The Twin Princess of the Sea part 2-2

Seketika ombak Tsunami raksasa itu berubah menjadi Es.

Ombak raksasa yang membuat semua orang ketakitan itu sekarang telah berubah menjadi Es raksasa yang menutupi daratan disana seperti yang dilakukan ombak itu tadi.

Daratan yang semula berwarna hijau itu sekarang telah berubah menjadi es semuanya begitupun dengan makhluk-makhluk yang ada didalamnya.

Ini bukanlah ulah dari Alstromeria maupun Albert. Mereka bahkan sangat terkejut dengan itu semua sampai-sampai terlihat jelas ekspresi mereka yang mengatakan semuanya.

Ya, ini tidak lain dan tidak bukan adalah ulah dari The Icy Maiden, atau biasa dikenal dengan White, satu-satunya makhluk yang menguasai sihir es sampai di level ini.

Sihir super Glacia Terra ini bukanlah sihir yang dikuasai oleh makhluk yang sembarangan, sihir super ini adalah sihir yang sangat luar biasa sehingga bisa membekukan sesuatu dengan radius yang luas dengan sekejap. Sihir yang saking hebatnya sampai-sampai White hanya menggunakannya ketika keadaan genting seperti ini.

White pun akhirnya terlihat oleh pandangan orang yang ada di sana. Di mulutnya terlihatlah kabut es yang keluar bagaikan asap setiap dia bernapas.

Seorang gadis kucing yang mempunyai paras yang sangat cantik layaknya bidadari. Semua orang langsung terpana melihat White yang berdiri sendirian disana.

"Siapa gadis cantik itu?", tanya Albert sambil terus melihat ke arah White.

"I-i-i-itu-tu-tu-tu White!", ucap Alstromeria yang dengan gagapnya menjawab.

"Kak Alstro, ada apa? kenapa anda-"

"A-apa kamu benar-benar tidak tahu siapa orang itu?"

"Hah? apa maksud kakak?"

"Di-dia adalah White! WHITE! W-H-I-T-E!"

"Aku tidak tahu tetapi kalau kakak bisa menjadi seperti ini itu pasti dia orang yang hebat."

"Tentu saja dia adalah orang yang hebat! Dia adalah White, sang putri Es!"

Tentu bukan tanpa alasan kenapa Alstromeria bisa menjadi seperti ini, itu semua karena dia adalah fans berat dari sang putri es itu.

Ya, Alstromeria semenjak kecil sangat mengagumi White dan sihir es luar biasanya. Bahkan alasan kenapa dia mempelajari sihir es adalah karena rasa kekagumannya terhadap White.

Memang saat ia kecil White diceritakan sebagai sosok legenda yang keberadaannya sendiri tidak diketahui, tetapi setelah dia dewasa dan bergabung dalam Sepuluh Ksatria dia menjadi tahu kalau White yang ia kagumi itu bukan hanya legenda belaka, tetapi dia benar-benar ada.

Dari langit nampaklah Edward yang terjun bebas menuju ke White.

Tiba-tiba di langit terlihat seekor Naga Loong besar berwarna emas. Itu membuat semua orang terkejut sehingga tidak bisa berkata apapun.

Albert dan Alstromeria kembali terkejut dengan kemunculan naga emas yang tidak lain dan tidak bukan adalah Arashel.

"Itu?! Kenapa dia ada disini?", Tanya Alstromeria.

Arashel pun turun kebawah lembali ke wujud Humanoidnya yang dibarengi dengan Chamuel yang bersama dua orang Mermaid, Kon dan Lily.

Mereka semua terjun menuju ke kota kecil itu.

Orang-orang disana kembali terkejut melihat kelompok yang diisi oleh gadis-gadis layaknya bidadari itu tetapi ras mereka berbeda satu sama lain.

"Si-siapa kalian?", tanya Alstromeria.

Chamuel mengeluarkan senyum smugnya.

"Kami? Hehehe...kami adalah budak cinta pria disana itu."

Chamuel menunjuk ke arah Edward.

Edward yang mendengar itu pun langsung berteriak "DIA BOHONG!" dengan sangat keras.

Edward pun menyadari Alstromeria dan Albert disana. Itu membuat Edward benar-benar berpikir bahwa Julius itu adalah orang yang suka berprasangka buruk kepada orang lain.

"Mereka...Julius sialan! Apa dia pikir aku akan melarikan diri lagi?"

Edward melihat kearah es raksasa hasil dari sihir White.

"Tetapi meskipun aku sudah tahu, tetap saja aku merinding melihat sihir super kalian."

Mendengar itu Chamuel membusungkan dadanya.

"Ehem...tentu saja lah...kita gitu loh!", Teriak Chamuel dengan kerasnya sampai terdengar ke tempat Edward.

Lily melihat kearah ombak raksasa yang menjadi es itu.

"Masih belum berakhir."

Tiba-tiba terdengar suara retakan dari es raksasa itu. Edward yang mendengarnya sudah tahu kalau ini masih belum berakhir.

Chamuel, White, dan Arashel pun segera berdiri di depan semuanya.

"Lily-chan, serahkan ini semua pada kami.", Ucap Chamuel dengan nada yang serius.

"Ya~ Lily ngerti!"

Melihat ke arah Edward, Chamuel menggigit jari jempolny.

"Tch! Chamuel masih khawatir membiarkan Ed-chan bertarung!"

"Jangan khawatir, mau bagaimanapun Darling adalah Tuan kita yang agung. Dia adalah sang Cahaya, sosok terkuat di dunia ini."

"Ya, Chamuel tau tapi...ugh!"

