The Fox Empress, Tamamo no Mae Part 2-6

Kon dengan segala kekuatan yang ia punya, dia pun menyerang Tamamo.

Mereka berdua benar-benar terlihat seimbang dalam hal kekuatan sekarang, tetapi Tamamo membagi dirinya menjadi delapan yang masing-masing bagiannya terlihat persis seperti Kon.

Delapan bagian itu pun menyerang Kon secara bersamaan dan itu membuat Kon kewalahan melawan dirinya yang ada delapan. Tamamo pun berhasil membuat Kon lengah dan dia menyerang Kon secara bersamaan.

Kon pun terpental jauh karena serangan dari delapan bagian Tamamo itu.

"Ack!"

Kon pun merasa kesakitan karena perutnya terkena serangan telak dari Tamamo yang entah kenapa terasa jauh lebih kuat dari sebelumnya.

"Aku memujimu, aku tidak menyangka kalau kau bisa mengimbangiku seperti itu, tetapi..."

"Kenapa...? seharusnya aku sudah bisa...uhuk!"

Kon melupakan sesuatu, ya dia lupa kalau Tamamo no Mae, dirinya adalah salah satu dari Zodiak yang mempunyai kekuatan yang sangat besar.

"Aku adalah salah satu dari Zodiak, aku tidak akan kalah semudah itu apalagi denganmu."

Tamamo pun kembali bersatu dan dia berjalan ke arah Kon, dia menyentuh dagu Kon dan memandangi wajahnya, memandangi wajah dirinya sendiri yang menolaknya.

Dia membenci Kon tetapi di sisi lain dia melihat Kon sebagai dirinya sendiri.

"Selamat tinggal, diriku."

Tamamo meruncingkan kukunya dan bersiap untuk menusuk Kon.

Lily yang melihat itu pun segera berteriak.

"Kon, bangunlah!"

Tanpa keraguan sedikitpun, Tamamo menusuk tepat di jantung Kon untuk memberikan kematian yang tidak menyakitkan.

Di luar sana, di tempat Edward yang sedang menahan tubuh rubah raksasa Tamamo dengan rantainya tiba-tiba terjadi sesuatu. Ya, tubuh raksasa Tamamo tiba-tiba memberontak.

Itu membuat Edward terkejut dan dia pun segera memperketat rantainya lagi dan lagi.

Dengan melihat itu Edward tahu apa yang sedang terjadi di dalam sana. Dia tahu menghadapi Tamamo itu tidak mudah tetapi dia berharap jika dalam situasi terburuk pun Kon bisa selamat.

"Sial, sepertinya situasinya menjadi jauh lebih buruk!"

Tiba-tiba terdengar suara orang yang tidak asing bagi Edward.

"Ed-cchi, aku punya permintaan!"

Edward pun langsung menoleh ke arah asal suara itu dan benar, dia menemukan orang yang sama sekali tidak asing disana, dia adalah salah satu teman dekatnya.

Darah pun mulai keluar dari dada maupun mulut Kon, tetapi tidak ada yang bisa dia lakukan. Dia bahkan sekarang merasa matanya terasa sangat berat seolah-olah dia sedang mengalami kantuk yang luar biasa.

Dengan samar-samar dia pun melihat wajah Tamamo yang mirip dengannya teetapi lebih dewasa seolah-olah dia adalah kakak perempuannya. Itu mengingatkannya tentang masa lalu dan dia pun tersenyum mengingat dulu dia pernah memiliki orang yang dia anggap kakak.

Dulu jauh di masa lalu saat kekaisaran Miyako dan legenda dari Tamamo no Mae terbentuk, dulu saat dia masih menjadi seorang gadis rubah kecil sama seperti sekarang.

Dia dulunya adalah seorang gadis rubah malang, seorang gadis rubah yang sudah menyaksikan seberapa kejamnya dunia ini bagi yang lemah.

Seorang gadis rubah kecil yang telah kehilangan semua keluarganya diakibatkan perang yang berkelanjutan antar ras manusia hewan yang tak kunjung selesai.

Di sebuah daerah bersalju di dalam pegunungan tinggi dia tinggal bersama beberapa anak yang bernasib sama sepertinya.

Mereka tidak mempunyai pilihan lain selain tinggal disana, mereka tidak mempunyai kekuatan untuk berkompetisi dengan orang yang kuat, mereka hanyalah makhluk lemah yang tidak berdaya.

