli jika ini akhirnya."
[BUNUH!]
"Akan kukorbankan semua yang kupunya."
[BUNUH!]
"Untuk membunuhmu!"
[BUNUH!]
"DRACONIS GAMMA...!
[BUNUH DIA!]
Lingkaran sihir itu tiba-tiba mengeluarkan ledakan aura hitam, semua aura hitam itu melekat dan menutupi tubuh Sharon dengan warna hitamnya yang sangat pekat. Semuanya terkejut dangan apa yang terjadi, mereka merasakan kekuatan yang sangat besar yang berasal dari Sharon yang bahkan itu sudah melampaui Draconis sendiri.
Draconis pun tidak bisa berkata apapun, dia tidak mengerti apa yang sedang terjadi sebenarnya dengan Sharon sehingga dia bisa mendapatkan kekuatan sebesar itu dalam sekejap.
"Apa yang sebenarnya terjadi?!"
Tiba-tiba Sharon berada tepat di depan Draconis dan memukulnya di bagian perut dengan kekuatan yang luar biasa. Draconis pun terpental jauh dengan pukulan Sharon, merasakan sakit yang amat sangat sehingga dari mulutnya keluar darah. Dia berusaha menahan rasa sakit itu dan mengeluarkan sihir tetapi Sharon sudah ada dibelakangnya.
"A-apa?!"
Sharon mencabut sayap Draconis sehingga membuat Draconis pun berteriak kesakitan. Darah Draconis pun bercucuran dari punggungnya itu. Semua yang melihatnya merasakan ketakutan yang besar dari monster itu yang mampu membuat sang dosa amarah tidak berdaya.
(ROAAARR!)
Setelah mencabut kedua sayap Draconis, Sharon mencengkram kepalanya dan melemparkannya ke udara. Draconis yang telah kehilangan sayapnya pun tidak berkutik hanya bisa pasrah. Tiba-tiba Sharon meninju kepalanya hingga dia terpental dan terjatuh menghantam tanah dengan sangat keras. Belum puas dengan itu, Sharon menghampirinya dengan cepat dan memukul perut Draconis dengan sangat keras sehingga membuat tanah di sekitarnya retak dan hancur.
"Draconis! Aku akan membantumu!"
pun berusaha menyerang Sharon dengan cakar tajamnya yang melebihi ketajaman pedang itu. Tetapi itu tidak berguna sama sekali, cakar tajamnya yang selalu dia banggakan itu tidak bisa menyakiti ataupun menembus benda hitam yang menutupi tubuh Sharon itu.
"I-ini tidak mungkin! Ini mustahil!"
Leonis seolah tidak percaya dengan apa yang baru saja terjadi, cakar yang selama ini mampu merobek apapun tidak berguna sama sekali. Leonis pun berusaha menjauh tetapi Sharon dengan cepat mencengkram tangan Leonis dengan sangat kuat sehingga membuat tulang tangan Leonis pun remuk.
Leonis berteriak kesakitan karena tangannya yang remuk itu, dia berusaha untuk melepaskan tangannya yang hancur itu dengan menyerang Sharon dengan apa yang dia punya. Dia mencoba semua sihir penguatan yang pernah dia pelajari, tetapi itu sama sekali tidak berguna. Dia pun lalu mencoba menyerang Sharon lagi dengan cakar dan taringnya, tetapi apa yang dia lakukan sama sekali tidak beguna.
"I-ini bohong kan?! Sebenarnya apa dia ini?!"
Sharon pun mencekik leher Leonis sehingga membuatnya tidak bisa bernapas. Leonis terus melawan Sharon dengan berusaha menyerangnya tanpa putus asa. Sharon pun mulai mencengkram leher Leonis dengan sangat kuat dan membuatnya merasa kesakitan karena lehernya yang mulai hancur akibat dari tangan Sharon yang semakin kuat. Sharon pun mematahkan leher dari Leonis yang malang itu dan akhirnya itu mengakhiri riwayat Leonis sang dosa kesombongan.