Para penduduk kota itu tetap saja terkejut dengan kedatangan Chamuel dan yang lainnya.

Tidak pernah terpikirkan di kepala orang-orang di kota itu kalau mereka akan melihat kelompok yang isinya ada Malaikat, Manusia Hewan, Mermaid, Naga, Manusia, dan juga satu orang yang mereka tidak tahu dia dari ras apa.

Memang itu sangatlah jarang ada yang mau membentuk kelompok dengan orang yang selain dari ras mereka. Ini bisa dibilang menyangkut kebanggaan ras mereka sendiri.

Alstromeria pun mendekat ke arah Arashel dan yang lainnya.

"Nona Arashel, bolehkah saya bertanya kenapa anda kesini?"

"Aku? Tentu saja untuk menemani tunanganku. Memangnya ada yang lain?"

Arashel menunjuk ke arah Edward.

"Dia, laki-laki disana itu adalah calon kaisar, Xavier Eucodia Artorias, penguasa sah dari kekaisaran ini."

Semua orang disana terkejut bukan main mendengarnya. Mereka langsung berbondong-bondong mencoba melihat siapa yang Arashel maksud.

Dia, sang Calon kaisar adalah seorang Laki-laki yang mempunyai tubuh yang tinggi dengan rambut yang berwarna tidak biasa yaitu putih. Itulah yang nampak oleh mata para penduduk kota itu.

"Jadi dia sang calon kaisar...kalau seperti ini situasinya berubah."

Alstromeria menatap Albert.

"Albert, perubahan misi! Lindungi tuan Xavier!", ucap Alstromeria dengan nada serius.

"Hentikan saja. Mereka yang ada di sana berada di level yang berbeda dengan kalian."

"Apa?!"

"Aku tidak bilang kalau kalian lemah, tetapi kalau kalian masih belum bisa mengalahkan Marielle maka lebih baik buat kalian untuk diam."

Jika mereka dibandingkan dengan Marielle maka kekuatan mereka masih kalah jauh, bahkan mereka juga bisa dibilang lebih lemah dari Verzz dan Astral.

Tidak bisa dipungkiri setiap orang mempunyai bakat yang berbeda-beda termasuk mereka berdua.

Jangan salah! mereka berdua sangatlah berbakat, setidaknya mereka adalah yang terbaik sehingga bisa masuk ke dalam sepuluh ksatria. Tetapi akan selalu ada bakat yang lebih besar dan lebih terang dari mereka.

"Setiap orang mempunyai batasannya masing-masing....ya?"

Mendengar ucapan itu Edward teringat akan dirinya sendiri, seorang anak yang sama sekali tidak berbakat dalam bertarung atau apapun. Bahkan saat itu dia sangat kesulitan hanya untuk melawan anak seusianya tetapi...

Dunia ini telah memaksanya menjadi pembunuh! Mengubah hati dari anak yang polos menjadi berhati dingin. Tangannya...tangan orang yang menjadi calon kaisar, tangan yang telah penuh dengan darah orang-orang telah dia bunuh di masa lalu, maupun yang akan dia bunuh di masa depan.

Edward menatap tajam Lorelei yang berada di dalam Es yang retak itu. di dalam retakan Es itu terlihat cahaya merah yang berasal dari mata Lorelei.

*Kretek, kretek*

Edward memasang kuda-kudanya melihat retakan es yang mulai merembet kemana-mana.

Tiba-tiba es raksasa itu pun hancur dan langsung terlihat Lorelei yang terlihat ada di dalam bulatan air menuju ke arah Edward dengan kecepatan tinggi.

"Sudah kuduga akulah yang diincarnya ya?"

Edward pun mengambil batu-batu es yang kecil dan dia pun segera berlari dengan sangat cepat menghindari kejaran Lorelei tetapi Lorelei juga tidak kalah cepat darinya.

*Tap, tap, tap*

Edward berusaha berlari secepat mungkin tetapi tetap menjaga jarak dengan Lorelei apalagi permukaan Es ini terasa licin baginya.

Setelah ia berlari dari Lorelei selama beberapa saat, pada saat itulah Edward menyusupkan kekuatan Cahayanya di batu es yang dia bawa itu dan dia pun melemparkannya ke arah Lorelei.

*Wooosh!* Dengan kecepatan yang sangat tinggi batu es itu pun meluncur ke arah Lorelei dan...

Batu itu mengenainya tetapi hancur tanpa bisa melukai Lorelei, bahkan Lorelei sendiri sama sekali tidak menganggap itu ancaman yang bisa melukainya.

*Tap, tap, tap*

Edward berlari lagi menjauh dari lorelei tetapi kali ini dia sambil tersenyum.

"Orang yang terlalu kuat memang seperti itu, selalu mengabaikan sesuatu yang sepele tanpa sadar itu akan menjadi kehancurannya."

Edward pun mengepalkan tangan kanannya dan memusatkan kekuatannya disana.

Setelah dia rasa sudah cukup menjauhkan diri dari Lorelei dia pun berhenti dan tanpa membuang-buang waktu dia meninju es yang ada di bawahnya.

Tinjuan Edward itu sangatlah keras sehingga membuat Es yang ada di sekitarnya retak dan hancur seketika menciptakan penghalang kabut es yang membuat wujudnya menghilang.

Lorelei tidak peduli dengan itu walah dia tidak bisa melihat wujudnya sekalipun dia masih bisa merasakan hawa keberadaannya tetapi...

Secara tiba-tiba hawa keberadaan Edward lenyap dari sana membuat Lorelei segera berhenti.