Tetapi...

"Hei Shirayuki, lihat apa yang kutemukan?"

Seorang gadis kelinci kecil yang memakai kimono tersenyum dan memperlihatkan apa yang ia bawa, sesuatu yang sangat menarik yang pernah ia temukan.

Seorang gadis rubah itu pun terpesona dengan apa yang gadis kelinci itu temukan.

"Wa~h apa ini?"

Tiba-tiba perut gadis kelinci itu pun berbunyi.

"Ah...lapar, apakah makanannya masih belum siap?"

Di musim dingin seperti sekarang, buah-buahan ataupun sayur tidak akan tumbuh, sehingga mereka tidak mempunyai pilihan lain selain memakan apapun yang ada.

Tetapi beruntungnya mereka telah belajar cara bertahan hidup, itu semua berkat orang yaang mau menampung mereka disana.

Dari dalam rumah kecil dari kayu itu, muncullah seorang wanita, tetapi anehnya wanita itu tidak terlihat seperti dari ras manusia hewan.

Wanita itu memakai kimono berwarna merah dengan rambut panjang hitamnya.

"Kalian berdua, jangan bermain saja, Cepat masuk sebelum ada badai salju!"

"Ya, kami datang!"

Dua gadis kecil itu pun berlari masuk ke dalam rumah kayu kecil itu.

Di dalam rumah itu terlihat sebuah sup yang hangat di dalam sebuah kuali yang menggantung. Mereka berdua pun merasa tidak sabar melihat itu.

"Kakak, itu?!"

"Ah..itu? kemarin aku mendapatkannya saat turun gunung. Ada seorang nenek-nenek baik yang memberikanku ini."

Mata mereka pun terlihat berbinar-binar melihat sup kentang dan wortel yang ada di dalam kuali itu. Sup hanyat yang sangat cocok dimakan di dalam cuaca seperti ini.

Wanita itu pun mengeluarkan dua mangkok dan mengisinya dengan sup lalu dia pun memberikannya kepada gadis rubah dan gadis kelinci itu.

"Eh, kak Fu gak makan?"

"Kakak sedang sibuk, jadi kalian makan duluan saja. Lagipula kalian pasti kedinginan kan habis bermain di luar."

"Apa kak Fu mau menulis surat untuk teman kakak lagi?"

Wanita itu pun mengeluarkan kertas dan kuas untuk menulis, dia pun mulai menuliskan sesuatu di kertas itu.

Itu memang sudah sesuatu yang biasa melihat wanita itu menulis. Meskipun gadis kelinci dan rubah itu tidak tahu apa yang sebenarnya ia tulis tetapi wanita itu selalu menjawab kalau dia sedang menulis surat untuk temannya ketika ia ditanya.

Fu pun terlihat pusing ketika dia sedang menulis. Gadis rubah dan kelinci pun langsung menyadari itu dan segera berlari ke arahnya.

"Kak Fu? Kakak kenapa?"

Melihat mereka berdua yang khawatir itu, Fu pun berusaha untuk menahannya agar mereka tidak khawatir.

"Tidak apa-apa kok, mungkin kakak hanya kelelahan saja."

Melihat orang yang sudah menjadi penyelamat mereka dalam keadaan seperti ini, tentu mereka berdua tidak bisa tinggal diam.

"Kak Fu, kalau kakak tidak enak badan, biar kami saja yang mengantar suratnya ke teman kakak!"

"Tidak!", Ucap Fu dengan nada keras.

Dua gadis kecil itu pun merasa terkejut dengan Fu yang tiba-tiba membentak mereka.

Fu pun memeluk mereka berdua.

"Maafkan kakak, tetapi aku tidak ingin terjadi sesuatu dengan kalian berdua."

Mereka berdua pun membalas pelukan Fu dengan lembut. Mungkin ini memang Fu yang terlalu overprotektif ke mereka tetapi dunia di luar sana sangatlah kejam terutama bagi dua gadis kecil yang lemah.

"Kak Fu...terima kasih karena kakak sudah baik kepada kami berdua."

"Kalian berdua adalah keluargaku, tentu aku akan melakukan apapun demi kalian."

Seperti biasa setelah selesai, Fu pun menidurkan mereka.

Sambil mengusap rambut mereka dengan lembut, Fu melihat pakaian Kimono mereka yang sudah usang, Fu berpikiran ia ingin membelikan mereka pakaian Kimono baru yang indah.

