The Emperor of The Death Arc: Leon

"Lily..."

Lily memang sudah merasa kalau ini adalah waktunya Edward tahu semuanya tentang siapa sebenarnya dirinya dan juga anak-anak Zodiak, oleh karena itu sebelum terlambat, Lily ingin Edward tahu semua rahasia yang disembunyikan kepadanya.

"Ed maaf, sebenarnya Lily gak pernah lupa ingatan."

Edward terkejut mendengar pernyataan Lily itu.

"Eh? Benarkah?"

Lily dari awal memang tidak berniat menyembunyikan semua ini dari Edward, tetapi Zadkiel lah yang menyuruhnya untuk berpura-pura menjadi gadis yang lupa ingatan dengan alasan untuk melindungi Edward.

"Jangan salahkan nona Lilia, papa. Nona Lilia hanya ingin melindungimu saja, dia sama sekali tidak berniat buruk."

"Tidak aku tidak menyalahkannya, aku hanya terkejut karena ternyata Lily itu gak pernah lupa ingatan."

Edward bukanlah orang yang akan menyalahkan orang lain, apalagi Lily adalah penolongnya. Edward masih mempunyai keyakinan di dalam hatinya kalau Lily adalah orang yang sangat baik apalagi setelah bersama dengannya setiap hari.

"Jadi Lily, sebenarnya siapa kau ini?"

"Pertanyaan itu biar Aria yang menjawabnya."

Aria pun mendekat ke arah Edward.

"Hei papa, apa papa pernah berpikir siapa kami dan kenapa kami suka kepada papa?"

"Karena kalian adalah gadis-gadis aneh?"

Mendengar itu, Aria pun sedikit bingung dengan gambaran seperti apa yang Edward punya tentang mereka semua.

"Papa...sebenarnya seperti apa kami di mata papa?"

"Hmmm...gadis maniak yang gila?"

"Ed-chan, apa Ed-chan benar-benar berpikir kaya gitu?"

"Habis mau kau panggil apa lagi jika kau bertemu dengan gadis kecil yang suka menyelinap ke kamarmu, bahkan suka membuntutimu dimanapun?"

Chamuel pun terkejut karena Edward ternyata mengetahui kalau dia sangat suka membuntutinya dimana pun dan kapan pun.

"Eh...ketahuan?"

"Tentu saja dasar bodoh! Satu-satunya gadis yang menatapku dengan wajah aneh itu hanya kau seorang."

Edward pun menghela napasnya dengan wajah yang lesu karena mengetahui seberapa terobsesinya Chamuel kepadanya yang entah kenapa membuat Edward tidak merasa aman.

"Habis Ed-chan gak mau nurutin apa kata Chamuel sih, jadi kan Chamuel gak ada cara lain selain...ehehehehe."

"Geh! Kenapa kau tersenyum kaya begitu?"

"Chamuel hanya membayangkan Ed-chan ******** dan ******."

Edward pun langsung menutup kedua telinganya agar tidak mendengar candaan kotor yang sama sekali tidak lucu itu.

"Aaaaaaaa.....gak denger...aaaaaaa."

"Hmmm? Kalau begitu Chamuel ulangi dari awal ya? Chamuel bayangin Ed-chan yang-"

Edward pun langsung men-chop kepala Chamuel dengan tangan kanannya.

"Dasar bodoh, kenapa malah kau ulangi!"

"Sakit!"

Chamuel yang kesakitan itu langsung mengusap-usap bagian kepala yang terkena Chop dari Edward itu dengan wajah kesal.

"Mum...Ed-chan jahat! Sakit tahu!"

Selama Edward bersama dengan Chamuel, pemikirannya tentang gadis kecil yang lucu dan polos semakin lama menjadi semakin pudar, apalagi melihat Chamuel yang suka merayunya dengan candaan kotor yang sama sekali tidak lucu mengingat itu keluar dari mulut seorang gadis yang penampilannya masih seperti anak kecil terlepas berapa usia gadis itu.

"(sigh) Sebenarnya kau itu makhluk macam apa sih?"

"Ehm! Maaf mengganggu momen kalian tapi bisakah kita lanjut membahas ini dengan serius?"

"Tidak, dari tadi aku sama sekali tidak bercanda."

"Eh?"

"Coba kau gunakan logikamu, di dunia ini apa kau pernah mendengar seorang gadis yang sangat cantik apalagi orang terpandang malah suka dengan orang biasa sepertiku apalagi kita beda ras, kecuali ya...memang ada yang salah dengan otaknya."

Aria pun paham dengan pikiran Edward, selama ini Edward merasa kalau dirinya tidak pantas untuk mereka karena melihat statusnya sekarang yang hanya rakyat biasa dibandingkan mereka yang mempunyai status yang sangat tinggi.

"Jadi begitu ya...Aria sekarang sudah paham."

Meskipun Edward berkata seperti itu, sebenarnya mereka lah yang merasa tidak pantas bersanding dengan sang Cahaya melihat kesucian dari sifatnya yang selalu membimbing mereka, itu seolah-olah terlihat terlalu silau bagi mereka semua sehingga membuat mereka merasa bahwa sejauh apapun mereka mendekat, mereka tidak akan pernah bisa menggapainya.

"Papa...Aria akan memberitahu papa alasan kenapa kita menyukai papa. Alasan kenapa itu terjadi karena papa adalah sang Cahaya dan kami adalah anak-anak Zodiak."

Edward sama sekali tidak paham dengan apa yang Aria katakan walaupun dia pernah mendengar itu sebelumnya.

"Eh, Apa maksudmu, aku tidak paham?"

"Apa papa pernah berpikir kenapa papa mempunyai kekuatan cahaya?"

Selama ini Edward memang tidak mengetahui kenapa tiba-tiba dia bisa mempunyai kekuatan cahaya yang sangat besar ini, bahkan dia pernah mencoba bertanya kepada siluet manusia yang ada di dalam dirinya tetapi dia tidak bisa menjawabnya.

"Benar juga, selama ini aku juga gak tahu."

"Itu karena di masa lalu, papa adalah sang Cahaya."

"Sang Cahaya? Siapa dia?"

"Sang Cahaya adalah sang Cahaya, tidak lebih dan tidak kurang. Sedangkan alasan kenapa kami mencintai papa adalah karena kami adalah anak-anak Zodiak."

"Hmmm? Jadi apa hubungannya?"

Chamuel pun berpikir kalau dia bisa memanfaatkan hal ini untuk membujuk Edward untuk menyetujui usulannya.

"Ed-chan, itu artinya kami adalah selir-selir dari Ed-chan jadi gak salah kan kalau kita-"

Edward pun langsung tahu kalau apa yang dikatakan Chamuel itu hanyalah sebuah kebohongan tanpa ragu sama sekali.

"Jangan bohong!"

"Tch! Ketahuan ya?"

"Tentu saja lah, walau aku tidak tahu seperti apa sang Cahaya itu, tetapi kalau dia benar aku di kehidupan masa lalu maka dia tidak akan menjadikan gadis kecil sebagai selirnya."

"Sebagian dari apa yang dikatakan Chamuel memang benar, mungkin karena kita adalah anak Zodiak jadi kita hanya tertarik dengan papa."

"Sebagian?"

"Kami para anak-anak Zodiak adalah ciptaan-ciptaan papa yang istimewa, kami ditugaskan oleh papa untuk terus mengawasi dunia ini."

"Ed-chan, ini juga salah Ed-chan lho kenapa kita bisa jadi kaya gini."

"Eh kenapa malah jadi salahku?"

"Ed-chan, perasaan ini sudah ada semenjak kami pertama kali membuka mata dan masih tetap kuat sampai sekarang sampai-sampai kami sama sekali gak bisa melihat laki-laki lain dan tetap menjadi single selama ribuan tahun tanpa nafkah batin apapun. Ed-chan bisa lihat kan Aria-chan bahkan sampai lepas kontrol seperti itu? Jadi bisa dibilang kalau Ed-chan lah yang membuat kita menjadi seperti itu."

Chamuel pun mendekati Edward.

"Karena itu, Ed-chan, tanggung jawab ya?"

"Ugh!"

Edward pun tidak bisa berkata apa-apa lagi karena jika itu memang karena dia yang telah membuat mereka menjadi seperti itu, maka sebagai laki-laki mau tidak mau dia harus mempertanggung jawabkan perbuatannya itu.

"Ngo-ngomong-ngomong ada berapa jumlah kalian?"

"Jumlah kami hanya 13 kok, tapi ada sat-"

"Chamu..."

"Ups hampir saja keceplosan."

"13! Ba-banyak banget!"

"Ed-chan jangan khawatir, kita semua bisa berbagi kok."

Tentu jika itu laki-laki biasa maka dia kan senang karena tidak ada diantara para anak-anak Zodiak yang mempunyai paras yang buruk, tetapi tidak dengan Edward, dia adalah orang yang selalu memikirkan semuanya secara mendetail terutama tentang kebahagiaan pasangannya kelak.

"A-aku adalah laki-laki ja-jadi aku akan tanggung jawab, tapi! TAPI memang jika itu kebenarannya! Lagian aku kan belum percaya sepenuhnya pada cerita yang tidak masuk akal itu."

"Ed-chan ini bandel banget sih! Tinggal bilang 'iya aku terima' dan semuanya bakal beres!"

"Dengar ya...pernikahan itu bukan hanya soal suka dan cinta, tetapi kita harus memikirkan masa depan apakah kita akan sama-sama bahagia apa tidak. Itu artinya aku juga memikirkan kalian semua."

"Eh, kita selama ada Ed-chan itu sudah cukup, lagian mau apa lagi kita?"

"(sigh) ini lah kenapa aku tidak suka orang dengan pikiran yang simple, apa kau pikir pernikahan berbeda ras itu semudah membalikkan tangan? Lagian pernikahan juga kan harus memikirkan kebahagiaan kedua belah pihak juga."

"Halah walaupun Ed-chan bilang gitu, padahal Ed-chan sendiri sudah tunangan dengan Arashel-chan kan?"

Edward sangat terkejut karena Chamuel ternyata tahu tentang hal itu.

"Chamuel...apa jangan-jangan kau sebenarnya tahu siapa aku?"

Sebagai salah satu orang yang ikut dalam perang besar pertama, Chamuel sudah mengetahui siapa Ed-chan yang sebenarnya karena memang perang itu dimaksudkan untuk melindungi Edward dari tangan-tangan kegelapan.

"Tentu saja lah, semua orang sudah tahu siapa Ed-chan sebenarnya, bahkan Aria-chan dan White-chan pun sudah tahu. Apa Ed-chan gak pernah dengan kalau Aria-chan dan White-chan lah yang melindungi ibukota kekaisaran Aritophia saat Ed-chan baru lahir?"

Tentu hanya sedikit yang tahu seperti apa White karena penampilannya yang seperti ras manusia hewan menjadikan orang-orang tidak berpikir bahwa White adalah salah satu Myth dan juga di Iume nama White sendiri belum terkenal pada saat itu sebagai salah satu orang terkuat di dunia, sang putri Es.

"Iya aku pernah mendengarnya, tetapi tidak aku sangka kalau White yang ada di cerita penduduk itu adalah White yang sama."

"Nah, kalau begitu kan gak masalah walau Ed-chan punya istri lebih dari satu!"

"Sayang sekali aku adalah penganut monogami jadi itu mustahil!"

"Tch!"

"Tetapi kenapa White dan Aria melindungi ibukota kerajaan?"

Memang pada saat perang besar pertama, kekaisaran Aritophia, terutama di ibukota mendapatkan serangan yang besar dari para Iblis dan sekutunya sehingga membuat sebagian kota pun hancur dan para penduduk terpaksa mengungsi ke tempat yang lebih aman termasuk Edward yang baru lahir dan kedua orang tuanya bersama dengan sebagian keluarga Edelt yang mendampingi mereka yaitu ibu dan ayah dari Sharon.

"Ed-chan, perang itu memang awalnya adalah perang untuk melindungi Ed-chan jadi gak aneh kan kalau White-chan dan Aria-chan ada di sana?"

"Melindungiku? Dari siapa?"

"Dark Lord dan para anak buahnya."

Tiba-tiba ekspresi dari Aria dan Chamuel pun berubah menjadi ekspresi yang penuh dengan kemarahan dan kebencian, bahkan Lily juga terdiam setelah mendengar nama itu disebutkan.

