Penculikan 2

Morgan yang berlari bersama Azra merasa tidak kuat lagi, mereka telah berlari selama lebih dari sepuluh menit. Azra yang menyadari Morgan mulai kelelahan mencari tempat persembunyian untuk mereka.

Azra akhirnya menemukan sebuah celah untuk bersembunyi dengan segera ia menarik Morgan dan bersembunyi di balik kumpulan pajangan lukisan yang sedang di pamerkan.

Azra bisa mendengar suara nafas Morgan yang tersengal-sengal. Dia mencoba menenangkan Morgan sambil melirik ke arah luar untuk melihat situasi.

"Gimana ni kak? apa mereka masih mengikuti kita?" tanya Morgan yang tengah mengatur nafasnya.

"Sepertinya udah tidak dek! kita tunggu sebentar lagi sampai situasinya benar-benar aman!" Azra heran mengapa kedua preman itu mengikuti mereka berdua.

"Sia**n... lari kemana mereka?" ucap Joko frustasi.

"Gini aja ko, kita berpencar! kamu ke arah sana aku ke arah sini!" instruksi tatang.

mereka mulai berpencar, Joko dan Tatang mencari di segala tempat.

Azra terkejut ketika melihat salah satu preman itu berada tidak jauh dari mereka, dengan segera dia menarik Morgan untuk lebih masuk ke dalam persembunyian mereka. Azra tidak menyadari di belakang mereka sebuah papan panggung yang belum sempat terpasang mulai bergoyang. Tingginya sekitar enam meter, semakin Azra mundur semakin papan itu mulai bergerak tidak karuan.

Azra yang mulai menyadari pergerakan papan itu mulai berbalik ke belakang, seketika papan itu terjatuh dan menimpah mereka berdua sebelum dia sempat menghentikan papan itu terjatuh.

"Aaaaa.. kakak!" Morgan menjerit.

Untung saja sebuah kotak yang cukup besar menahan papan itu sehingga tidak terjatuh sampai ke tanah. Azra dan Morgan dalam posisi terjepit sekarang, mereka berbaring tidak berdaya di bawah sebuah papan yang sangat besar dengan lebar kisaran sepuluh meter dan dengan tinggi kurang lebih enam meter.

jarak tubuh mereka dengan papan itu kurang dari satu cm, membuat mereka berdua tidak bisa bergerak.

Sesungguhnya Azra mampu memindahkan papan itu menggunakan kekuatannya, namun keadaan yang begitu ramai terlebih Morgan berada disampingnya, membuat dia tidak bisa berbuat apa-apa.

Aarrgg.. gimana sekarang? pikir azra dalam hati dia tidak bisa mengeluh di samping Morgan yang kini menangis dengan keras.

"Adik kecil berhentilah menangis! sebentar lagi seseorang pasti nolongin kita!" Azra mencoba menenangkan Morgan yang sedari tadi menangis.

kumohon siapa pun tolong kami harap Azra dalam hati, tidak lama kemudian seseorang datang dan mendengar suara tangisan anak kecil dari bawah papan yang terjatuh, ia segera menunduk dan mendapati Azra dan morgan tertindih di bawah.

Dengan segera orang itu memanggil balabantuan, dan segerombolan orang pun berkumpul dan mulai mengangkat papan tersebut sampai Azra dan Morgan dapat keluar dari bawah papan itu.

"Kamu nggak apa-apa dek? gimana adik kamu?" tanya salah seorang kepada Azra khawatir mereka berdua terluka.

"Nggak apa-apa kok pak, terimah kasih banyak semuanya karena telah menolong saya dan adik saya!" ucap Azra sambil membungkuk dan di ikuti oleh Morgan. Azra dan Morgan pun pergi dari sana.

Tiga orang kini mencoba untuk mulai memindahkan papan yang tadi ke posisi yang semula, Namun saat mereka mencobanya papan itu terlalu berat dan hanya bergerak sedikit saja.

"Bro, sepertinya papan ini menjadi lebih berat?"

"Iya bro, perasaan tadi pas di angkat enteng-enteng aja!"

"Aneh kenapa bisa begini ya?"

ketiga orang itu merasa bingung, tadi saat menolong Azra dan Morgan mereka dengan mudah mengangkat papan itu meskipun mereka hanya bertiga. Tapi sekarang untuk mengangkat papan itu terasa begitu sulit.

Azra mengambil kesempatan menggunakan kekuatannya ketika beberapa orang mulai mengangkat papan itu, makanya dengan enteng ketiga orang tersebut mengangkat tanpa mengerahkan seluruh tenaganya.