Kembang Api Itu Indah, Namun Bertahan Sebentar Saja (2)

Xi Xinyi mulai terisak saat dia melihat sosok Xiaye yang tegar itu. Dia mengusap, berkata, "Aku sudah menyalahkan diriku, tapi Kak, aku benar-benar mencintainya. Kumohon, maafkanlah kami. Kami hanya benar-benar bahagia dengan restumu."

"Kak, kau sangat berarti bagiku. Aku benar-benar membutuhkan pengampunan maaf dan restumu, kumohon." Suara Xi Xinyi yang terisak itu seperti kumpulan jarum tajam dingin menusuk di hati Xi Xiaye. Begitu sakitnya hingga dia hampir saja pingsan.

Begitu kejam…

Gadis itu sebelum dia adalah teman baiknya. Kemudian, dengan tiba-tiba ayahnya menceriakan ibunya dan ibu dari gadis ini menjadi ibu tiri. Yue Xinyi menjadi Xi Xinyi. Dia adalah anak haram ayahnya, sehingga menjadi adik Xi Xinyi dan ibu Xi Xinyilah yang mengambil alih ibunya, Shen Wenna.

Xi Xinyi begitu cantik. Begitu cantik dan baik hati, juga pintar dan berprestasi dalam studinya. Saat dia menjadi bagian dari keluarga Xi, semuanya menyayanginya, termasuk neneknya yang selalu menyayangi Xi Xiaye.

Dan bagi Xi Xiaye sendiri, dia pendiam dan rendah hati. Dia tidak berbicara banyak dan studinya biasa-biasa saja. Di samping berbicara dengan kakeknya dari waktu ke waktu, dia biasanya pendiam. Orang mulai melupakan kehadirannya di keluarga Xi, dan Xi Xinyilah yang menjadi kebanggaan keluarga.

Pertunangan dengan Han Yifeng adalah janji antara Kakek Xi dan Kakek Han; mereka adalah teman baik dan berharap dapat membangun hubungan lebih dalam antar keluarga dan menjadi orang tua yang lebih baik. Xi Xiaye telah dipertimbangkan sebagai menantu tetap di keluarga Han, namun semuanya sirna dengan kehadiran Xi Xinyi.

Yang lebih lucu baginya adalah gadis yang menangis ini dan ibunya telah menghancurkan keluarga bahagianya. Mereka telah mengambil ayahnya, mengambil alih posisinya, dan bahkan mencuri cinta sejatinya, dan sekarang dia meminta pengampunan darinya…

Mungkin tidak ada lagi yang lebih ironis dari ini di dunia.

Dia ingat dahulu, dia dan Han Yifeng adalah sepasang kekasih yang membuat orang di sekitarnya iri. Mereka bersama menciptakan kenangan yang baik, dan sekarang tidak lebih dari sekedar lelucon.

Pikirnya dia masih bisa bahagia bahkan setelah kehilangan kehangatan keluarganya selama menjalin hubungan dengan Han Yifeng, namun siapa sangka semuanya berakhir seperti ini?

Semua itu hanyalah bak kembang api. Tak peduli seberapa cantiknya, mereka akan berakhir begitu saja di langit yang gelap.

Dia menatap dengan senyum namun suaranya terdengar begitu dingin. "Kalian berdua menikamku. Luka ini masih belum berakhir, dan kau mau aku memaafkan kalian berdua. Xi Xinyi, kau benar-benar membuatku muak."

"Kak, aku tahu aku salah, aku…aku hanya tidak mau kau terlihat begitu menyedihkan. Aku benar-benar merasa tersiksa, apalagi saat kudengar dari Ibu kau belum kembali beberapa tahun belakangan ini. Kumohon…kumohon jangan seperti ini…Kau membuat semuanya merasa tidak enak. Kakek dan Ayah benar-benar merindukanmu. Mereka berharap kau pulang…"

Kala air mata Xi Xinyi berlinang, dia menggenggam bahu Xi Xiaye dengan kuat, namun kakaknya menolak.