Edward tidak tahu apa yang terjadi dengan mereka tetapi dia paham kalau ada hal yang sangat besar telah terjadi sehingga mereka semua seperti tidak bisa membendung kemarahan dan kebencian mereka terhadap orang itu.

"Jadi begitu...dengan kata lain aku adalah orang yang diincar oleh Dark Lord karena aku adalah reinkarnasi dari sang cahaya dan kalian adalah anak-anak Zodiak berusaha melindungiku darinya, begitu ya?"

"Seperti yang Aria duga, papa memang pintar."

"Jadi kalau kita bisa mengalahkan Dark Lord dan anak buahnya, apa dunia ini bisa damai?"

"Tentu saja itu bisa, papa. Dengan papa yang memimpin semuanya, maka dunia ini akan menjadi damai seperti di masa lalu."

"Ed-chan, kalau Ed-chan mau kita bisa memulai perang dengan mereka sekarang juga dan segera mengakhiri ini."

Chamuel dan yang lainnya sudah tidak merasa ragu lagi karena mereka sudah punya orang-orang terkuat dan juga Lily, walaupun Edward belum terbangun sekalipun mereka yakin kalau mereka bisa menang apalagi melawan Dark Lord yang masih belum sepenuhnya pulih.

"Tidak, aku tahu kalau mungkin perang adalah satu-satunya jalan, tetapi biarkanlah dunia ini berputar dengan sendirinya, setidaknya sampai waktu yang telah ditentukan tiba."

"Apa maksud Ed-chan?"

"Tidak, bukan apa-apa. Ngomong-ngomong mari kita sudahi bicara tentang masa lalu dan masuk ke masalah yang aku resahkan."

"Ed, apa ada sesuatu?"

Edward pun menatap ke guling yang berada di pelukan Aria. Aria yang menyadari itu pun merasa kalau Edward ingin melakukan sesuatu kepada guling kesayangannya itu.

"Gak boleh! Aria gak akan serahkan guling ini!"

Guling itu memang sudah seperti teman hidup Aria karena selama ini dia selalu melepaskan rasa kesepiannya dengan guling bergambar itu sebagai pengganti dari Edward.

"Hoi setidaknya ingatlah siapa dirimu!"

"Kalau begitu papa mau gantiin guling ini sebagai teman tidur Aria?"

"E~h apakah dia benar-benar sang gadis suci itu? Aku tidak pernah melihat gadis suci yang semenyedihkan ini."

"Aria gak ada pilihan lain kan? papa lah yang membuat Aria jadi kaya gini, menjadi Gadis yang...hue~"

"Kukukuku...Aria-chan tetaplah bermesraan sama guling itu biar Chamuel dan Lily-can yang bermesraan sama yang asli, ya kan Lily-chan?"

"Ya~ Lily suka Ed yang asli!"

Kata-kata itu benar-benar memberikan Aria luka yang sangat besar di hatinya yang rapuh sehingga dia sama sekali tidak bisa berkata apapun.

"Ugh!"

"Lily, Chamuel, tolong jangan katakan itu di depannya, kasihan kan dia sudah kesepian, ditambah menyedihkan lagi, ya?"

Kata-kata Edward itu langsung menghabisi Aria tanpa ampun sehingga dia terlihat seperti orang yang tidak bernyawa.

"Aria...Aria sudah tamat..."

"Seperti yang sudah Chamuel duga dari Ed-chan, gak punya ampun."

Lily mendekati Aria yang sudah seperti orang yang tidak bernyawa itu.

"Kau gak papa, Aria?"

Edward pun mendekati Chamuel dan berbicara lirih kepadanya.

"Hoi Chamuel, bagaimana ini?"

"Kan sudah Chamuel bilang kalau Ed-chan tinggal bilang "Iya aku terima" dan masalah pasti selesai."

Aria pun tiba-tiba bangkit dan berjalan mendekati Edward dengan wajahnya yang dia tutupi dengan guling kesayangannya.

"Papa..."

"A-apa?"

"Aria serahkan guling ini, terserah mau papa apakah."

Edward terkejut karena Aria yang terlihat sangat menyayangi guling itu sekarang berniat menyerahkannya kepada Edward meskipun dengan wajah yang sedih.

"Ba-baiklah."

Mendengar kata-kata Chamuel, Aria sekarang tersadar bahwa dirinya harus berubah untuk tidak bergantung kepada guling itu untuk menemaninya setiap malam.

Chamuel merasa sedikit kasihan kepada Aria-chan, dia pun memegang tangan Aria untuk menghiburnya.

"Aria-chan, kau tidak perlu bersedih lho, Aria-chan pasti akan segera melupakan guling itu karena yang asli jauh lebih menarik."

"Ya, terima kasih Chamu, sudah aku duga kalau aku memang suka denganmu."

"Geh!"

Chamuel pun langsung melepaskan tangan Aria dan bersembunyi di punggung Edward.

"Aria-chan, Chamuel sudah menduga kalau Aria-chan memang-"

"I-itu tidak seperti yang kau pikirkan! Maksudku adalah suka sebagai saudari, bukan dalam artian yang itu!"

Chamuel menjulurkan lidahnya ke Aria.

"Peeee~ Chamuel sudah gak percaya!"

"Aku mohon percayalah!"

"Jadi Ed-chan, apa yang akan Ed-chan lakukan dengan guling itu?"

Dari awal tujuan Edward sama sekali tidak berubah, yaitu melenyapkan guling itu dari dunia ini.

"Tentu saja bakar!"

"Tunggu dulu papa! Biarkan Aria mengucapkan selamat tinggal dengan guling Aria."

"Baiklah ini!"

Edward menyerahkan guling itu ke Aria agar dia bisa merasa lebih baik saat guling itu dia bakar.

Aria merasa sedih melihat teman tidurnya yang sekarang akan hilang selamanya dari dunia ini, dia pun mulai teringat masa-masa dimana guling itu menjadi penghibur Aria.

"Terima kasih karena telah menemani masa-masa kesepian Aria...untuk itu terimalah ciuman terakhir ini."

Dengan penuh kasih sayang, Aria pun memeluk guling itu dan menciumnya tepat di gambar mulut dari Edward dengan ciuman yang dalam.

Edward yang melihat itu merasa malu karena ini pertama kalinya dia melihat ada orang yang mencium guling dengan gambar dirinya di depannya sehingga Edward memalingkan wajah dan menutupinya dengan kedua tangan karena tidak sanggup.

"I-ini memalukan!"

"Ed-chan, itu lah kenapa Chamuel bilang kalau Ed-chan harus tanggung jawab, karena jika tidak maka kami semua pasti akan jadi single seumur hidup dan terpaksa akan lakuin hal yang sama dengan Aria-chan saat ini."

"(sigh) Tidak bisakah kalian nikah dengan orang lain saja? Aku yakin akan ada laki-laki lain yang lebih pantas dari aku di dunia ini."

"Kan Ed-chan tadi bilang kan kalau pernikahan itu harus memikirkan kebahagiaan kedua belah pihak? Jadi Chamuel tanya lagi, apa boleh Chamuel dan yang lain menikah tapi tanpa punya perasaan apapun? Jika Ed-chan bilang bisa maka apa Chamuel bisa memaksa Ed-chan buat melakukan hal yang sama tidak peduli Ed-chan mau apa gak?"

Edward tidak menyangka kalau Chamuel bisa membuatnya terpojok seperti ini sampai-sampai dia tidak bisa membalikkan kata-kata Chamuel.

"Sial kau berhasil memojokkanku!"

"Hehehehe...Chamuel gitu loh! Jadi Ed-chan, jawabannya?"

"Ya ya kau menang kali ini."

Chamuel yang merasa senang pun mulai berlari dan memeluk Lily yang tetap dengan wajah datarnya.

"Yay! Lily-chan Chamuel berhasil!"

"Ya~ Chamu, good job!"

Edward melihat wajah dari Chamuel dan Lily yang terlihat senang dengan perasaan penuh bersalah, dia sama sekali tidak tega kalau harus menyakiti hati mereka dengan takdirnya yang tidak akan bisa dia hindari.

"(sigh) Padahal aku ingin meninggalkan mereka dengan tenang tanpa ada kesedihan di hati mereka...kurasa itu memang mustahil ya...kecuali..."

Akhirnya dengan berat hati Aria menyerahkan guling itu kepada Edward dan Edward pun membakarnya tanpa menunjukkan keraguan sama sekali karena menurutnya itu sama sekali tidak senonoh untuk menempelkan foto seseorang tanpa izin.

Adegan itu disaksikan langsung oleh Aria yang berusaha menahan dirinya ketika melihat guling yang sangat istimewa baginya terbakar oleh Api Suci dari Edward sehingga dengan waktu yang singkat guling itu telah menghilang dari dunia ini tanpa sisa.

Setelah momen yang memilukan bagi Aria itu, Edward dan yang lain pun meninggalkan Aria yang merenung di kamarnya sendirian.

Segera setelah meninggalkan kamar, terlihat dari kejauhan Sharon, Evelyn, Lilith, Mikaella, Cornelia, dan juga Kon.

"Ed!"

Edward pun terkejut ketika melihat Cornelia yang sudah sehat dan bersamaan dengan itu dia juga terlihat kebingungan kenapa dia bisa berada di tempat ini.

"Hey Chamuel, ini hanya perasaanku atau dia memang Cornelia?"

"Kan sudah Chamuel bilang percayakan semua kepada Zad-chan, dia pasti akan melakukan sesuatu yang hebat."

Melihat Zadkiel yang memang seorang jenius yang sangat sulit ditebak pikirannya, itu tidak mustahil untuk bisa mengembalikan Cornelia dari wujud Valkyrienya.

"Ya, kau benar, ngomong-ngomong kenapa Kon juga ada di sini?"

Kon dan Mikaella dengan cepat segera menuju Edward dan yang lainnya dengan wajah yang memelas ketakutan.

Kon pun langsung memeluk Edward dengan wajah memelasnya sedangkan Mikaella terbang dan menabrak Chamuel karena dia terlalu malu untuk menuju Edward.

"Apa yang kau lakukan Mii-chan, sakit tahu!"

"Ma-maaf, ha-habis aku...u~"

"Tu-tuan Edwa~rd, a-aku sangat ketakutan!"

Melihat Kon yang seperti itu, Edward pun penasaran dengan apa yang sebenarnya terjadi kepadanya.

"Sebenarnya apa yang terjadi?"

Memang itu terjadi karena tidak sengajaan, disaat Kon yang sangat penasaran dengan gerbang teleportasi milik Chamuel yang berada di kamarnya, dia pun iseng-iseng memasukkan tangannya dan entah kenapa Kon terseret masuk dan dia pun mengalami hal yang tidak pernah dia pikir sebelumnya yang bisa membuat orang terkena serangan jantung.

Sharon juga tidak menyangka kalau ada orang lain di pulau terpencil itu selain mereka.

"Kami menyelamatkan kedua anak itu dari monster dan membawa mereka kemari. Geh Cebol! Kenapa kau juga ada di sini?"

"Tentu saja lah, Chamuel yang imut ini akan selalu ada di samping Ed-chan!"

"He~h kau masih juga mengejar Ed, padahal sudah ditolak berkali-kali."

"Tidak sopan ya! Selama Shar-chan pergi, Chamuel yang imut ini berhasil melakukan ini dan itu dengan Ed-chan!"

"He~h benarkah...? paling kau cuman bohong lagi kan?"

"Puupuu~ Chamuel gak bohong, Shar-chan saja yang gak mau percaya!"

Tanpa diragukan lagi Sharon dan Chamuel memang merindukan satu sama lain, itu terlihat jelas di wajah mereka yang terlihat bahagia ketika adu mulut.

"Entah kenapa ketika melihat mereka berdua, aku merasa seperti nostalgia, ya kan Lily?"

"Ya~ memang Chamu dan Shar adalah sepasang Zodiak yang tidak bisa dipisahkan."

"Jadi Kon, bisa kau jelaskan kenapa kau bisa berada di sini?"

"Kon juga tidak tahu, tiba-tiba saat Kon masukin tangan Kon ke sebuah benda aneh, Kon tiba-tiba kesedot dan jatuh dari langit."

