Pengakuan London

Ciuman itu sangat manis, lembut dan berlangsung cukup lama. Kalau tidak ingat bahwa mereka perlu bernapas, London pasti tidak akan pernah melepaskan bibir L dari kuluman bibirnya  yang tidak pernah merasa puas.

Lidahnya sempat menjelajah mulut L dan memancing desahan beberapa kali dari bibir gadis itu yang segera membuat London sadar bahwa ia harus mengakhirinya.

Sepuluh detik lagi, mungkin ia akan mengalah pada nafsunya dan membopong L ke kamarnya untuk melakukan hal-hal tidak senonoh kepada gadis itu.

Saat kedua bibir mereka lepas dan wajah mereka berada hanya berjarak beberapa sentimeter dari satu sama lain, London menatap L dengan penuh cinta, sementara gadis itu balas menatapnya dengan pandangan rumit.

Lalu, tanpa terduga-duga, sesaat kemudian senyum tipis tersungging di bibir L.