Draconis yang melihat itu berusaha bangkit dan menjauh dari Sharon, dia tidak tahu kalau akan ada monster yang seperti dia di pihak manusia. Draconis pun teringat kalau dia pernah menghadapi monster yang sama hebatnya dengan Sharon saat ini yang berasal dari kerajaan Roh. Saat itu dia dikalahkan dengan telak tanpa bisa berbuat banyak oleh monster itu.
Sharon pun menendang tubuh Draconis yang mencoba kabur itu sehingga dia terpental. Kali ini Draconis sudah merasa tidak berdaya untuk melawan Sharon lagi, dia sudah merasa putus asa karena apa saja yang dia perbuat, dia tidak akan bisa lari dari Sharon.
Sharon perlahan mendekati Draconis yang sudah tidak berdaya itu, dia pun memusatkan kekuatannya di tangan kanannya dan memukul kepala Draconis dengan seluruh kekuatannya sehingga membuat tanah-tanah sekitarnya retak dan hancur. Pukulan itu pun menghancurkan Kepala Draconis dan akhirnya Sharon berhasil membalaskan dendam Edward.
"Mu-mundur!"
Prajurit Iblis pun mulai berlarian menyelamatkan diri melihat monster yang telah membunuh dua dari tujuh dosa besar. Mereka terlihat sangat ketakutan, begitu pun dengan prajurit manusia yang melihatnya, selama ini mereka tidak pernah melihat hal yang seperti itu.
"Leader apa yang harus kita lakukan!"
"Mundur sekarang juga!"
"Apa yang harus kita lakukan dengan Sharon?"
"Sebagai Leader aku tidak bisa membiarkannya, aku akan mencoba menyadarkannya."
Tiba-tiba dari belakang mereka datanglah Edward dengan sangat tergesa-gesa. Edward sama sekali tidak tahu dengan apa yang terjadi sehingga mereka semua mundur. dia pun menoleh ke arah mayat dari Draconis dan Leonis yang telah dibunuh oleh Sharon, dan semakin tidak tahu sebenarnya apa yang terjadi.
"A-apa yang sebenarnya terjadi? Apa ini?"
Leader dari pasukan rahasia itu pun bingung melihat pemuda yang tiba-tiba datang itu. Dia bahkan tidak pernah melihat pemuda berambut putih itu di pasukannya sama sekali. Dia pun menghampiri Edward untuk mengingatkannya agar segera lari dari sini.
"Cepat lari anak muda!"
"Ed-chan."
Chamuel dan yang lainnya menghampiri Edward yang sedang kebingungan dengan apa yang terjadi. Mereka pun juga sama seperti Edward, mereka sama sekali tidak tahu dengan apa yang sebenarnya terjadi disana. Laki-laki itu pun terkejut melihat Chamuel yang seorang malaikat dan Lilith yang seorang iblis berlari menuju Edward.
Laki-laki itu pun segera menghunuskan pedangnya ke arah Chamuel dan Lilith.
"Siapa kau?! Kenapa kau disini!?"
"Tenanglah mereka adalah teman-temanku, Chamuel dan Lilith! Yang lebih penting lagi sekarang, dimana Sharon?"
Laki-laki itu terkejut mendengar nama dari Chamuel. Tentu dia sangat tahu nama Chamuel karena dia sangatlah terkenal sebagai salah satu Archangel. Tetapi melihat tubuhnya yang seperti anak-anak itu, dia merasa tidak percaya dengan apa yang dikatakan Edward.
"Ed-chan awas!"
[ROOOAR!!!]
Sharon sudah kehilangan kesadarannya sehingga sama sekali tidak mengenali Edward. Sharon pun tiba-tiba menyerang Edward dengan sangat cepat.
"Ed-chan!"