Itu adalah hal yang sama sekali tidak Kon bayangkan sebelumnya mulai dari jatuh bebas dari langit kemudian tertangkap burung dan dibawa ke sarang burung itu, tetapi di sana dia bertemu Mikaella yang juga tertangkap oleh burung raksasa itu yang sedang memojok di sarang dengan wajah ketakutan padahal dia bisa kalau hanya mengalahkan burung raksasa dengan mudah.

" Setelah itu Kon berhasil melarikan diri dari sarang burung tapi..."

Kon pun memegang kepalanya dengan tangan dan berjongkok dengan wajah ketakutan mengingat-ingat kejadian itu.

"Monster...monster ada dimana-mana!"

Itu adalah hari yang sangat buruk bagi Kon melihat ada monster raksasa dimana-mana, dia dan Mikaella hanya bisa ketakutan dan lari secepat mungkin menghindari monster-monster mengerikan itu.

"Monster? Aku sama sekali tidak melihat ada satupun?"

"Ed-chan, apa Ed-chan sudah lupa kalau Ed-chan ini siapa? Mana mungkin para monster itu mau menyerang Ed-chan, lagipula mereka juga pasti akan ketakutan melihat aura Lily-chan."

Di dalam pulau itu terdapat banyak sekali monster yang memang sengaja dibiarkan untuk perlindungan luar dan juga untuk sarana latihan Sharon dan yang lainnya.

Cornelia sangat ingin mendekat, tetapi dia sangat malu karena teringat masalah yang pernah dia timbulkan kepada Edward dan juga semuanya.

"Kak Edward...aku..."

"Cornelia."

"Y-ya...?"

Tanpa memikirkan apapun Edward langsung memeluk Cornelia dengan pelukan hangat.

"Syukurlah...syukurlah..."

"Kak Edward..."

Edward memang baru bertemu Cornelia, tetapi lebih dari itu Edward sudah menganggap Cornelia sahabatnya, oleh karena itu dia sangat terkejut ketika melihat keadaan Cornelia saat itu sehingga dia sangat bersyukur melihat Cornelia dalam keadaan ceria lagi seperti sekarang.

Chamuel dan yang lainnya hanya bisa tersenyum melihat Cornelia kecil yang telah kembali menjadi dirinya yang semula.

Edward pun melepaskan pelukannya.

"Sejujurnya aku sangat takut dengan apa yang akan kepadamu, tapi sekarang aku sangat lega, aku yakin kalau White pasti akan sama sepertiku."

"Kak Edward, aku tidak menyangka kalau kakak akan sampai seperti ini kepadaku."

"Tentu saja, walaupun kita baru bertemu, kau sudah kuanggap bagian dari kami."

"Kakak..."

"Ngomong-ngomong Ed, baru belum ada dua bulan gak ketemu...kenapa sudah ada dua gadis tambahan lagi?! Apa kau masih belum puas?"

"Hmmm...? Apa yang kau maksud, gadis malaikat itu adalah Mika-nee."

"Mika-nee? Tidak tidak, itu tidak mungkin."

"Pertama kalinya memang aku juga gak percaya, tapi...pokoknya kau tanya saja dia sendiri."

"Baiklah aku terima itu, tapi gadis rubah itu siapa?"

"Dia-"

Tiba-tiba muncul sosok Aria yang telah sembuh dari kesedihan atas kehilangan benda kesayangannya.

"Ehem! Apakah reuninya sudah selesai?"

"Aria, kau sudah sembuh?"

"Tentu saja, Aria tidak bisa terus-terusan murung lagipula hari ini juga akan ada latihan tambahan untuk mereka."

Edward pun mulai tertarik mendengarnya karena memang dia adalah tipe orang penggila latihan, semenjak Edward bisa menggunakan kekuatan cahaya, dia selalu merasa kalau latihan biasa sudah tidak bisa membantunya tumbuh untuk menjadi lebih kuat lagi.

"He~h Latihan ya...? Apa aku boleh ikut?"

"Eh, papa mau ikut?"

"Tentu saja lah! Jadi apa yang akan kita lakukan? Melawan monster?"

"A-Aria ikut senang kalau papa senang, tetapi Aria tidak yakin kalau akan ada monster yang bisa papa lawan."

"He~h apa mereka sekuat itu?"

"Tidak bukan itu maksudku, melihat papa yang sekarang, Aria hanya tidak yakin kalau akan ada monster yang mau melawan papa."

"Kalau begitu Ed, mau melawanku?"

"Sharon, apa kau yakin?"

Sharon merasa tidak yakin kalau dia akan menang apalagi yang dilawan adalah Edward, dia sudah sangat tahu seperti apa Edward yang sebenarnya apalagi dalam pertarungan solo.

"Tentu saja lah, aku juga sudah berusaha menjadi kuat selama ini jadi jangan remehkan aku lagi!"

Evelyn juga tidak mau kalah dari Sharon karena dia juga ingin menunjukkan kemampuannya yang sekarang kepada Edward.

"Ka-kalau begitu apa aku boleh bergabung juga?"

Edward tidak menyangka kalau Evelyn akan mengusulkan hal yang seperti ini karena biasanya dia tidak suka hal-hal yang berbau kekerasan.

"Aku tidak keberatan tetapi apa kau yakin?"

"Ya, aku juga sudah berusaha menjadi kuat jadi aku ingin tuan Edward untuk melihatnya."

Lily yang melihat itu pun mencoba untuk menawarkan bantuan.

"Ed, perlu bantuan Lily?"

Edward senang karena Lily berniat membantu, tetapi melihat kekuatan Lily yang saking luar biasanya sehingga bisa mengalahkan Mikaella dengan bermodalkan kekuatan yang biasa maka itu adalah hal yang buruk.

"Tidak Lily, kalau kau juga ikut maka jaraknya akan menjadi terlalu jauh untuk mereka, biarkan aku sendiri saja."

"Kalau begitu Aria akan bergabung dengan papa."

Sharon, Evelyn, dan Lilith merasa sangat keberatan karena Aria tidak pernah bermain-main kalau soal latihan, dia pasti akan membuat mereka babak belur tanpa ampun.

"A~h kurasa aku akan melawan monster saja, ya kan Evelyn?"

"Y-ya, aku juga sedang tidak dalam mood buat latih tanding."

Bagi mereka berdua melawan seribu monster jauh lebih baik daripada harus berhadapan dengan Aria yang tidak kenal ampun, bahkan selama ini mereka selalu babak belur ketika berlatih tanding melawan Aria.

Tentu dibandingkan dengan anak-anak Zodiak sekelas White yang memang kuat dalam sihir maupun fisik sehingga bisa mencapai ranking 3 dan Lily yang merupakan Zodiak terkuat yang berada di puncak, kekuatan fisiknya tidak bisa dibandingkan dengan mereka berdua tetapi jika dibandingkan orang yang berada di dalam lingkaran, maka dia masih bisa digolongkan sebagai entitas yang sangat kuat.

"Kalian berdua, tenang saja karena aku tidak akan langsung melawan kalian, aku hanya akan duduk manis di belakang dan mensupport papa."

"Be-begitu ya..."

Meskipun Aria berkata seperti itu, itu sama sekali tidak membuat mereka berdua tenang.

Aria dengan senyum palsunya pun mendekati Sharon dan Evelyn.

"Tapi ingat, kalau kalian sampai mempermalukanku di depan papa maka..."

Sharon dan Evelyn langsung dibanjiri oleh keringat dingin mendengar ancaman Aria yang memang bukan main-main itu.

Tentu sebagai pelatih mereka, Aria sangat bertanggung jawab atas perkembangan mereka semua, oleh karena itu dia mengancam mereka semua agar tidak mempermalukan Aria sebagai pelatih terutama di hadapan Edward.

"Tentu kalian tahu kan apa hukumannya kan kalau sampai...ufufu."

"Hiiii~!"

Sementara mereka semua berbincang-bincang, White dengan kecepatan yang luar biasanya sudah berhasil masuk ke dalam portal dan kembali ke penginapan, dia pun segera keluar untuk mengantarkan surat dari Edward kepada wanita yang dimaksud olehnya.

Tetapi tidak seperti White yang biasanya meloncat kesana-kemari dengan cepat, kali ini dia berusaha untuk bersikap biasa saja meskipun dia sendiri ingin segera kembali ke sisi tuannya.

"Kak White."

Di kejauhan White melihat sosok Stahl yang melambaikan tangan ke arahnya, Stahl pun berlari mendekati White yang sendirian menjalankan tugas itu.

Tetapi meskipun White sudah bertemu dengannya beberapa kali, dia sama sekali tidak bisa mengingat namanya, dia hanya mengenalinya dengan orang dari dunia lain.

"Kamu...orang dari dunia lain."

"Kak White kenapa sendiri? Dimana kak Edward dan juga yang lainnya?"

"Tuanku sekarang masih ada urusan jadi aku kemari untuk menggantikannya."

"He~h kak Edward itu juga orang yang sibuk ya? Kalau begitu bolehkah aku ikut?"

"Tentu saja, ngomong-ngomong kamu juga tidak bersama dengan yang lainnya?"

"Ya mereka sebenarnya sangat kelelahan karena turnamen hari ini...terutama setelah melawan seorang Archangel, jadi aku sedang mencari kak Edward karena ada sesuatu yang aku mau minta tapi...kalau dia sedang sibuk ya besok saja."

Tetapi setelah dilihat dari dekat seperti ini, Stahl merasa kalau White itu memang sangat cantik dengan mata rubynya, rambut putihnya yang seperti salju, dan juga kuliitnya yang terlihat sangat halus, dia pun merasa kagum atas kecantikaannya itu dan sedikit iri karena Edward yang sangat pandai memilih calon Haremnya.

"Tetapi aku iri dengan kak Edward, dia bisa memilih wanita seperti kak White sebagai haremnya."

"Kamu juga sudah memiliki harem juga kan?"

"Aku tahu sih...tapi mereka sangat lah mengerikan."

Stahl sama sekali tidak tahu ini, mungkin penampilan luar White dan yang lainnya terlihat seperti wanita yang lemah lembut, tetapi sebenarnya White dan yang lainnya jauh lebih mengerikan daripada Risette, Mao, ataupun Eri.

"Memangnya apa yang kamu inginkan dari mereka? Apakah hanya tubuhnya?"

"Tubuh memang penting sih, tapi aku lebih ingin hati mereka, ya untuk itu lah aku ingin menjadi bangsawan dan ya...bersenang-senang!"

"Kamu itu memang sangat jujur ya?"

"Hmmm? Apakah kak Edward tidak begitu?"

Tentu White menginginkan Edward yang seperti itu, tetapi dia sangat tahu kalau Edward bukanlah laki-laki yang bisa semudah itu terlena dengan wanita walau secantik apapun dia, bahkan selama ini walau White menunjukkan tubuhnya pun Edward hanya melihatnya dengan tatapan dingin seolah-olah dia sama sekali tidak merasakan apapun seperti laki-laki lain yang seusianya.

"Tuanku, dia sangat menyayangi kami dari dalam lubuk hatinya sehingga dia selalu menjaga agar kami tidak melewati batasan."

"He~h aneh ya? Aku pikir kalian sudah melakukan ini itu."

"Ini juga adalah salah satu bentuk kasih sayang dari tuanku, dia sama sekali tidak ingin menodai kami."

Memang ini adalah bentuk kasih sayang dari Edward kepada mereka semua, dia selalu menjaga White dan yang lainnya dengan menghapus seluruh nafsu yang ada di dalam dirinya sendiri, tetapi hal itu lah yang menurut White sangat menarik dan karena itu White merasakan jatuh cinta kepadanya untuk yang kesekian kalinya.

White pun menyatukan tangannya seperti orang yang sedang berdoa dengan wajah yang terlihat sangat bahagia.

"Ah...tuanku, aku akan katakan lagi bahwa aku memang mencintaimu!"

Semua orang di sana yang melihat senyuman bahagia White merasakan kekaguman yang amat sangat akan kecantikannya sehingga mereka semua mengerumuni White karena ingin menjadikan White sebagai pasangan hidup.

"Hey kamu, aku mohon jadilah pasanganku!"

"Hoi aku yang duluan!"

"Jangan mimpi, aku lah yang akan menjadi pasangannya!"

"Apa kau bilang!"

Mereka semua benar-benar berebut untuk bisa mendekati White dan menjadikannya sebagai pasangan, tetapi hati White tidak akan pernah goyah, cintanya untuk tuannya tidak akan tergantikan karena baginya dia adalah segalanya, tuannya lah yang sudah memberikannya wujud yang sangat indah ini, tuannya lah yang telah memeliharanya semenjak mereka bertemu di dalam hutan.