"Kalau tidak salah kalian berdua tidak ingat hari lahir kalian ya? Bagaimana kalau besok kita buat pesta ulang tahun kecil-kecilan?"

"Ulang tahun?"

"Ya, karena aku juga tidak tahu kapan aku lahir jadi karena kita sudah seperti saudara."

Kedua gadis kecil itu pun tersenyum manis kepada Fu.

"Ya!"

Di dalam sebuah rumah kayu kecil, terdapat tiga orang yang saling menyayangi dan membantu satu sama lain. Itulah keluarga bahagia mereka bertiga sampai suatu saat...

Fu jatuh sakit yang mengakibatkan tubuhnya menjadi tidak berdaya dan dia seharian hanya berbaring di tempat tidurnya.

Itu adalah musim yang sama di musim dingin, musim dimana tidak ada makanan yang bisa mereka peroleh dari dalam hutan.

Beruntung dua gadis itu sudah belajar cara mendapatkan ikan sehingga mereka bisa mendapatkan makanan walau di musim dingin seperti ini.

Setiap hari dengan riang gembira mereka menangkap ikan demi Fu. Mereka memang sedih karena keadaan Fu yang semakin memburuk, oleh karena itu mereka berusaha menjual sebagian hasil tangkapan mereka untuk uang yang mereka kumpulkan demi untuk membeli obat.

Tentunya Fu tidak tahu ini karena kalau dia tahu pasti dia akan memarahi mereka dan bahkan menolak obat pemberian mereka.

Kali ini mereka juga sama, mereka pergi ke desa terdekat untuk menjual ikan hasil tangkapan mereka.

Beruntung kali ini hasil tangkapan mereka lumayan sehingga mereka bisa mendapatkan uang lebih untuk mereka tabung lagi.

"Hei Yuki, apa kau tahu kalau kata orang-orang ada danau yang katanya disana ada sangat banyak ikan?"

Mata Yuki sang gadis rubah yang mendengar itu pun berbinar-binar.

"Eh, benarkan? Apakah jika kita menangkap ikan disana, kita bisa mendapat jauh lebih banyak ikan?"

"Ya, dengan itu kita bisa lebih sering membeli obat buat kak Fu!"

"Dan suatu saat, kak Fu pasti bisa sembuh!"

Mungkin mereka terlihat seperti gadis kecil, tetapi mereka adalah gadis kecil yang berhati kuat. Mereka tidak menyerah dengan keadaan yang menimpa mereka sekarang.

Sementara itu Fu yang ada di rumah, dia berusaha berdiri dengan tongkat dan keluar dari rumah.

Dia terlihat sedang membawa sebuah gulungan kertas menuju ke suatu tempat.

Sebenarnya dia sudah tahu kalau Yuki dan Sakura setiap hari berusaha mencari uang untuk obat dirinya, dia bukanlah orang bodoh yang tidak peka akan hal itu.

Oleh karena itulah dia merasa bersalah, dia marah akan dirinya yang lemah ini. Setiap hari dia selalu menangis membayangkan senyuman Yuki dan Sakura, gadis yang telah ia anggap sebagai keluarga sendiri.

"Yuki, Sakura, maafkan aku!"

Fu terus berjalan dan berjalan menjauh dari rumah yang penuh dengan kenangan itu.

Dia harus memaksakan dirinya, ini semua demi keamanan dan masa depan dua gadis itu, dua gadis yang sangat ia sayangi.

Dia terus berjalan dan berjalan sampai akhirnya dia pun sampai di tempat tujuannya tetapi...

Dia sangat terkejut melihat sebuah rumah yang menjadi tempat tujuannya telah hangus terbakar tidak berbentuk.

"Ini...mungkinkah?!"

Fu memang semenjak dia jatuh sakit, dia belum pernah mengirim surat lagi, mungkin sudah hampir setahun lalu. Fu pun mendekat dan dia berusaha mencari peninggalan-peninggalan berharga yang bisa dia dapat.

"Ini...seperti yang sudah kuduga kalau mereka diserang."

Dia pun melihat sebuah mayat yang terlihat memeluk sesuatu. Itu adalah sebuah kotak dan Fu pun mengambil dan membukanya.

"Ini..."

Fu pun tidak kuasa menahan tangisnya.

Walau mayat itu sudah hangus terbakar, dia tahu persis siapa identitasnya, dia adalah sahabat dekat Fu yang telah meninggal dengan melindung benda yang sangat berharga ini.