Edward pun berhasil menghindari serangan Sharon dengan gerakannya yang cepat. Dia pun meninju perut Sharon dan membuatnya terpental jauh menghantam tanah. Laki-laki itu terkesan dengan Edward yang bisa menghindari dan bahkan bisa mendaratkan tinjunya di Sharon yang bahkan bisa menghabisi Draconis, dan Leonis dengan mudah.
"Ed, tidak apa-apa?"
"Ah, aku tidak apa-apa. Tapi, dimana Sharon sekarang?"
Laki-laki itu terkejut mendengar Edward yang mencari Sharon. Setahu dia, Sharon adalah seorang penyendiri yang sama sekali tidak mempunyai teman. Setidaknya, itu yang Sharon katakan saat dia ingin bergabung dengan pasukannya.
Laki-laki itu pun menunjuk ke arah monster hitam yang baru saja menyerang Edward itu. Itu membuat Edward merasa kebingungan dengan apa yang laki-laki itu maksud.
"Itu adalah Sharon!"
Seketika, Edward merasa sangat terkejut dengan apa yang dikatakan oleh laki-laki itu. Chamuel dan yang lainnya pun juga tidak bisa menyembunyikan rasa terkejut mereka mendengar kalau monster hitam itu adalah teman dari Edward.
"Dia telah mengamuk, dan membunuh Draconis dan Leonis."
"Sharon..."
Edward tidak ingn mempercayai itu, tetapi bukti yang ada di depannya menggambarkan dengan jelas. Teriakan Sharon yang menggambarkan kemarahan, kesedihan, kesepian, keputusasaan. Semua itu terdengar jelas oleh Edward.
Sharon berlari dengan cepat menuju Edward. Dia pun meninju pipi Edward dengan keras sehingga Edward terpental. Sharon pun menuju Edward dan naik ke atas tubuhnya yang terkapar, dia meninju wajah Edward berkali-kali dengan kedua tangannya yang diselimuti oleh aura hitam yang pekat.
"Ed-chan!"
"Jangan mendekat! Lily, Chamuel!"
Edward memang sengaja membiarkan dirinya menerima pukulan dari Sharon itu, dia sama sekali tidak ada niat untuk melawan balik. Edward merasa kalau dirinya memang pantas menerima pukulan itu karena dia telah membuat Sharon begitu tersiksa selama ini.
"Sharon...maaf! Maafkan aku yang telah membuatmu sendirian lagi."
Edward bisa merasakan dengan sangat jelas, seperti apa rasa sakit yang diterima Sharon selama dia tiada. Dia bisa merasakan air mata Sharon yang terus mengalir tanpa henti setiap Sharon teringat tentangnya. Dia bisa merasakan dengan jelas semua itu sehingga membuat Edward juga tidak kuasa menahan air matanya.
"Sharon...aku tahu kalau aku hanyalah seorang bajingan, tetapi ketika aku berpikir kalau kau mau menemaniku selama ini...entah kenapa membuatku merasa senang."
"E...D."
Edward pun bangkit dan memeluk Sharon dengan pelukan yang lembut.
"Maafkan aku Sharon, maafkan aku karena sudah membuatmu menjadi seperti ini. Kau bukanlah seorang monster sepertiku! kau adalah bunga yang sangat indah, bukan seorang monster seperti ini!"
Edward bisa mendengar dengan suara tangis Sharon dari dalam hatinya, suara tangisan seorang gadis yang telah putus asa akan nasibnya.
Edward memejamkan matanya bersama kesedihan yang amat sangat dari dalam hatinya, kesedihan yang membuat rasa sakit dari pukulan Sharon sama sekali tidak terasa.
Dunia di sekitar Edward pun perlahan berubah menjadi sebuah dunia gelap yang kosong, sebuah dunia menyedihkan tanpa ada apapun selain kekosongan yang mengisinya.
Itu adalah sebuah dunia yang berada di dalam hati Sharon yang telah kosong, tanpa ada harapan, mimpi, atau apapun yang mengisinya.
"Ini...sebuah dunia yang kosong."