White sangat bahagia ketika mengingat masa-masa dimana tuannya menemukannya yang hanya seekor kucing kecil di dalam hutan yang tersesat dan terluka, dia bahkan dengan cemas segera membawa White ke rumahnya dan mengobatinya, oleh karena itu White tidak akan kalah dalam urusan seberapa besar dia mencintai tuannya, bahkan dia merasa kalau perasaan cintanya itu menyamai Lucia.

"Maafkan aku tapi aku sudah memiliki seseorang yang aku cintai dan aku tidak berniat untuk meninggalkannya."

Orang-orang yang mengerumuni White pun membubarkan diri mereka dengan perasaan patah hati karena ditolak oleh White.

"Kak White itu memang benar-benar mencintai kak Edward ya? Tetapi kenapa kalian tidak segera menikah saja kan kak Edward juga punya kasih sayang yang sama?"

"Tuanku tidak mempunyai waktu untuk itu, dia selalu mementingkan dunia ini di atas kebahagiaannya sendiri, oleh karena itu selama dunia ini masih kacau, dia tidak akan memikirkan itu."

"Tetapi bukannya jika terlalu lama bisa terlambat? Maksudku kak White juga tidak akan muda selamanya kan?"

"Aku...sebenarnya karena alasan khusus aku tidak akan pernah menjadi tua."

Stahl pun terkejut dengan itu, dia tidak tahu rahasia apa yang dipakai White tetapi itu sangat lah luar biasa.

"He~h tidak pernah menua, memang benar-benar mimpi semua wanita!"

"Aku sudah hidup sangat lama."

"Sangat lama? Memangnya berapa tahun?"

White tidak tahu berapa lama dia sudah hidup di dunia ini, bahkan dia sendiri tidak tahu berapa lama dia sudah tertidur semenjak kehancuran dunia itu.

"Entahlah, aku sendiri juga tidak tahu. Ngomong-ngomong kenapa kamu ingin menemui tuanku? Apakah ada alasan khusus?"

"Ya...seperti yang sudah kak White tahu kalau kak Edward menolakku menjadi murid karena dia berpikir kalau aku akan tumbuh kuat dengan sendirinya, tetapi setelah melihat itu aku..."

Ini adalah hal yang membuat Stahl merasa sangat tertekan melihat masih ada orang sekuat itu di dunia ini, bahkan Mikaella bahkan bisa meniru kemampuan khususnya dengan sangat sempurna yang membuatnya tambah tertekan.

"Itu memang sesuatu yang tidak bisa dihindari karena nona Michelle adalah salah satu orang yang berada di luar lingkaran."

"Luar lingkaran...Apa itu?"

"Kalau disederhanakan intinya nona Michelle itu sama sepertiku, dia sangat lah kuat."

"Itulah yang membuatku merasa tidak percaya diri..."

"Aku pikir kekuatanmu itu mempunyai potensi yang besar melihat nona Michelle menirunya dengan kekuatan keajaiban."

"Apakah itu sangat hebat?"

"Tentu saja, saat pertama kali melihat pertarunganmu, nona Michelle melihat kekuatanmu itu mempunyai potensi yang besar, oleh karena itu dia meniru kekuatanmu itu."

Ini adalah identitas asli dari kekuatan keajaiban milik Mikaella, dia bisa meniru kekuatan seseorang dengan hanya melihatnya, bahkan hanya dengan mengerti saja, selama ini sudah tidak terhitung berapa kekuatan yang telah dia tiru sehingga dia bisa menggunakan banyak sekali senjata legenda seperti itu tetapi kekuatan keajaibannya itu juga mempunyai batas, dia tidak akan bisa meniru kekuatan yang berada di luar jangkauan kekuatannya.

"Be-begitu ya? Ehehehe."

"Walaupun begitu, kau tidak boleh bermalas-malasan, lihat saja tuanku, dia selalu berusaha sekuat tenaganya sehingga dia bisa sekuat sekarang."

"Jadi tentang itu...aku mohon kak White, tolong bujuk kak Edward biar mau jadi guruku!"

"Baiklah aku akan menyampaikannya kepada tuanku, tetapi aku tidak menjamin kalau dia akan menerimanya."

"Itu saja sudah cukup, terima kasih banyak!"

Mereka berdua terus melanjutkan perjalanan sampai ke sebuah distrik kumuh yang gelap tanpa lampu yang menerangi di malam itu dan tiba-tiba White pun berhenti dan melihat ke sebuah gang yang gelap.

"Apakah ada sesuatu?"

"Ya, kelihatannya aku sudah sampai."

White pun memasuki gang yang gelap itu, dia sangat yakin kalau wanita itu adalah wanita yang akan ditemui Edward karena dia mencium bau Edward yang samar-samar.

Wanita yang berada di gang itu pun menjadi waspada melihat White yang memasuki gang gelap dengan wajahnya yang datar seperti biasa, dia pun segera mengeluarkan pisau kecil di kedua tangannya untuk bersiap-siap jikalau White adalah musuhnya.

"Siapa kau? Kenapa kau kemari?!"

"Oi kak White, bagaimana ini?"

"Aku adalah White, aku kesini untuk mengantarkan surat dari tuanku Edward karena beliau masih sibuk."

Tentu wanita itu tidak begitu saja percaya dengan omongan White karena selama ini ada banyak orang yang berusaha menyamar menjadi pesuruh Edward agar bisa mengambil informasi rahasia dari mereka.

"Edward...baiklah mana suratnya?"

Setelah membaca surat itu, wanita berjubah itu pun percaya karena melihat tulisan tangan yang memang sama dengan Edward tetapi dia sangat terkejut ketika membaca isi dari surat yang penuh dengan sandi rahasia itu.

Wanita itu bergegas mengeluarkan lembaran-lembaran kertas dan memasukkannya ke sebuah amplop, dia pun menyerahkan itu kepada White.

"Ketua...kau, cepat kau serahkan surat ini kepada ketua."

Saat menyerahkan amplop berisi surat itu, tidak sengaja Stahl melihat sesuatu yang mengejutkan yaitu sebuah tattoo di tangan wanita itu, dia pun sangat terkejut ketika melihatnya seolah-olah tidak mempercayai ini.

"Ka-ka-ka-ka-kau anggota dari Leon!"

"Ya, memang kenapa?"

"I-itu artinya kak Edward itu..."

"Ya, dia adalah ketua kami."

Ini benar-benar sesuatu yang sangat mengejutkan bagi Stahl karena selama ini dia ternyata telah bertemu dan berbincang-bincang dengan ketua dari Leon yang merupakan sebuah kelompok rahasia yang konon beranggotakan orang-orang yang kuat.

"Oh ya kalau kalian adalah kenalan dari ketua, maka aku harus memperkenalkan diriku dulu."

Wanita itu pun membuka masker dan penutup kepalanya. Terlihat rambutnya yang berwarna hitam gelap, mata yang agak besar menatap tajam nan dingin dengan iris berwarna hitam gelap dan mulut yang kecil dengan bibir yang menawan.

Kurogami Koharu adalah seorang gadis yang masih muda, tetapi terlepas dari itu Edward memilihnya menjadi wakil ketua dari Leon berkat berkat potensinya yang luar biasa dalam pengambilan keputusan, maupun dalam pertarungan sekalipun.

"Perkenalkan aku adalah Kurogami Koharu, aku adalah wakil ketua dari Leon."

"Ku-Kurogami? Ma-maksudmu klan kurogami yang itu?"

"Ya, apa ada masalah?"

Stahl sangat terkejut melihat ada salah seorang dari klan Kurogami di depannya, dia memang pernah bertemu dengan salah satu anggota dari Klan Kurogami saat dia hadir dalam rapat sepuluh ksatria, tetapi dia mendengar kalau klan Kurogami tidak suka berada jauh dari rumah mereka jadi dia sedikit heran kenapa Koharu bisa berada di sini.

"Ti-tidak, tapi aku pernah mendengar kalau klan Kurogami itu...tidak suka jauh dari rumah jadi..."

"Tch menyebalkan! Kau pasti mendengar itu dari si sialan itu kan, orang dari dunia lain?"

"Ah kau bisa memanggilku Sta-"

"Aku tidak peduli dengan namamu!"

"Jahat! Tapi entah kenapa malah manis..."

"Cuih! Cepat enyahlah dari hadapanku!"

"Kya~ entak kenapa wajah sadismu itu malah menambah kecantikanmu, bolehkah aku me-"

Tanpa basa-basi Koharu langsung mencabut pedang Katana miliknya dan mengarahkannya ke leher Stahl dengan tatapan yang mengerikan.

Stahl pun langsung terdiam dengan keringat dingin yang keluar dari seluruh tubuhnya melihat Katana yang sangat tajam itu kini berada tepat di samping lehernya.

"Kalau kau tidak segera menutup mulutmu kotormu itu, kepalamu akan melayang!"

Berbeda dari Edward yang selalu ramah, Koharu sama sekali tidak suka beramah-tamah kepada orang lain apalagi tipe-tipe seperti Stahl yang merupakan tipe yang paling dia benci.

"I-iya aku mengerti."

Koharu pun memasukkan kembali pedangnya.

"Baiklah kalau begitu, aku akan segera kembali ke-"

Secara tiba-tiba White memegang kedua pipi Koharu dan menempelkan dahinya ke dahi Koharu. Sontal, Koharu pun sangat terkejut dan juga wajahnya memerah melihat wajah White yang sangat berdekatan dengannya.

"Tu-tunggu a-apa yang!"

White pun hanya terdiam menutup matanya yang membuat Koharu bingung dengan apa maksud dari perbuatan White itu.

Setelah beberapa saat, White pun membuka matanya dan melepaskan Koharu.

"Maaf atas ketidaksopanannya."

"Se-sebenarnya apa yang kamu lakukan?!"

"Tidak, aku hanya sedang ingin melakukannya saja."

"Enak ya kak White, andaikan aku-"

Koharu pun langsung menatap Stahl dengan tatapan yang mengancam.

"Hah?!"

"Ma-maaf..."

"Kalau begitu aku mau pamit mengundurkan diri untuk segera mengantarkan amplop ini."

"Ehm! Titipkan salamku untuk ketua."

"Baiklah aku akan menyampaikannya, kalau begitu sampai ketemu lagi."

Dengan cepat, White langsung melompat ke atap bangunan dan berlari kembali menuju penginapan meninggalkan Stahl dan Koharu.

"E~h apa ini, apa jangan-jangan Koharu-chan suka dengan kak Edward?"

"Jaga ucapanmu dasar serangga, mana mungkin aku memiliki perasaan itu."

Dari dulu Koharu di mata Edward hanyalah seorang murid dan juga wakil ketua, tidak lebih dan tidak kurang, begitupun dengan Koharu, Edward adalah sosok yang sangat dia kagumi sebagai guru dan ketua, o;eh karena itu Koharu tidak akan mengharapkan apapun selain hubungan guru dan murid.

"Ketua adalah guruku yang sangat aku hormati, bagaimana mungkin ada seorang murid yang bisa menyukai gurunya sendiri dasar serangga."

"Ya...benar juga sih."

"Kalau begitu selamat tinggal, semoga kita gak ketemu lagi."

"Uwah dinginnya, tapi imut!"

"Tch!"

Koharu pun akhirnya pergi meninggalkan Stahl berjalan sendirian di lorong yang gelap tanpa ada rasa takut sama sekali karena memang dia kuat dan bisa menendang pantat setiap penjahat yang dia temui.

Dari kejauhan tiba-tiba terlihat sesosok pria yang memakai topeng Oni berdiri di depan Koharu sambil melihat ke arahnya, Koharu pun menaruh kewaspadaan kepada pria bertopeng itu karena memang dia terlihat seperti bukan orang sembarangan.

"Jadi kau Kurogami Koharu, sang wakil ketua dari Leon."

Koharu pun langsung menghentikan langkahnya dan menggenggam gagang katananya bersiap untuk menariknya kalau pria bertopeng itu menyerangnya.

"Siapa kau? Apa tujuanmu?"

"Aku? Panggil saja aku Oni dan Anggap saja aku adalah malaikat pencabut nyawamu."

Dengan sekejap katana dari Koharu langsung mengarah ke pria bertopeng itu berusaha untuk menebas kepalanya, tetapi Oni berhasil menghindarinya dan menjauh.

