Siang itu hakim telah memutuskan bahwa sidang perceraian telah usai.
Naima Dan hafiz telah resmi bercerai.
Mungkin ini jalan yang terbaik buatku Dan kamu Mas, Naima bersenandika.
Usai keluar dari ruang sidang Naima Dan hafiz sempat bertegur Sapa untuk yang terakhir kalinya.
Semoga kamu bahagia nai.... Ucap Mas hafiz pada ku. Aku hanya mampu menundukan kepala sambil menahan pilu.
Semoga Mas juga bahagia, do'a ku dalam hati.
Aku pulang kerumah yang telah menjadi Hak ku dari harta gono gini yang sudah di bagi. Pabrik pembuatan kain batik, rumah Utama Dan mobil menjadi Hak Mas hafiz, sedangkan aku mendapatkan rumah ini Dan rumah produksi baju batik.
Orangtua ku hanya bisa mendo'a Kan Semoga hidupku bisa lebih baik, Dan bahagia kedepannya.
Wes tho nduk.... Ojo nangis maneh... Ikhlasno.... Mugo oleh ganti sing luweh Apik. kata ibu ku di Sela tangisku yang tiada mau berhenti.
Sungguh aku Dan Mas mafiz masih sailing mencintai, Dan hidup dalam kebahagiaan, berkecukupan, hanya belum di karuniahi buah hati. Dan itu pemicu perceraian ini terjadi.
Orang tua Mas hafiz sudah tidak sabar ingin menimang cucu.
Tapi bahaimana bisa punya cucu kalau anak mereka impoten. Itu lah masalah yang selama ini kami tutupi dari keluarga kami semua.
Aku ngak ingin membuat hati Mas hafiz terluka kalau orang tahu soal penyakitnya.
Kami sudah berkonsultasi ke dokter, sampai ke mak erot dam mak Eros pun pernah. Mungkin memang begini jalan takdirku.
Aku sudah bersabar selama setahun penuh menjalani bahtera rumah tangga bersama Mas hafiz tanpa berhubungan intim layaknya pasangan suami istri. Karena tiap pas hafiz pengen Dan Baru mulai pemanasan sudah tidur lagi burung nya. Aku hanya bisa pasrah. Pernah sekali aku Marah Dan fruatasi karea Baru di panasin pas udah siap malah gagal. Baru mau masuk udah lemes, padahal keinginan sudah diubun ubun.tapi mau gimana lagi. Aku pamit pulang kerumah Orangtua ku maksud hati Ingin bercerita kepada ibuku. Tp ketika sampai di rumah ibu aku malah tak sanggup membuka cerita.
Sehari semalam aku tak pulang kerumah kami. Aku masih Marah terhadap Mas hafiz.
Tapi setelah kupikir Mas hafiz juga tak Salah.
Ini bukan maunya. Jadi kubulatkan tekad ku., bahwa menikah bukan melulu tentang berhubungan badan, tapi bahaimana kita menjalani nya dengan ikhlas.
Aku menghubungi Mas hafiz untuk menjeputku di rumah ibu,karena aku bilang Sama ibu pengen mengimap karena Mas hafiz lagi ada kerja an di luar kota.