"Kei..."

Fu tidak percaya kalau sahabatnya itu benar-benar memberikannya ini, itu benar-benar membuat Fu jatuh dalam kesedihan.

Tiba-tiba dari kejauhan terlihat Pisau tajam yang melaju ke arahnya dengan cepat. Beruntung Fu melompat ke samping sampai dia jatuh tersungkur.

Terlihatlah sekumpulan manusia hewan disana dengan senjata mereka yang lengkap.

[Ah...apa ini akhirnya?]

Dengan keadaannya yang seperti ini, sangat mustahil bagi Fu untuk melawan mereka atau hanya melarikan diri sekalipun, bahkan walau dia sehat pun dia tidak yakin bisa melarikan diri begitu saja.

Tiba-tiba dia teringat akan anak-anak itu.

"Kak Fu..."

Senyuman dari anak-anak itu benar-benar membuat Fu merasa dia tidak bisa menyerah. Walau dia berusaha melarikan diri sekalipun, dia tidak bisa kembali ke rumahnya tempat dimana anak-anak itu berada.

"Maafkan aku, Sakura, Yuki."

Fu pun bangkit dan berdiri, di dalam hatinya dia masih belum menyerah dengan ini, tidak sebelum dia memberikan itu kepada mereka berdua.

"Hei Sakura, lihat kita dapat banyak ikan! Ternyata rumor itu benar!"

"Ya! Dengan ini kita bisa menghasilkan uang lebih!"

"Ngomong-ngomong haduah buat kak Fu sudah kau amankan kan?", ucap Sakura sambil ia mengambil jala ikan.

Yuki mengangkat jemponya.

"Tentu! Aku sudah menaruhnya di tempat yang sangat aman!"

Mereka berdua tidak sabar membayangkan reaksi Fu ketika mereka memberikan hadiah. Tahun lalu Fu sudah membuat mereka bahagia dengan pesta ulang tahun kecil-kecilan tetapi tahun ini mereka ingin memberikan hadiah kepada Fu sebagai rasa terima kasih dan dukungan mereka kepadanya agar Fu cepat sembuh dan bisa bermain lagi dengan mereka berdua.

Mereka sangat ingin bisa melihat Fu bahagia, tersenyum lagi seperti sedia kala layaknya dulu saat dia masih sehat.

[Sakura...Yuki...terima kasih...]

Tiba-tiba seolah-olah mereka mendengar suara dari Fu di dalam kesunyian musim dingin.

"Eh, apakah tadi aku mendengar suara kak Fu?", ucap Yuki sambil melihat sekitar.

Sakura yang sedang mengangkat jala ikan juga mendengarnya, suara lembut yang samar-samar. Suara kakak mereka yang penuh dengan cinta dan kehangatan.

"Ya, kayanya aku juga mendengarnya."

Perasaan mereka pun menjadi tidak enak, dengan cepat mereka segera memasukkan ikan-ikan yang mereka tangkap ke dalam keranjang dan bergegas pulang.

"Ayo kita pulang!"

Mereka terlihat khawatir, bahkan mereka berjalan dengan tergesa-gesa menuju ke rumah mereka yang terletak jauh di dalam hutan.

Mereka berharap tidak ada sesuatu yang buruk terjadi dengan Fu, satu-satunya keluarga yang mereka punya.

[Kak Fu!]

Mereka pun berlari di dalam putihnya salju yang mengitari mereka. Tidak peduli seberapa dinginnya musim itu, mereka hanya berlari dan berharap tidak ada apapun yang terjadi.

Dari kejauhan mereka akhirnya melihat rumah mereka, rumah yang dipenuhi oleh kenangan bersama-sama.

Mereka pun semakin mendekat dan mendekat ke rumah yang penuh dengan kenangan itu, tetapi mereka menyadari sesuatu.

"Kak Fu!", teriak mereka bersama-sama.

Rumah yang penuh dengan kenangan itu terlihat berantakan, bahkan pintunya pun juga sudah rusak.

Mereka berdua terkejut bukan main melihat itu.

"Apa yang terjadi disini?"

Tanpa pikir panjang Yuki langsung berlari masuk ke rumah itu diikuti dengan Sakura.

"Kak Fu!"

Mereka melihat ke dalam rumah dan benar- di dalam rumah juga terlihat berantakan tetapi tidak terlihat Fu disana.