"Seperti yang sudah aku duga dari klan Kurogami, kalian memang kuat...tapi apa kau bisa mengalahkanku dengan kekuatan yang seperti itu?"

Koharu tahu kalau Oni berusaha untuk memancing emosinya agar dia menyerang tanpa berpikir terlebih dahulu, oleh karena itu Koharu sama sekali tidak terpengaruh oleh semua omongannya.

"Apa kau takut mati?"

"Mati ya...? jangan bercanda! Kau pikir setelah bergabung dan menjadi wakil ketua, aku akan merasa takut mati!"

"Hahahaha kalau begitu aku akan memastikan itu sendiri!"

Oni pun mencabut Katananya, dia dengan cepat berlari menuju Koharu dan menyerangnya.

Koharu pun menangkisnya dan terjadilah pertarungan pedang yang sangat cepat diantara keduanya.

Suara pedang karena benturan dari dua Katana itu terdengar nyaring dan bergema di sana, tetapi Koharu tetap fokus untuk mengalahkan musuhnya itu, dengan tubuhnya yang pendek, dia bisa bergerak dengan sangat lincah dan juga cepat sehingga Oni sedikit mengalami kesulitan.

"Acceleration."

Koharu pun menggunakan sihir percepatan miliknya untuk membuat tubuhnya yang kecil dan cepat bergerak sangat cepat, dia pun melompat ke dinding dan mempersiapkan kuda-kudanya untuk mengeluarkan jurus pedangnya yang mematikan.

"Aliran Kurogami: 12 pedang kilat!"

Dengan sihir percepatan dan juga gerakannya yang lincah, tubuh Koharu Seolah-olah terlihat seperti sebuah peluru yang memantul di dinding yang dengan kecepatan luar biasa menghujani Oni dengan jurus ciptaannya itu.

Dengan jurus itu, Oni sama tidak akan bisa mengikuti ataupun menangkis semua tebasan dari Koharu yang sangat cepat, dia pun tidak punya pilihan selain menggunakan kekuatannya juga.

"Tch! Aku tidak berniat menggunakannya tapi tidak ada pilihan lain!"

Sesaat sebelum pedang Koharu berhasil menebas Oni, muncul sebuah tangan besar yang menggenggam tubuh Oni untuk melindunginya dari tebasan Koharu.

"Sial kalau begitu!"

Koharu menegakkan pedangnya dan mencoba memusatkan kekuatannya ke pedang itu, tiba-tiba pedangnya itu pun mulai dilapisi oleh aura yang gelap khas Klan Kurogami, dia pun langsung berlari menuju ke tangan besar yang melindungi Oni untuk menebasnya.

"Aliran Kurogami: Dark Slash!"

Koharu menebas tangan itu dan membelahnya menjadi dua dengan jurusnya, tetapi sayang di dalam tangan raksasa itu sama sekali tidak ada wujud Oni.

"Dia...tidak ada!"

"Kau terlalu naif!"

Secara tiba-tiba Oni muncul tepat di belakang Koharu, dia pun mengayunkan pedangnya dan berhasil menebas Koharu tepat di punggungnya sehingga membuat Koharu jatuh kesakitan.

Beruntung bagi Koharu, dia berhasil menghindari tebasan pedang Oni untuk tidak mengenai organ-organ vitalnya, tetapi meskipun begitu, dia tetap merasakan rasa sakit dari luka tebasan Katana.

"Sudah aku bilang kan kau bukanlah tandinganku, jadi menyerah saja dan aku akan mengakhirimu tanpa penderitaan."

"Sialan siapa juga yang mau menyerah melawan serangga sepertimu!"

"Ho~ jadi kau masih mau melawan ya? Baiklah, selanjutnya aku akan memotong kedua tanganmu itu."

Tepat di belakang Oni, muncullah sesosok samurai raksasa dengan baju armor lengkap dan pedang katana yang besar di tangan kanannya yang saking besarnya samurai besar itu menghancurkan banunan-bangunan di sekitarnya dengan satu ayunan pedangnya, tetapi itu sama sekali tidak membuat Koharu yang terluka menjadi putus asa, Koharu pun berdiri dan memegang dengan erat pedangnya dengan kedua tangan, dia memejamkan matanya dan berkonsentrasi.

Rasa sakit dari luka itu pun sudah tidak terasa lagi karena Koharu sekarang tengah memusatkan pikirannya untuk melakukan sebuah jurus yang pernah diajarkan Edward kepadanya.

"bersiaplah untuk mati!"

Oni pun mulai menyerang Koharu yang tengah berkonsentrasi dengan pedangnya yang tajam itu.

"Third Eye!"

Koharu pun berhasil menghindari serangan itu dengan menggunakan penglihatan Third Eyenya yang bisa melihat segala sesuatu tanpa mengandalkan penglihatannya dan dengan mudah mampu menyerang balik Oni.

"Apa?! Jangan-jangan kau!"

Itu adalah jurus yang sangat berguna bagi Koharu karena dia bisa mengetahui serangan-serangan lawan dan balik menyerang mereka.

Koharu pun berhasil memojokkan Oni dengan kecepatan serangannya dan juga Third Eyenya yang bisa membaca semua gerakan lawan dengan tepat, tetapi sesaat sebelum Koharu berhasil menebas kepala Oni, samurai raksasa itu mengayunkan pedangnya mencoba untuk menebas Koharu.

Koharu pun menghindar dan Oni memanfaatkan momen itu untuk menjauh dari Koharu.

Dengan cepat, koharu mengejar Oni dan raksasa itu pun menyerang Koharu sekali lagi tetapi kali ini Koharu sama sekali tidak menghindar.

Koharu memusatkan kekuatannya dan dia pun membelokkan arah serangan pedang raksasa milik raksasa Samurai itu dan dia pun melompat.

"Aliran Kurogami: Tarian Walet Hitam!"

Layaknya seorang penari, dengan lihainya Koharu memainkan pedangnya dan dia pun memotong-motong tangan samurai raksasa itu dan melompat lagi menuju ke Oni tetapi Oni di sana sudah bersiap untuk mengeluarkan jurus pedangnya.

"Aliran Shirogami: Aliran Air ombak pembelah."

Dengan ketenangannya, Oni menghindari semua serangan dari Koharu dan dia pun menebas Koharu dengan jurusnya itu.

Kali ini serangan Oni benar-benar dengan telak mengenai Koharu, Koharu pun jatuh menghantam tanah dengan luka tebasan parah dari pedang Oni.

Akibat luka tebasan itu, Koharu merasa sangat sulit bahkan hanya untuk berdiri saja, tetapi sebagai orang yang memegang jabatan wakil ketua, dia tidak akan menyerah bahkan jika dia mati sekalipun.

Koharu pun mencoba berdiri meskipun lukanya itu terasa sangat sakit bahkan darahnya tidak berhendi mengalir dari luka yang dia terima.

"Ke-kenapa kau...kenapa kau bisa menggunakan jurus itu?!"

"Ah...jurus ini ya? Apa jurus ini mengingatkanmu kepada Edward?"

"Cepat jawab!"

"Hahahaha apa kau pikir aku akan menjawab pertanyaan orang yang akan mati."

Koharu sekarang ini sudah berada di titik yang sangat berbahaya, dia bahkan sudah merasa ingin kehilangan kesadarannya akibat luka fatal yang diterimanya.

"Jangan khawatir, setelah kau mati, selanjutnya adalah ketua kesayanganmu itu jadi kau tidak akan kesepian di alam sana."

"APA KAU BILANG!"

"Ya pertarungan ini lumayan menarik, aku tidak menyangka kalau kau akan semenarik ini...tapi sayang semua sudah berakhir."

Samurai raksasa itu pun mulai menumbuhkan lengan baru dari lengannya yang putus karena serangan Koharu itu.

"Kalau begitu, selamat tinggal."

Tiba-tiba ada angin yang sangat kencang muncul di belakang Oni sampai-sampai menerbangkannya beserta dengan suara auman singa yang keras dan tiba-tiba tepat di belakang Oni, muncullah Whiss dengan mata yang menyala merah dan wajah yang terlihat sangat marah, dia pun menendang Oni dengan sangat kuat sehingga dia menghantam tembok dengan sangat keras.

Whiss pun segera menghampiri Koharu yang terluka parah dan hampir tidak sadar.

"Whiss...."

"Koharu-chan, tunggu aku akan membawamu pergi dari sini!"

"Tidak akan kubiarkan!"

Oni pun memerintahkan samurai besarnya itu untuk menyerang Whiss, tetapi disana muncul Halt yang memukul kepala samurai besar itu sehingga dia tersungkur ke tanah.

"Oh my, aku pikir ada apa ternyata hanya ada satu ekor tikus."

Di balik kegelapan, muncul seorang gadis dengan rambut yang setengah berwarna putih dan setengahnya hitam yang membawa sabit besar berwarna putih yang dengan santainya berjalan menuju ke arah Oni.

"Kau...Marielle!"

Dengan munculnya Marielle di sana, situasi menjadi tidak menguntungkan bagi Oni.

"Kalian, bawalah gadis itu ke tempat yang aman biar aku sendiri yang menghadapinya."

Tentu tidak ada yang meragukan kekuatan Marielle yang merupakan anggota dari sepuluh ksatria, akhirnya tanpa pikir panjang Halt dan Whiss pun segera membawa Koharu pergi dari sana.

Marielle mengarahkan sabit besarnya ke tempat kosong dimana tidak ada siapapun.

"Kau juga muncullah, jangan sembunyi saja."

Di tempat yang kosong itu muncullah sesosok yang memakai jubah hitam dan juga topeng untuk menutupi identitasnya.

"Aku tidak menyangka kalau kau akan menyadariku, seperti yang sudah diduga dari Marielle ya? Tetapi pertarungan dua lawan satu itu terlihat tidak adil jadi-"

"Tidak apa-apa, aku akan melawan kalian semua."

Marielle pun tersenyum dengan senyuman yang sangat mengerikan yang seperti orang gila yang bahkan bisa membuat orang-orang ketakutan melihat senyuman itu dan mata hitamnya yang sekarang menyala menjadi merah terang.

"Aku akan menghujani tempat ini dengan darah!"

Seketika itu Oni dan temannya merasakan sesuatu yang sangat mengerikan dari Marielle yang tidak pernah mereka rasakan sebelumnya.

"Kukukukuku...HAHAHAHAHAHAHA!"

Shaleem dan Julius mengawasi Marielle dari kejauhan, mereka bisa ikut membantu Marielle tetapi walaupun mereka di sana, Marielle pasti akan menghabisi musuhnya seorang diri apalagi kalau dia sudah terlihat seperti seorang Psikopat yang gila seperti itu.

"(sigh) Mulai lagi dia, ya kurasa mereka berdua sudah tamat."

Latih tanding antara Sharon dan Evelyn melawan Edward pun dimulai, Edward yang dibantu oleh Aria pun hanya berdiri menunggu di cabang sebuah pohon besar di tengah hutan yang sekarang menjadi gelap karena tibanya sang malam, Sementara Sharon dan Evelyn sekarang tengah bersembunyi dan mengatur rencana mereka untuk menyerang Edward.

"Apa yang harus kita lakukan untuk melawan tuan Edward?"

Sharon sebagai orang yang selama ini bersama Edward sangat tahu orang seperti apa Edward itu dan kemampuannya, meskipun ini bukan pertama kalinya Sharon melakukan latih tanding melawan Edward, tetapi dia masih saja kebingungan mencari cara untuk melawannya.

"Hmmm...sebenarnya aku juga bingung."

"Shar!"

"Ma-mau bagaimana lagi, aku kan bukan pemikir strategi! Tetapi ada hal yang aku ingin sampaikan."

"Hmmm...?"

"Hati-hati dengan Ed, seperti yang kau tahu dia dulu bukanlah orang yang terkuat dalam kelompok kami, tetapi..."

Sharon sangat tahu jika Edward bukanlah orang terkuat di kelompoknya apalagi jika harus berurusan dengan monster, tetapi jika dalam pertarungan melawan orang, maka tidak diragukan lagi Edward akan menjadi musuh yang paling berbahaya dari semua orang.

"Kalau lawannya adalah orang, maka tidak salah lagi Ed adalah orang yang paling berbahaya."

