Bab 3

Siang yang panjang, setelah mengantri interview selama 3 jam akhirnya tiba juga giliran Karin. Interviewnya berjalan dengan lancar, sepertinya Karin tidak terlalu kaku seperti apa yang dibayangkannya, dia bisa menjawab pertanyaan yang diajukan oleh big boss perusahaan tersebut dengan lancar, meski kadang suaranya tercekat karena grogi. Namun ternyata perjuangan Karin belum selesai, ujian siang itu dilanjutkan dengan psikotes. " Mampus" teriak Karin dalam hati, seumur umur Karin belum pernah mengikuti psikotes, Karin tak punya sedikitpun gambaran tentang apa yang akan dia hadapi.

Ditengah kekalutannya seseorang mengangkat tangan,

"permisi, pak ACnya bisa dimatikan gak? saya kesinginan nih!", sontak semua wajah berpaling ke arah datangnya suara.

"loh, kenapa ACnya yg harus saya matikan? kenapa bukan kamu yang pindah tempat duduk? gimana gak kedinginan toh kamunya duduk pas di depan lubang anginnya", kata pak pengawas dengan aksen jawanya yang kental, sontak semua tertawa.

"Nak nama kamu siapa?", tanya pak Joko sambil sedikit menahan tawa.

"Bima pak" jawabnya tanpa ekspresi, entah dia terlalu cuek atau pura-pura cool karena malu,

"ohhh nak Bima geser aja ya, biar gak kedinginan. Kalo dimatiin kan kasian yang lainnya kepanasan"

"iya pak", jawab Bima sambil mengangkat kursinya dengan wajah yang memerah.

"ohh namanya Bima ya? dasar aneh...", batin Karin sambil menahan tawa.

Setelah melewati ujian yang melelahkan Karin merebahkan dirinya di kursi mobil, Reyhan memandangi wajah lelah kekasihnya sambil tersenyum.

"Gimana ujiannya yang? lancar gak?"

"hmmm alhamdulillah lancar yang, tapi capek. Masa interviewnya langsung dilanjut sama psikotes, kan capeknya double yang." keluh Karin

"Ya syukur aja dilanjut, kamu mau besok harus balik lagi buat ujian? terus waktu buat aku kapan dong?", rengek Reyhan sambil menyandarkan kepalanya di bahu Karin. Mau tak mau Karin tersenyum dengan tingkah Reyhan, Reyhan selalu seperti itu menjadi anak manis dihadapan Karin tapi selalu membatasi diri dengan orang lain. Bahkan kadangkala Karin jengkel dengan sikap Reyhan yang dinilai sedikit angkuh apalagi dengan teman teman pria mereka, tetapi Reyhan adalah penghibur Karin disaat semua terasa rumit atau saat Karin terlalu lelah untuk mengerjakan tugas kampus, Reyhanlah yang selalu menghibur Karin dengan sikap santainya dan membuat Karin tersenyum.

Reyhan selalu punya krpala dingin, meski sifat pencemburunya kadang tak bisa dimengerti.

Tiba-tiba Karin teringat kejadian lucu diruangan tadi dan dengan antusias menceritakan kejadian itu kepada Reyhan sambil sekali-kali tertawa terbahak-bahak,

"Terus kamu udah kenalan sama dia?", seperti biasa sikap posesif Reyhan muncul lagi.

"kenalan gimana yang? orang nama aja aku taunya waktu ditanyain bapak pengawas."

"siapa namanya???"

"Bima... kalo nggak salah, kamu kenapa sih kok aneh banget", tanya Karin heran dengab pertanyaan pacarnya,

"kamu ngomongin dia antusias banget sadar gak?"

"Biasa aja kok, perasaan kamu aja tuh... kan lucu, wajar dong aku ketawa."

"Orangnya ganteng gak?", tanya Reyhan masih belum puas.

"Gak!!! kamu kok yang paling ganteng diantara mereka, tenang aja yang", jawab Karin mencoba mencairkan suasana, sambil mencubit kecil dagu Reyhan. Reyhan hanya tersenyum menanggapi tingkah Karin, setelah itu Karin diam sambil menikmati alunan musik dari siaran radio, entah kenapa bayangan Bima yang memandangi dirinya dan Bima dengan sikap cueknya masih menari-nari di kepala Karin.