Edward pun menemukan Sharon yang menangis sendirian di dunia yang kosong dan penuh kesedihan seperti hati Sharon saat ini, tetapi sekeras apapun Edward memanggilnya, dia sama sekali tidak mendengar suaranya.
"Sharon!"
Edward pun berjalan menuju Sharon dan memeluknya dengan lembut.
Dia menyesal karena telah meninggalkan Sharon untuk menderita sendirian, dia terlalu naif untuk tidak memprediksi ini semua.
"Ed?"
Sharon terkejut dengan Edward yang tiba-tiba memeluknya.
Sharon membalas pelukan Edward dengan sangat erat seolah-olah pelukan itu tidak akan bisa terlepas selama-lamanya.
Sharon tidak menyadari kalau Edward yang ada di hadapannya kali ini adalah Edward yang asli, dia hanya menganggap kalau Edward yang ada di hadapannya hanyalah sebuah ilusi yang tercipta akibat penyesalannya.
"Ed, maafkan aku! Maafkan aku! Maaf! Maaf! Maaf! Maafkan aku karena telah membiarkanmu bertarung sendirian. Tapi, kau sudah bisa tenang karena aku sudah membalaskan dendammu dan mungkin kalau kita beruntung, kita akan bersama-sama lagi di kehidupan selanjutnya."
"Apa yang kau maksud?"
Edward sama sekali tidak tahu kenapa Sharon mengeluarkan kata-kata yang terdengar seolah-olah seperti kata-kata orang yang akan berpisah. Edward sama sekali tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi dengan Sharon sehingga dia tidak bisa mendengarkan kata-kata yang telah dia ucapkan.
"Tidak! Aku akan pastikan kita akan selalu bersama-sama, meskipun setelah kita tidak menjadi teman masa kecil sekalipun, aku pasti akan menemukanmu lagi, dan akan terus bersamamu seperti biasanya."
Dengan air mata dan senyuman yang mengalir dari pipi gadis berambut pirang itu, akhirnya semuanya terlihat dengan jelas.
Ini adalah perpisahan...
"Karena itulah Ed, terima kasih banyak karena selama ini kau sudah peduli denganku di kehidupan ini. Aku sangat bersyukur dapat bertemu denganmu, meskipun kamu terlihat tidak menyadari perasaanku..."
Tubuh Sharon pun mulai bercahaya dengan sendirinya.
Cahaya berwarna putih yang seolah-olah memurnikan Sharon dari apa yang telah dia perbuat, tetapi bersama dengan cahaya itu, tubuh Sharon juga mulai semakin memudar dan memudar.
Air mata mulai keluar dari dalam mata Edward.
Edward tidak mau menerima ini, dia tidak mau kehilangan orang yang sangat berharga baginya lagi. Edward terus memeluk Sharon dengan erat seakan tidak membiarkan Sharon untuk pergi darinya.
"Terima kasih Ed, karena tidak pernah meninggalkanku, terima kasih karena sudah bersamaku. Kuharap di kehidupan selanjutnya, mimpiku akan terwujud..."
"Sharon aku mohon jangan bercanda! Aku belum mati, jadi kau juga jangan menyerah!"
Sharon sama sekali tidak bisa mendengarkan suara Edward, dia hanya terus menangis menyesali nasib tragisnya.
Perlahan, tubuh Sharon semakin memudar dan memudar dari pandangan mata Edward.
"Terima kasih Ed, selamat tinggal....aku mencintaimu...sangat...sangat...mencintaimu."
"Sharon!"
Edward tidak kuasa menahan tangisnya, dia menangis sambil memeluk Sharon yang sudah menghilang.
Dia menyesal karena terlambat menghentikan Sharon.
Selama ini Edward selalu menganggap Sharon adalah orang yang spesial baginya, mereka sudah bersama-sama semenjak mereka masih kecil. Berjuang bersama, tertawa bersama, bahagia bersama, bersedih bersama, tetapi itu hanyalah tinggal kenangan.