Salah satu yang paling berbahaya dari Edward adalah teknik bertarungnya yang memang diciptakan untuk melawan orang, bukan monster seperti Draconis yang pernah Edward lawan dulu.

"Be-begitu ya? Jadi bagaimana sekarang?"

"Kita gak punya pilihan lain selain menyerang langsung."

"Tapi bukannya lebih baik kita menyerang secara gerilya?"

"Walaupun kita melakukan itu, Ed pasti akan segera menyadarinya karena dia sangat pandai dalam bertarung secara sembunyi-sembunyi."

Edward merasa sedikit khawatir akan mereka berdua karena latih tandng itu dilaksanakan malam hari, jadi bagi Sharon yang tidak terbiasa dalam pertarungan malam itu adalah suatu kerugian tersendiri.

"Apa mereka tidak apa-apa?"

"Tenanglah papa, Aria tidak melatih mereka hanya untuk menjadi beban, mereka sudah berbeda dengan mereka yang papa kenal dulu."

Edward memang tahu kalau Sharon dan yang lainnya telah menerima latihan yang sangat keras, tetapi walaupun begitu mereka hanyalah berlatih tidak ada dua bulan, tentu Edward merasa ragu dengan itu.

"Tapi apakah dengan sebulan latihan bisa membuat mereka berubah?"

"Ya lebih cepat jika melihat sendiri kan?"

"Ya kau benar."

Tiba-tiba datanglah serangan dari tim Sharon yaitu sebuah panah bersinar yang langsung mengincar Edward, tetapi bukan Edward namanya kalau dia tidak bisa menghindari itu, dia bisa dengan cepat menghindari semua serangan dari Evelyn dengan sangat baik.

"Sudah dimulai ya? Baiklah kalau begitu..."

Aria pun mengangkat tangan kanannya dan bersiap untuk menggunakan sihirnya.

"Wahai alam, dengarkanlah suaraku

Aku sang burung keajaiban yang bertengger di pohon kehidupan

Menyanyi dengan merdu melodi ketenangan."

"Eh, bukannya dia sudah berjanji hanya akan duduk di belakang saja?"

"Ufufu...aku memang berjanji untuk duduk diam di belakang dan tidak bertarung langsung, tetapi aku tidak janji untuk tidak mengeluarkan sihir!"

Pohon yang dipijak Aria dan Edward pun mulai bergoyang dengan sendirinya seolah-olah mereka mulai bangkit dari tidur yang panjang.

"Arborum Magnum!"

Dan akhirnya pohon besar itu pun menjadi sebuah Treant raksasa yang membuat mereka semua terkejut dengan sihir itu.

Edward yang melihat itu pun langsung terkesan dengan sihir yang menurutnya sangat keren karena dia juga baru pertama kali melihat sihir sejenis ini.

"Wah apa ini, Cool! Apa kau bisa membuat yang lain lagi?"

Aria merasa senang karena melihat Edward senang melihat sihir uniknya ini, dia mau menunjukkan hal yang lebih hebat tetapi tidak untuk sekarang.

"Papa, sebenarnya Aria bisa menambahkan lava, petir, atau yang lainnya agar bisa lebih membuat papa terkesan, tetapi itu akan terlalu sulit bagi mereka."

Hanya mendengar itu saja Edward sudah terlihat sangat tidak sabar untuk melihat sihir Aria itu.

"Apa itu kedengarannya keren banget!"

"Hahaha papa ini memang aneh ya?"

Edward memang selama ini selalu kagum dengan sihir-sihir aneh yang dia tidak pernah lihat sebelumnya, dia sangat ingin mempelajari sihir-sihir itu tetapi selama ini sihir yang bisa dia kuasai hanyalah sihir penguatan saja.

"Tidak ada yang aneh dengan keingintahuan! Lagipula itu kan romansa para laki-laki kan?"

"Tidak, Aria pikir mungkin itu hanya papa saja, laki-laki biasa pasti akan ketakutan saat mendengarnya."

"Eh?!"

"Sejauh yang Aria tahu, romansa para laki-laki itu kebanyakan kalau tidak berpetualang, ya pasti wanita, Aria tidak pernah dengar ada romansa laki-laki tentang menyukai monster mengerikan."

"Kukukuku...Aria, kau masih belum mengerti sepenuhnya."

"Heh?"

"Pernah mendengar kata-kata boys will always be boys?"

"Apa maksud papa?"

"Artinya aku juga bisa menjadi kekanak-kanakan walau aku sudah dewasa sekalipun."

Itu adalah salah satu sifat aneh dari Edward, bukan hanya dia sangat menyukai berpetualang, tetapi juga rasa ingin tahu dan kagumnya dengan hal-hal di dunia ini sangat lah besar. Itu juga lah yang menjadikannya seseorang yang seperti sekarang, orang yang menginginkan kebebasan tanpa belenggu, oleh karena itu dia tidak pernah kembali ke istana kerajaan untuk menjadi pewaris tahta meskipun dirinya sudah tahu sekalipun.

"Begitu ya? Baiklah kapan-kapan akan aku tunjukkin ke papa."

Treant itu pun mulai berjalan dan menyerang Evelyn.

Evelyn yang memang bukanlah petarung jarak dekat itu pun tidak mempunyai pilihan lain selain menjauh sambil melepaskan anak panahnya dan berharap kalau dia bisa mengalahkan monster pohon raksasa itu, tetapi memang monster pohon itu tidaklah sembaranyan, bahkan sebanyak apapun anak panah Evelyn mengenainya, dia tetap terlihat baik-baik saja.

"Ara, berjuanglah E-V-E-L-Y-N."

"Ba-bagaimana aku harus bertarung dengan monster itu?!"

Edward pun merasa kalau ini sudah waktunya dia keluar karena memang awalnya ini adalah latih tanding antara Sharon dan dia, bukan monster pohon.

"Baiklah kalau begitu waktunya aku serius!"

Edward melihat sekelilingnya untuk mencari keberadaan Sharon, tetapi dia sama sekali tidak menemukannya.

"Jadi begitu, dia mau bermain aman...tetapi!"

Edward memasang kuda-kudanya dan dia pun mengepalkan kedua telapak tangannya.

"Acceleration!"

Edward pun langsung menuju ke arah Evelyn dengan cepat, namun tiba-tiba muncullah Sharon dari balik daun-daun pepohonan yang mencoba untuk menyerang Edward.

Tentu Edward sudah mengira kalau Sharon akan segera keluar saat dia menyerang Evelyn sehingga dia bisa menghindari serangan Sharon.

"Sudah kuduga tidak akan semudah itu ya?"

"Kau sudah mengenalku sejak lama kan?"

Akhirnya terjadilah pertarungan hand-to-hand antara mereka berdua yang memang dari awal adalah petarung jarak dekat. Evelyn juga ikut membantu Sharon dengan menyerang Edward menggunakan anak panahnya, tetapi Treant milik Aria selalu melindungi Edward sehingga dia tidak perlu khawatir lagi.

Ini mengingatkan mereka berdua tentang masa lalu dimana mereka berdua memang sering berlatih bersama seperti ini.

"Sharon, kau sudah berkembang ya?"

"Kau juga sama, Ed."

"Tentu saja, aku juga tidak bermalas-malasan selama berpisah denganmu."

Tentu keunggulan Edward semakin terlihat dalam pertarungan langsung dengan Sharon karena skill bela dirinya. Sharon pun mencoba menendang Edward, tetapi Edward menangkap kaki Sharon dan melemparkannya menjauh.

Sharon melihat Edward yang sudah bersiap-siap untuk menuju Evelyn akhirnya menyadari kalau tujuan Edward adalah mengalahkan Evelyn terlebih dulu.

Beruntung Sharon mempunyai sayap sehingga dia bisa memperoleh keseimbangannya di udara dan menyiapkan dirinya untuk memakai sihirnya.

"Time Accelerator!"

Seketika waktu terasa melambat bagi Sharon, dia pun langsung terbang menuju ke Edward yang sekarang bergerak bagaikan semut itu dan berusaha menyerangnya.

Sebelum Sharon berhasil melayangkan pukulannya, efek sihirnya itu telah habis, tetapi itu tidak masalah karena dirinya sudah sangat dekat dengan Edward.

"Kena kau!"

Lalu tanpa diduga olehnya Edward memegang sebuah dahan pohon dan berputar sehingga sekarang Edward berada tepat di atas Sharon, dia pun menyentuh punggung Sharon dengan telapak tangan kanannya.

"Kai!"

"Ugya!"

Seketika Sharon pun terhempas dan menghantam tanah, tetapi Edward tidak lah sekejam itu untuk menyerang Sharon dengan kekuatan penuh, dia membatasi kekuatannya sehingga itu tidak akan membahayakan nyawa Sharon.

"Sharon out! Tinggal satu lagi!"

"Shar pengorbananmu tidak akan sia-sia!"

Tanpa Edward sadari, Evelyn sudah mau melepaskan serangannya yang kuat setelah dia diberi waktu yang cukup oleh Sharon untuk merapalkan mantra.

Di sana terlihat busur Evelyn yang berubah menjadi sesuatu yang mengejutkan seolah-olah busur yang dia bawa tadi adalah busur yang berbeda, dan dii sekitar Evelyn pun juga ada lingkaran-lingkaran sihir beserta dengan aura hebat.

"Tuan Edward, ini adalah serangan terkuatku sekarang ini!"

"He~h menarik."

"Roaring Sky!"

Evelyn melepaskan anak panahnya dan keluarlah laser berwarna putih kebiruan yang menyerang Edward beserta monster pohon itu dengan serangan yang sangat dahsyat sehingga hutan yang gelap itu seketika berubah menjadi terang benderang.

Monster pohon itu pun akhirnya tumbang karena badannya yang terbagi menjadi dua, tetapi bukan itu incaran Evelyn, dia mencari Edward yang menghilang dari hadapannya.

"Tuan Edward menghilang..."

Meskipun serangan itu dahsyat, tetapi dia sangat yakin kalau itu tidak ada apa-apanya dibandingkan kekuatan cahaya Edward saat ini yang sudah mampu menyaingi para Archangel.

Evelyn terus berusaha waspada karena mengingat Edward sangat ahli dalam pertarungan seperti ini.

"Di belakang!"

Evelyn sudah terlambat menyadarinya karena tangan Edward sudah memegang dagu dan kepala atas Evelyn bersiap memutar dan mematahkan lehernya sehingga dia bisa terbunuh.

Evelyn sudah tahu kalau Edward tidak akan membunuhnya, tetapi momen itu benar-benar terasa sangat mengerikan bagi Evelyn, momen-momen di mana dia bisa saja terbunuh hanya dengan satu serangan sunyi sehingga memikirkannya saja sudah membuatnya lemas.

"Dengan begini aku yang menang ya?"

"Y-ya..."

Edward akhirnya berhasil memenangkan latih tanding itu tanpa terkena satu serangan sekalipun, dia dengan wajah gembiranya menghampiri Sharon dan Aria yang sudah menunggu di bawah.

"Kerja yang bagus, Sharon."

"(sigh) Aku pikir setelah latihan keras ini, aku bisa mengalahkanmu tuan Edward."

"Ed, sebenarnya sudah sejauh apa kau ini?"

"Ya kau tahu, aku tidak pernah bermalas-malasan selama ini jadi ya tidak aneh kan kalau aku juga menjadi semakin kuat seperti kalian?"

"Geez! setidaknya biarkan kami menyusulmu sekali saja."

"Cih cih cih, itu tidak bisa, aku juga harus menjaga harga diriku sebagai laki-laki yang bisa melindungi kalian, bukan dilindungi."

"Papa, apa papa mau melindungiku? Tetapi aku kan sudah kuat jadi aku bisa berguna untuk melindungi papa."

"Harga diri seorang pria itu mutlak, lagian bagaimana menurutmu kalau melihat pria diperlakukan seperti Cinderella? Tidak keren kan?"

Aria tidak bisa membalas kata-kata Edward karena memang menurutnya juga itu tidaklah keren untuk mempunyai laki-laki yang selalu dilindungi olehnya karena dia juga ingin diperlakukan seperti seorang putri yang dilindungi oleh sang pangerannya dengan gagah dan berani.

"Y-ya...itu benar."

"Nah maka dari itu aku juga harus menjadi kuat, ya setidaknya sampai di level Lily lah."