"Pergilah! Jangan sentuh aku!"

Bruk!

Xi Xinyi jatuh dan menarik gorden manik-manik turun. Xi Xinyi tidak sengaja menginjaknya dan berteriak, terjatuh di lantai!

Sebuah suara yang dingin dan marah pun terdengar. "Xi Xiaye, kau benar-benar keterlaluan!"

Terkejut, Xi Xiaye perlahan berpaling dan melihat wajah Han Yifeng. Dia terlihat sangat marah dan kecewa.

Matanya terlihat seperti jarum beracun yang menyakiti Xi Xiaye. Namun dia tidak merasakan apa-apa.

Han Yifeng membungkuk dan menolong Xi Xinyi. Dalam kemarahannya, dia bertanya," Xi Xinyi, kau tidak apa-apa?"

Wajah Xi Xinyi terlihat pucat, terluka. Dia menggigit bibir terisak. "Aku…aku tidak apa-apa. Hanya tergelincir saja…Bukan salah Kakak…"

"Aku melihat semuanya, Xinyi! Bukan salahmu. Tidak perlu merasa bersalah."

Han Yifeng merasa tersakiti begitu dilihatnya wajah kecil Xi Xinyi memucat. Baru saja ditolongnya Xi Xinyi berdiri, dia berteriak kesakitan saat mencoba bergerak. Kelihatan wajahnya menahan sakit.

"Sakit sekali…"

Keringat mulai bercucuran di dahi Xi Xinyi saat dia bertopang pada Han Yifeng. Dia masih mau menjelaskan,"Tidak, Yifeng, kalau bukan karena aku…semua tidak akan seperti ini. Aku selalu berharap dia memaafkanku selama ini. Jika tidak, aku merasa gelisah bahkan saat kita menikah. Aku…"

"Xinyi, kau ini…"

Han Yifeng melihat air matanya jatuh. Dia berjongkok dan dengan perlahan membantunya berdiri, namun Xi Xinyi menolaknya dan berusaha berdiri berpegang di dinding. Dengan kesakitan dia menuju ke arah Xi Xiaye. Setiap langkahnya terlihat semakin sakit.

"Kakak, aku…"

"Hati-hati, Xinyi!"

Xi Xiaye tidak mengatakan apapun. Dia hanya melihat apa yang terjadi sebelumnya selagi merasakan betapa dinginnya dia. Tidak tahan, dia memalingkan wajahnya.

Dia merasa tidak harus menjelaskannya sendiri, sehingga dia berbalik dan berjalan tepat di antara mereka berdua. Dia hendak beranjak dan bertindak seolah tidak melihat apa-apa.

Ketika melewati mereka berdua, Xi Xinyi berpegang pada bahunya putus asa. Wajahnya penuh dengan air mata saat memohon,"Aku tahu kau membenciku. Aku benar-benar menyesal…tapi minggu depan ulang tahun Kakek. Dia benar-benar peduli padamu. Ayah, Ibu, Nenek juga…Mereka benar-benar khawatir sejak kau pergi…"

"Lepaskan!"

Aura dingin Xi Xiaye memenuhi ruangan sebelum akhirnya dia dapat menyelesaikan kata-katanya.

"Kakak!"

"Apa yang kau lakukan padaku sehingga aku begitu membencimu? Xi Xinyi, ibuku, Shen Wenna hanya melahirkan aku, Xi Xiaye, jadi –"

Xi Xiaye menggeleng dan memandang Xi Xinyi seperti dia memandang orang asing. Suaranya begitu dingin menusuk. "Aku tidak punya saudara. Tolong jangan bertingkah seperti itu di hadapanku. Kau mungkin tidak apa-apa, tapi aku sudah muak. Jadi cukup."

Tingkahnya hamper membuat Xi Xinyi terjatuh lagi, namun Han Yifeng dengan sigap menopangnya.