Na.

Bulan baru di kalender Saka. berarti sudah sebulan belajar silat tanpa kemajuan yang berarti. bosan menghampiri Minto. diajaknya Juki untuk pergi meninggalkan kita Sentani.

"To, sebelum engkau pergi coba dulu tes kekuatanmu, apakah ada perubahan atau tidak?" Ujar Juki menenangkan Minto.

" apanya yang diuji lah kita cuma disuruh angkat air sama bernafas. tak ada push up, lompat katak, dan jalan itik. aku tak yakin kita banyak berubah dalam kekuatan." jawab Minto kesal.

"kamu saja yang belum memahami, cara ki Sentani memberikan ilmunya. kalau kamu memang ingin pergi silakan aku tetap disini." ucap Juki yakin akan ilmu silat ki Sentani.

"yaudah Juk, kita berpisah sampai disini semoga esok kita bisa berjumpa lagi. engkau masih tetap adiku." sambil memegang bahu Juki yang bersiap mencari makan pagi hari.

Juki memegang tangan Minto. dengan tatapan sendu. menangis.

"kita masih bersaudara kan?." Juki menangis saat Minto akan pergi.

"ya Juk, aku akan mencari guru silat yang akan membimbingku menjadi pendekar. lima tahun lagi saat usiaku 17tahun dan kamu 12tahun kita akan membalas dendam atas kematian mbok Jinah." keluar air mata Minto saat mengenang mbok Jinah.

mereka tumbuh bersama selama tiga tahun dalam kasih sayang mbok Jinah. tidak sedarah tapi melebihi saudara kandung.

Minto berpengaruh besar terhadap perkembangan Juki. dilihatnya sebagai kakak yang selalu melindungi, menyayangi, dan tidak akan pernah menyalahkannya walaupun Juki yang salah.

Minto bersiap pergi.

disebrang sungai ada pohon pisang sedang berbuah masak. Minto pergi kesana untuk mengambil dan mempersiapkan buat bekal perjalanan melarikan diri.

ditrobosnya gelapnya hutan seorang diri. Juki hanya melihat dan menangis. entah kapan akan bertemu kembali. Juki menyiapkan berbagai alasan kepada ki Sentani agar beliau tidak marah.

tepat diatas pohon yang tinggi rindang ki Sentani melihat dan mendengar semua percakapan tadi. 'anak yang tidak sabar andai dia sabar pasti akan ku ajari semua pengetahuan ku'. ujar ki Sentani.

ki Sentani memanggil Juki agar segera sarapan.

"mulai sekarang akan ku gembleng kamu, baik fisik, mental dan tenaga dalamu. persiapan semuanya sekarang akan mulai berat latihanmu." ucap ki Sentani menatap Juki yang mulai keluar air mata. ditinggal Minto.

selesai sarapan Juki bersiap ambil air mengisi kolam.

"tidak usah mengisi kolam lagi. sekarang siapkan kuda-kuda tengahmu. mulai belajar pukulan." ki Sentani tegas memerintah Juki. baginya Juki sudah bisa menyerap energi. tinggal menyiapkan wadahnya.

"pukulan yang baik adalah pukulan lurus dengan kecepatan dan ketepatan." ki Sentani mulai memberikan contoh dengan memukul pohon pisang yang telah ditebang nya.

brugh... bunyi pohon pisang. terdapat lubang yang cukup dalam sebesar kepalan tangan ki Sentani.

"lihat apa sasaran yang akan kamu pukul fokus semua tenaga pada tanganmu." selesai memberikan contoh pukulan.

"mulai memukul dengan kedua tangan bergantian hitung sampai seratus pukulan." ki Sentani mulai aba-aba.

mengawasi Juki. ki Sentani tahu kekurangan Juki adalah tenaga dan fokus pada sasaran. setiap pukulan tidak selalu lurus.

diambilnya dua pohon pisang ditaruh didepan tangan Juki.

"ini adalah sasaranmu. lihat dan fokuskan dimana yang akan kamu pukul. lalu lihat hasilnya." suruh ki Sentani pada Juki.

Juki memulai memukul dengan keras. baru puluhan pukulan sudah lemas kedua tangannya.

"ayo lagi jangan berhenti." bentak ki Sentani melihat Juki berhenti.

ditariknya nafas dalam-dalam. disalurkan tenaganya pada kedua tangan lalu dipukulkan ke pohon pisang. terlihat hancur pada bekas pukulan Juki. meskipun tidak membentuk lubang.

Juki sudah tidak bisa merasakan kedua tangannya. rasa sakit dan lemas. dia berhenti sebentar. memfokuskan penyaluran energinya pada tangannya yang sakit. terus memulai memukul lagi.

hingga tiba saat makan siang. Juki pingsan kecapean, kepanasan. ketika bangun sudah dibawah pohon rindang.

"latihan memukul ribuan kali lebih hebat dari latihan seribu pukulan." ucap ki Sentani pada Juki saat makan siang.

Juki sudah lemas tangan dan pahanya tidak bisa makan dengan cepat. untuk mengangkat tangan menyuapi diri sendiri saja sudah tidak kuat.

selesai makan Juki disuruh minum jamu racikan ki Sentani. kemudian disuruh tidur siang oleh ki Sentani agar meringankan rasa sakit pada tubuhnya.

sebuah latihan dasar bagi silat. pukulan tendangan. baru diajarkan jurus beserta tehniknya. dan terakhir latihan pernafasan agar membentuk tubuh kuat luar dan dalam.

ki Sentani bersenandung membaca rapalan pada daun lontar. siapapun yang mendengarkan pasti akan merasa tenang dan damai. disekitar ki Sentani banyak hewan yang mendengarkan senandungnya. sungguh pemandangan yang magis bagi siapapun yang melihatnya.

Juki terbangun saat ada hewan diatas kepalanya. terkaget meloncat. membuang hewan tersebut. tidak membuat para hewan lari.

ki Sentani hanya melirik sebentar tak memutuskan senandungnya. beliau tetap membaca tulisan daun lontar yang kering. membuat semua terhanyut dalam alunan Kidung yang Agung.

Juki terdiam hanya melihat ki Sentani dan fokus pada yang didengarkan. hilang semua gundah saat ditinggal Minto kabur. rasa sedih akan ditinggal mbok Jinah sudah hilang tak berbekas. yang ada hanya kedamaian. Juki duduk bersila mulai latihan bernafas.

tak terasa hingga sore hari. Juki membuka mata semua sudah pergi. tak ada ki Sentani maupun hewan-hewan yang berkumpul tadi.

"Na. adalah Nur kang suci. maksudnya semua ini alam semesta dan isinya adalah wujud dari cahaya Tuhan." ki Sentani mulai menjabarkan makna dari huruf kedua aksara Jaya.

"maksudnya ki?" tanya Juki bingung.

" ya semua yang ada dalam alam semesta adalah ciptaan Tuhan dan wujud adanya Tuhan." ki Sentani menjelaskan pada Juki.