Sebagai sang Cahaya, Edward di kehidupan masa lalunya sangat lah kuat yang bahkan dia bisa menciptakan Lilia, sang Aquarius yang berdiri di puncak anak-anak Zodiak dan juga para Zodiak yang lain yang juga kekuatannya sama sekali tidak bisa diremehkan, tentu sebagai pencipta dari mereka dia pasti mempunyai kekuatan yang melebihi mereka semua.

"Ya, aku yakin kalau papa suatu saat akan bisa melampaui nona Lily."

"Hehehehe...aku pasti akan mewujudkan itu! Baiklah saatnya kita pulang sekarang, oh ya kau punya kamar kosong kan?"

"Ti-tidak...Aria tidak punya, kalau papa mau tidur maka papa bisa tidur bareng Ari-"

"Yosh! baiklah kalau begitu aku mau kembali saja ke Tennou."

"Be-bercanda, Aria hanya bercanda!"

"(sigh) Sebenarnya apa sih yang ada di dalam kepala kalian?"

Edward sebenarnya bertanya-tanya tentang ini, kenapa mereka semua sangat ingin melakukan hal yang seperti itu, beruntung Edward adalah laki-laki yang kuat sehingga pesona Chamuel dan yang lainnya yang bisa menjatuhkan laki-laki hanya dengan sekali tatap sama sekali tidak berguna di hadapannya, kalau tidak maka Edward tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi selanjutnya.

"Maaf...papa."

Sementara itu White sudah kembali ke kuil setelah melakukan tugas yang diberikan oleh tuannya, tetapi dia tidak bergegas menemui Edward, melainkan menemui Chamuel yang sekarang sedang duduk-duduk bersama Mikaella yang sekarang sudah tertidur lelap di kamar mereka.

"Nona Chamuel."

"Ah..White-chan, bagaimana apa lancar?"

"Ya, apa Anda bisa membuatkan salinan dari itu?"

"Tentu, Chamuel sudah hapal semua yang Ed-chan tulis di kertas itu."

Chamuel mengambil tinta dan mulai menulis apa yang telah ditulis Edward dalam suratnya, dengan ingatan fotografisnya dia bisa dengan sangat sempurna menyalin apa yang dituliskan Edward tanpa kesalahan apapun.

"Ini!"

White menerima kertas itu dan mulai membaca isi dari surat itu sebenarnya dan dia pun sangat terkejut dengan apa yang Edward tuliskan di sana.

Tentu White yang sekarang bisa membaca surat itu berkat kemampuannya yang luar biasa, dia telah menyalin pengetahuan dari Koharu tentang sandi-sandi rahasia yang telah dibuat Edward sehingga dia bisa membaca isi dari surat itu sekarang.

Melihat wajah White yang terkejut, Chamuel pun menjadi penasaran dengan apa yang sebenarnya Edward tulis.

"White-chan, ada apa? Apa isi surat itu"

"Surat ini merupakan rencana pembantaian terhadap para petinggi di kerajaan Beast."

"Pembunuhan?"

"Ya, tuan Edward telah memerintahkan kelompoknya untuk segera bergerak."

Chamuel memang sudah tahu kalau Edward tidaklah sepolos itu karena dia adalah ketua dari Leon, tetapi dia tetap tidak bisa membayangkan Edward yang terlihat seperti pemuda biasa yang polos dan baik itu adalah adalah orang yang mengerikan.

"(sigh) Chamuel pikir Ed-chan akan diam dan kita yang akan melakukan itu tapi..."

"Saya rasa itu tidak bisa dihindari mengingat masa lalu tuanku yang sangat kelam, bahkan mungkin jika tuanku orang biasa maka dia pasti akan jatuh ke dalam kegelapan."

Masa lalu Edward kurang lebih adalah sama seperti Sharon, dia telah kehilangan orang-orang yang sangat dicintainya karena serangan dari iblis yang menjadikan dirinya seperti sekarang. Tentu Edward bukanlah orang yang jahat karena dia melakukan ini bukan demi dirinya sendiri melainkan para penduduk yang telah tersiksa dengan ulah para petinggi kerajaan Beast yang bahkan mereka telah mengkudeta Tamamo dan berusaha membunuhnya.

"Ya, Chamuel tahu sih...tapi Chamuel hanya gak bisa melihat Ed-chan membunuh seseorang dengan tangannya sendiri."

"Kalau begitu apakah saya harus bergerak?"

"Tidak, karena Ed-chan sudah tahu maka lebih baik kalau menunggu dulu, lagipula tujuan kita kan sama."

Chamuel selama ini juga sudah sangat marah dengan apa yang terjadi dengan Tamamo, oleh karena itu dia juga bertujuan sama yaitu memberi pelajaran kepada mereka yang telah membuat Tamamo seperti ini dan mengembalikan Tamamo ke istananya lagi.

"Baiklah saya rasa sebentar lagi tuan Edward akan sampai jadi saya akan segera menyerahkan amplop ini."

"Tunggu dulu Chamuel ikut!"

Edward dan yang lain telah kembali ke kuil, mereka pun melihat White dan Chamuel yang menyambut mereka di halaman depan.

"White, kau sudah kembali ya? Bagaimana dengan itu?"

White menyodorkan sebuah amplop yang berisi lembaran surat kepada Edward.

"Dia menyuruhku untuk mengantarkan ini."

Edward pun terheran karena tidak melihat Lily yang biasanya selalu bersama-sama dengan White dan Chamuel.

"Oh ya ngomong-ngomong dimana Lily?"

"Lily-chan sedang bersama Kon-chan, Lilith-chan dan Cornelia-chan."

"Ah begitu? Baiklah aku akan membawa ini dan membacanya di kamar."

Sharon dan Evelyn yang terlihat lelah pun ingin segera pergi ke kamar mereka dan beristirahat secepatnya, dia bahkan sudah terlihat seperti mayat hidup karena harus bertarung dengan monster ditambah juga melakukan latih tanding dengan Edward.

"Ed, sampai besok!"

"Ya, istirahatlah yang cukup."

Aria juga ingin pamit undur diri karena dia mempunyai suatu hal yang harus dia kerjakan terlebih dulu sebelum berangkat ke tempat tidurnya.

"Papa, sampai besok, semoga mimpi indah malam ini."

"Ya, kau juga semoga bermimpi indah."

Aria, Sharon dan Evelyn pun meninggalkan Edward sendirian bersama Chamuel dan juga White dan mengerjakan urusan mereka masing-masing.

"Ya kurasa aku akan segera pergi ke kamarku juga jadi sampai besok White, Chamuel."

Edward pun segera bergegas menuju ke kamar kosong yang dimaksud Aria tadi, tetapi dia merasa tidak enak karena Chamuel dan yang lainnya mengikutinya dari belakang.

"Hoi, kenapa kalian mengikutiku?"

Tentu saja setelah melihat isi dari surat Edward yang tadi, Chamuel menjadi penasaran dengan apa yang tertulis di kertas yang dibawa Edward sekarang.

"Eh? Tentu saja kami juga ingin mendengar isinya."

"Kalian ini ya..."

"Gak apa-apa kan? kami kan juga ingin tahu."

Edward ingin menolak mereka, tetapi dia tidak tahu apa yang akan dilakukan Chamuel nanti karena dia begitu keras kepala dan akan marah jika keinginannya tidak diikuti.

"Ya baiklah, tapi jangan lakukan hal yang aneh, terutama kau Chamuel!"

Chamuel pun terlihat panik karena dia takut tujuan utamanya terbongkar.

"Eh, ke-kenapa Chamuel? Cha-Chamuel gak bermaksud ngelakuin hal yang aneh-aneh kok!"

"Hilih, kau pasti sedang mempersiapkan sesuatu kan?"

"Ti-tidak lah Ed-chan, masa Chamuel mau nyebarin serbuk pe- Eh! Bukan apa-apa."

"Sudah kuduga kau pasti mau melakukan sesuatu, sini berikan!"

Chamuel pun mengambil barang yang sudah dia siapkan dari kantongnya dan menyerahkannya ke Edward.

Itu pertama kalinya Edward melihat ada sebuah serbuk berwarna-warni indah yang terdapat di dalam sebuah botol, dia pun sama sekali tidak bisa menebak sebenarnya benda apa itu dan apa fungsinya.

"Apa ini? Gula jenis baru?"

"Tuan Edward, itu adalah serbuk mimpi."

"Pertama kalinya aku mendengarnya, jadi buat apa ini?"

"Serbuk ini sebenarnya berguna untuk membuat pengguna bermimpi seperti yang dia inginkan, dengan kata lain dia bisa mengendalikan alam bawah sadarnya semau yang pengguna inginkan."

"Apa itu kelihatannya sangat bahaya!"

"Tetapi saya dengar harga dari serbuk itu sangatlah mahal jadi..."

Chamuel menggenggam tangan Edward dengan wajah memelas dan mata yang berkaca-kaca.

"Ed-chan, sebenarnya Chamuel hanya ingin membuat Ed-chan nyaman dan bermimpi indah saat tidur, percayalah..."

"Chamuel...kau..."

Chamuel tetap berusaha meyakinkan Edward dengan wajah memelasnya kalau dia sama sekali tidak bermaksud buruk, tetapi itu sama sekali tidak berhasil karena Edward sudah kebal dengan wajah memelas palsu Chamuel.

"Jadi apa tujuanmu yang sebenarnya membeli barang yang mahal seperti ini?"

"Tch! Gak berhasil!"

"Iya lah, paling kau berniat membuatku bermimpi aneh denganmu kan?"

"(sigh) Ed-chan ini benar-benar bisa membaca Chamuel ya?"

"Tunggu dulu...bubuk ini bisa membuatmu memimpikan sesuatu kan?"

"Ya, itu memang kegunaan bubuk mimpi."

Edward akhirnya mendapatkan sebuah ide baru yang belum pernah dipikirkan sesuatu, dia pun tersenyum dan mengelus kepala Chamuel.

"Terima kasih Chamuel."

Chamuel tidak mengerti kenapa Edward berterima kasih kepadanya, tetapi merasakan kepalanya dielus dengan lembut membuatnya merasa bahagia, itu terlihat jelas dengan wajah bahagianya dan senyumannya yang lebar.

"Hehehehe Chamuel gak tahu kenapa Ed-chan berterima kasih, tapi Chamuel suka ini."

"Tuanku, apa Anda mendapatkan ide baru?"

"Ya, semua itu berkat Chamuel."

"Jadi ide apa itu tuanku?"

"Aku hanya berencana menggunakan bubuk ini kepada Kon, siapa tahu dengan menggunakan bubuk mimpi ini dia bisa teringat dengan dirinya sendiri."

"Jadi begitu!"

"Ya meskipun aku tidak tahu apakah akan berhasil atau tidak."

Chamuel pun meraih tangan Edward dan meletakkannya di kepalanya lagi agar Edward mengelusnya lagi.

"Ed-chan lagi! Lagi!"

"Ya ya aku tahu, sekarang biarkan aku kembali ke kamar dan nanti akan kuelus kepalamu sepuasnya."

"Heh benarkah? Tumben Ed-chan baik sama Chamuel, Chamuel kira Ed-chan akan tidak peduli dan pergi begitu saja."

"Dasar bodoh, selama ini apakah aku pernah sekalipun tidak peduli denganmu? Walaupun kau itu anak aneh, mesum dan juga jahil, tapi kau tetap sudah menjadi salah satu orang yang berharga untukku."

"Orang yang berharga...maksud Ed-chan seperti calon begitu?"

"Jangan bercanda, kalau kau ingin jadi calonku setidaknya jadilah dewasa dulu."

"Mum...Chamuel itu sudah dewasa tahu, cuman tubuh Chamuel saja yang gak tumbuh!"

"Tetapi sejujurnya aku sangatlah beruntung telah bertemu kalian semua."

Sesaat itu Chamuel melihat seolah-olah melihat wujud sang Cahaya dari Edward yang tersenyum kepadanya, meskipun hanya dalam waktu yang sangat singkat, tetapi itu membuat hati Chamuel merasakan kebahagiaan yang amat sangat.

"Tuan..."

"Heh? Apa kau bilang?"

"Tidak, Chamuel hanya..."

Edward ingin segera bergegas menuju ke kamarnya dan membaca isi dari amplop ini agar dia bisa segera beristirahat karena sudah sangat banyak hal yang terjadi hari ini yang membuatnya sangat lelah.

"Baiklah aku akan segera kembali ke kamar dan membaca ini."