"Dimana kak Fu?! Sakura!"

"Pokoknya ayo kita cari!"

Mereka tidak tahu apa yang terjadi, tetapi perasaan mereka benar kalau terjadi sesuatu yang buruk kepada Fu. Mereka pun langsung berpencar mencari Fu di semua tempat yang mereka bisa.

Mereka terus mencari dan mencari...

[Kak Fu]

Terus mencari dan mencari...

[Kak Fu]

Dan terus menerus mencari...

[Kak Fu!]

Tetapi...

Mereka sama sekali tidak menemukan adanya Fu dimanapun mereka mencari bahkan sampai mereka berdua bertemu kembali.

"Sakura, apa kamu menemukan kak Fu?"

"Belum! Aku sudah mencari ke hutan sana tetapi...kak Fu...hiks..."

Sakura mulai meneteskan air matanya.

Yuki pun berusaha berpikir dengan keras, tetapi dia tidak bisa mendapatkan bayangan dimana Fu berada sampai terbesit di dalam otaknya satu tempat.

"Sakura, ada satu tempat yang belum kita cari!"

Sakura yang sudah menangis pun mengusap air matanya.

"Kamu ingat tempat pertama kali kita bertemu dengan kak Fu?"

"Hiks...Ya, aku ingat."

Itu merupakan tempat spesial mereka bertiga, tempat dimana mereka bertiga bertemu dan juga tempat yang paling indah di hutan itu, tempat dimana mereka merayakan ulang tahun mereka bersama-sama tahun lalu.

Sebuah tempat yang penuh dengan kenangan mereka bertiga.

Dengan segera mereka berdua pun berlari menuju ke tempat itu.

Mereka berlari dan berlari berharap tidak ada sesuatu yang terjadi kepada Fu, orang yang sudah mereka anggap sebagai satu-satunya keluarga itu.

Tidak peduli seberapa dinginnya musim dingin, mereka terus berlari dan berlari menuju ke tempat yang penuh kenangan itu.

"Yuki...Sakura...terima kasih atas segalanya..."

Sebuah pohon raksasa dimana terletak di sebuah danau kecil, pohon yang mempunyai rongga besar di bawahnya yang merupakan tempat yang indah.

Air di danau yang dingin itu terlihat seolah-olah seperti kristal yang berkilauan, itulah kenapa mereka menganggap tempat itu sebagai tempat yang sangat cocok.

Sambil meneteskan air mata yang sudah tidak terbendung, mereka berlari dengan sekuat tenaga menuju ke tempat itu. Di dalam hati mereka hanya ada satu harapan, bahwa tidak terjadi sesuatu yang buruk kepada Fu tetapi...

Seketika saat mereka masuk ke dalamnya, harapan mereka benar-benar hancur ketika mereka melihat Fu yang tergeletak di tanah dalam keadaan tak bernyawa dengan luka di bagian dadanya.

"Kak Fu..."

Mereka seakan-akan tidak percaya dengan semua ini, mereka tidak percaya kalau Fu sudah tiada.

Mereka berusaha membangunkan Fu tetapi percuma karena Fu sudah tiada.

"Kak Fu! Kak Fu!"

Darah Fu yang membasahi tangan mereka benar-benar membuat mereka merasakan rasa syok yang sangat hebat.

Mereka pun melihat kotak di samping Fu. Sebuah kotak dengan ukuran yang lumayan besar. Mereka pun membuka kotak itu dan melihat apa yang ada di dalamnya.

Terlihat dua buah Kimono kecil yang sangat indah dengan kain yang halus juga corak bunga yang indah bersama dengan sebuah surat.

Mereka memang duu tidak bisa membaca, tetapi setelah diajari berkali-kali oleh Fu, sehingga mereka pandai membaca maupun berhitung seperti sekarang.

Yuki memegang kertas itu dan membacanya dengan air mata yang terus berlinang.

"Untuk Shirayuki dan Sakuragi

Aku harus meminta maaf kepada kalian tentang ini. Sebenarnya sebelum penyakitku ini semakin parah, aku berusaha pergi dan menitipkan kalian kepada kenalanku, tetapi aku tidak bisa melakukan itu.

Aku sebenarnya adalah mata-mata yang sengaja tinggal disini berniat untuk mengirim informasi tentang ras kalian tetapi...

Saat bertemu dengan kalian, hidupku menjadi berubah.