Edward pun mulai berjalan, tetapi dia menghentikan langkahnya dan berbalik karena Chamuel dan White yang hanya terdiam tidak mengikutinya.

"Kalian tidak jadi ikut?"

"Ed-chan jalan duluan saja, kami di belakang kok."

White dan Chamuel mulai berjalan mengikuti Edward.

"Sudah Chamuel duga...Chamuel memang...White-chan juga merasakan hal yang sama kan?"

Pada saat yang sangat singkat itu Chamuel memang benar-benar seperti melihat wujud dari sang Cahaya yang bahkan dia tidak mengingat seperti apa dia, itu mungkin hanyalah ilusi belaka, tetapi itu mampu membuat hati Chamuel berdegup kencang.

"Ya, aku juga sama."

"Apa yang sebenarnya kalian bicarakan?"

"Tidak,bukan apa-apa kok Ed-chan."

Chamuel pun langsung berlari dan memeluk Edward seperti anak kecil, dia benar-bena merasa sangat bahagia karena bisa bertemu Edward dan melakukan perjalanan bersama-sama dengannya.

"Sudah Chamuel duga, Chamuel memang mencintai Ed-chan!"

"Ha? Berhentilah mengatakan hal-hal bodoh dan biarkan aku pergi ke kamarku!"

"Ya, malam ini mari kita bermesraan sepuasnya!"

"Apa yang kau katakan?, kau itu masih anak-anak!"

Mereka bertiga pun bersama-sama pergi menuju ke kamar yang sudah disediakan untuk Edward. Itu adalah kamar yang mempunyai pintu yang sangat besar dan bahkan besarnya sama dengan pintu kamar dari raja sebuah negeri, dia pun segera membuka kamar itu dan melihat sebuah ruangan yang sangatlah bagus.

"A-apa ini..."

"Tentu saja kamar spesial buat Ed-chan."

Edward pun terkejut hanya dengan melihatnya saja, dia mungkin sudah pernah melihat hal yang seperti ini pada saat pergi berkunjung ke istana Chamuel, tetapi dia tetap masih belum terbiasa dengan kemewahan karena dirinya yang selama ini sudah terbiasa tidur di alam terbuka.

Edward pun mulai merasa mual hanya dengan melihat seberapa mewah kamar itu, dia benar-benar belum dan tidak mau terbiasa dengan gaya hidup mereka semua yang merupakan orang kaya.

"Ed-chan, kenapa muka Ed-chan terlihat pucat?"

"Tidak, aku hanya tidak terbiasa, kurasa aku akan tidur di luar saja malam ini."

"Tuan Edward, sangat berbahaya tidur di luar, bagaimana kalau Anda masuk angin?"

"Hah? Mana mungkin orang sepertiku ini masuk angin?"

Memang saat sebelum Edward memulai perjalanannya dengan Lily dan yang lainnya, dia sering tidur di hutan dengan ditemani api unggun sebagai penghangat, bahkan sangat jarang Edward tidur di ranjang yang empuk, nyaman dan besar kecuali kalau dia memang tidak ada pekerjaan.

"Aku sudah biasa tidur di hutan sejak dulu."

Sebagai bagian dari anak-anak Zodiak, tentu White dan Chamuel tidak bisa membiarkan Edward untuk melakukan itu lagi selama mereka ada di sisinya.

"Tuan Edward, saya tidak bisa membiarkan Anda melakukan itu lagi!"

"Benar itu Ed-chan, Chamuel juga bisa marah kalau Ed-chan tidur di luar!"

White dan Chamuel tahu kalau mereka tidak mempunyai hak untuk melarang Edward, tetapi mereka tidak bisa membiarkan sang Cahaya yang agung menolak tidur di kuilnya sendiri dan malah tidur di luar.

"Kenapa kalian malah yang marah?"

"Tentu saja kami marah, masa kami mau membiarkan tuan kami tidur di luar."

"Tuan ya...? asal kalian tahu aku masih belum percaya tapi...baiklah aku akan mendengarkan kalian."

Edward, Chamuel dan White pun masuk ke dalam kamar yang sangat besar dan juga mewah itu dan untuk kedua kalinya Edward berpikir bahwa tidak seharusnya ada yang seperti ini apalagi di dalam kuil yang seharusnya tempat yang religius.

"Tapi apakah benar-benar boleh ada tempat kaya gini di kuil?"

"Heh, apa yang Ed-chan katakan? Ini bukan kuil."

"Eh, bukan?"

Tentu walaupun mereka adalah anak-anak Zodiak sekalipun, mereka tidak akan seberani itu untuk membangun hal-hal yang sama sekali tidak ada sangkut pautnya dengan sang Cahaya karena mereka adalah orang-orang yang paling menghormati sang Cahaya lebih dari semuanya.

"Ja-jadi ini bukan kuil?"

"Ya mana mungkin kami membangun tempat kaya gini di dalam kuil yang sebenarnya, Ed-chan ini aneh-aneh saja."

"Tuanku, kuil yang sebenarnya masih terletak jauh di belakang tempat ini."

"Eh, lalu apa guna bangunan ini?"

"Tentu saja buat kami lah, kami kan kadang-kadang juga datang ke sini."

Edward duduk di salah satu kursi dan mulai membuka amplop, dia pun membaca isi tulisan yang penuh sandi yang tertulis di lembaran-lembaran kertas di dalam amplop dengan sangat teliti sehingga tidak ada satu huruf pun yang salah.

Kendati terkejut, Edward nampak tenang ketika membaca lembaran-lembaran tulisan itu seolah-olah dia memang sudah memprediksi apa yang ada di dalamnya sebelum dia membaca itu.

"Kurasa memang seperti yang sudah aku duga."

"Ed-chan, apa isinya?"

"Intinya akan ada perang yang terjadi."

"Perang?!"

"Ya, kerajaan Beast mau menantang perang kekaisaran sebelah."

"Kekaisaran sebelah...eh bukannya itu kekaisaran milik tuanku?"

"Mumumumu...kalau begini Chamuel akan memanggil pasukan khusus Chamuel dan meratakan mereka!"

"Jangan bodoh, itu hanya akan membuang-buang tenaga!"

"Ta-tapi kerajaan Ed-chan-"

Menjadi Kaisar adalah hal terburuk yang bisa terjadi kepada Edward karena dia tidak akan bisa bebas berkeliaran menyeberangi negeri orang lagi seperti sekarang, dia akan membutuhkan hal-hal rumit yang sangat dibencinya hanya untuk menjejakkan kakinya.

"Aku belum memutuskan untuk menerima tahta, lagipula kalau aku jadi Kaisar, aku tidak akan bisa bebas kesana kemari seperti sekarang kan?"

Edward meletakkan lembaran-lembaran kertas itu di meja dan mengerutkan dahinya.

"(sigh) Sudah kuduga akan jadi seperti ini, mereka menaikkan pajak para rakyat untuk biaya perang."

Edward benar-benar tidak habis pikir dengan mereka semua para petinggi kerajaan, mereka telah mengkudeta Tamamo dan bahkan mencoba membunuhnya hanya untuk suatu tindakan bodoh melawan kekaisaran Aritophia.

Chamuel dan White pun melihat wajah Edward yang berubah menjadi sangat serius.

"Dasar para badut-badut bodoh!"

"Ed-chan..."

Edward memang dari awal sama sekali tidak berniat untuk merahasiakan hal ini kepada yang lainnya karena dia yakin kalau Chamuel dan yang lainnya akan segera tahu juga akan apa yang dia lakukan.

"Aku yakin kalau kalian juga tahu kalau aku memang berniat untuk menghabisi para badut-badut itu."

"Ya, kami tahu tapi setidaknya biarkan kami saja yang melakukannya."

"(sigh) Setidaknya pikirkanlah posisimu Chamuel, kau adalah pemimpin dari sebuah negeri."

"Ta-tapi Ed-chan kan juga-"

"Identitasku masih banyak yang belum tahu, apalagi kalau aku menggunakan nama Leon maka itu sudah tidak aneh lagi jadi aku akan aman."

"Kalau begitu bagaimana dengan saya tuanku?"

"Ya aku sih tidak keberatan karena penampilanmu memang sudah seperti manusia kucing tetapi ya...Ehm! aku ingin melaksanakan pekerjaan terakhirku sebagai ketua dari Leon."

"Eh, Ed-chan mau udahan?"

"Ya aku masih mau sih tapi situasiku sudah tidak mendukung."

"Tidak mendukung? Kenapa?"

Di dalam hatinya Edward sebenarnya masih ingin terus menjabat sebagai ketua dari Leon, tetapi mempertimbangkan keadaannya yang sama sekali tidak mendukung maka dia harus menyerahkan posisi ketua kepada Koharu, orang yang paling pantas menduduki posisi itu.

"Karena aku adalah pangeran! Mau tidak mau semua orang akan tahu itu."

"Tetapi bukannya kalau gak ada Ed-chan, Leon akan-"

Memang pada awalnya Leon terlihat akan bubar dengan tidak adanya Edward, tetapi pada saat-saat yang sulit itu Koharu selalu berusaha menyatukan semuanya sehingga Leon menjadi utuh lagi seperti sekarang.

"Itu gak akan karena aku sudah melihat perubahan Koharu, aku yakin kalau dia bisa, kau juga sudah bertemu dengannya kan White?"

Pada saat bertemu dengan Koharu, memang White bisa merasakan kalau dia akan menjadi pemimpin yang hebat, tetapi meskipun begitu dia masihlah belum matang dengan kurangnya pengalaman Koharu yang masih sangat muda.

"Ya, dia nampak seperti pemimpin yang bisa diandalkan tetapi..."

Edward sudah tahu kalau Koharu masih belum matang, tetapi meskipun begitu dia tetap percaya dengan Koharu karena dengan tidak adanya dirinya, Sharon, Austin, Rose, dan juga Mikaella, maka tidak ada yang lebih cocok menjadi pemimpin.

"Ya, aku sudah tahu, tetapi aku yakin kalau dia akan terus belajar dan pasti akan menjadi pemimpin hebat suatu hari."

Selain percaya, tentu Edward juga merasa bangga dengan Koharu, murid berbakat yang telah dia besarkan dengan tangannya sendiri sehingga menjadi seperti sekarang, dia sangat yakin kalau Koharu pasti akan membuat Leon menjadi tempat yang lebih baik lagi.

"Yah lagipula aku juga punya petualangan baru dengan kalian jadi mana bisa aku menjadi ketua dari Leon."

"Oh ya, benar juga! Ehehehe Chamuel gak kepikiran."

"Tetapi sekarang yang lebih penting yaitu mengembalikan ingatan dari Kon."

"Kalau begitu perangnya?"

"Aku akan serahkan itu pada Julius saja, aku yakin kalau dia bisa melakukan sesuatu untuk menunda perang itu."

"Kalau gitu Ed-chan, cepat elus kepala Chamuel, Ed-chan kan sudah janji!"

"Ya ya aku mengerti."

Chamuel pun langsung tidur seperti anak kucing di pangkuan Edward dengan wajah yang terlihat sangat bahagia.

Edward tidak keberatan karena dia sudah sangat terbiasa dengan Chamuel dan juga yang lainnya yang selalu bersikap manja kepadanya seolah-olah seperti seorang anak kecil.

White yang melihat itu pun mendekati Edward dan duduk di sebelahnya, dia pun melai menyandarkan kepalanya di bahu Edward dengan ekspresi wajah yang senang.

"Jeez! Kalian ini memang manja ya?"

"Ehehehe~ sekali-kali gak apa-apa kan?"

Entah kenapa ketika mereka bersikap manja seperti ini, Edward benar-benar merasakan di dalam hatinya seolah-olah kalau mereka semua adalah anak-anaknya, dia merasa sangat nyaman dan juga bingung dengan perasaan ini.

Pada akhirnya setelah beberapa lama, Chamuel dan White pun tertidur dan Edward mau tidak mau membaringkan mereka semua di ranjang kamar itu.

Edward pun tersenyum seketika melihat wajah Chamuel dan White yang nampak tertidur bahagia seolah-olah tidak mempunyai beban apapun di dalam hidupnya.

"Sungguh, benar-benar manja..."

Edward pun perlahan keluar dari kamar itu dan pergi, dia berjalan keluar dan menutup pintu dengan sangat pelan agar tidak membangunkan mereka berdua.

"Selamat malam...Chamuel, White."