Aku adalah seorang yang sebatang kara tanpa keluarga karena mereka telah mati di tangan salah satu manusia hewan yang menyerang kami, tetapi saat aku bertemu dengan kalian aku merasakan apa itu arti keluarga yang sepenuhnya.

Untukn itulah...sebelum aku mati, aku meninggalkan sesuatu yang sangat ingin aku berikan kepada kalian. Kimono indah yang kurasa akan cocok dengan kalian.

Jika kalian membaca surat ini, kemungkinan aku sudah pergi ke suatu tempat dimana sudah tidak bisa kalian jangkau lagi, jadi aku mohon maafkan aku atas segalanya...dan terima kasih.

Aku sangat ingin terus bersama kalian, aku sangat menyayangi kalian berdua lebih dari diriku sendiri. Oleh karena itu...

Jaga diri kalian berdua baik-baik, kuharap kehidupan kalian akan menjadi lebih baik lagi...dan biarkan aku mengatakan ini lagi untuk terakhir kalinya...

aku mencintai kalian...Sakura, Yuki, keluargaku yang sangat berharga.

Fu."

Seketika mereka berdua lemas setelah membaca surat itu dan kali ini air mata mereka benar-benar sudah tidak bisa terbendung lagi.

Di tangan Fu terlihatlah sebuah bros rambut bunga sakura yang merupakan hadiah yang mau mereka berikan kepada Fu.

"Terima kasih atas hadiahnya kalian, aku benar-benar..."

"AAAAAAAA!!!!"

Mereka menangis sekencang kencangnya sambil memeluk tubuh Fu yang sudah tidak bernyawa.

Fu saat itu benar-benar terharu saat menemukan bros ini dan juga sepucuk surat yang Yuki dan Sakura tulis meskipun mereka seperti biasanya masih belum terlalu pandai dalam urusan menulis, tetapi perasaan yang mereka masukkan disana benar-benar membuat Fu senang.

"Yuki...Sakura...terima kasih..."

Bahkan pada saat-saat terakhirnya pun mereka berdua tidak pernah berhenti membuat Fu semakin mencintai mereka, dia sangat bahagia menghabiskan waktu ini bersama mereka.

Dan sekarang...

Saat dia sudah pergi untuk selamanya, hanya tersisa satu hal yang menjadi penyesalan Fu, yaitu tidak bisa menyaksikan mereka berdua tumbuh menjadi seorang wanita yang cantik.

Dalam dinginnya musim dingin itu, Fu menghembuskan nafas terakhirnya dengan air mata kebahagiaan dan senyuman di wajahnya.

"Kuharap kalian bisa bahagia...Yuki...Sakura..."

Dalam ketidakberdayaan Kon mengingat lagi ingatannya yang sangat berharga. Sebuah ingatan yang akan selalu dia jaga selama dia hidup. Sebuah ingatan yang mengawali legenda Tamamo no Mae, sang pembawa perdamaian yang menyatukan seluruh ras manusia hewan dan kali ini...

[Kon, ayo kita bersama-sama buat menyuarakan perdamaian di dunia ini]

"Tuan Edward...maaf..."

Kon mulai perlahan menutup matanya dan mulai melihat kegelapan abadi yaitu kematian.

Tiba-tiba muncullah sebuah sosok yang sama sekali tidak Kon duga di dalam masa-masa sekaratnya itu.

"Yuki..."

Terlihat sosok bayangan Fu terlihat di mata Kon. Bayangan dari sosok orang yang sangat dia cintai yang telah tiada.

Senyuman itu, sebuah senyuman dari bayangan Fu yang terlihat oleh Kon yang sudah tidak berdaya, senyuman itu seolah-olah memberikan kekuatan bagi Kon.

[Fu...seandainya aku bisa memutar waktu...aku pasti akan menyelamatkanmu]

Kon tidak masalah dengan ini karena pada akhirnya dia akan bertemu dengan Fu dan Sakura di dunia sana, dunia dimana mungkin mereka bisa bersama kembali.

Kon pun merasa dirinya seakan tenggelam dimana semua yang dia lihat perlahan mulai berubah menjadi kegelapan. Semakin ia menyelam, semakin gelap dan gelam sampai dia tidak bisa melihat apapun lagi disana, dia bahkan sudah hampir tidak bisa mendengar teriakan Lily yang sekarang tengah memeluknya.

[Lily...kuharap kamu akan bahagia menggantikanku...]