Kota Gahon, sebuah pusat pemukiman besar yang terletak di Provinsi Garinsha, Kekaisaran Urzia. Kota tersebut terletak di daerah dataran tinggi dari Pegunungan Pengabadian yang membentang sepanjang Lembah Gersang sampai ke ujung utara Kekaisaran. Dalam segi perkembangan arsitektur, kota Gahon masih memiliki ciri kuat tradisional dengan gaya bangunan-bangunan yang masih berkayu dan cenderung meninggi serta bertingkat-tingkat. Hampir pada setiap bangunan yang ada di kota tersebut, secara keseluruhan menggunakan pintu geser dari kayu, baik itu bangunan rumah, penginapan, toko, atau bahkan sampai kantor pemerintahan.
Tidak seperti desain topografi kota-kota di negeri lain, Kekaisaran lebih cenderung membentuk kota dengan cara tersebar dalam ruang lingkup terbatas tanpa benteng. Sebagai pelindung untuk menghalau para monster menyusup ke dalam pemukiman, pada pepohonan besar yang berada di garis paling luar perkotaan terdapat kertas jimat yang ditempelkan pada tali besar yang diikatkan berpasangan setiap dua pohon secara menyeluruh sampai mengelilingi kota.
Semua itu adalah medium pembatas yang digunakan sebagai penghalang, untuk menarik Roh Tingkat Rendah dan menggunakannya untuk mengusir monster yang mendekat. Dalam terminologi kekaisaran, teknik struktur mistis tersebut dibentuk oleh kaisar pertama yang juga dikatakan sebagai Batas Nyata, sebuah lingkup yang membagi antara makhluk dengan unsur negatif dengan unsur netral dan positif.
Pada jalan utama kota Gahon, dapat dengan jelas terlihat berbagai ras dari manusia, ras setengah hewan, elf, dwarf, dan bahkan sampai Lizardman. Selain mereka, ada juga beberapa ras selain manusia yang berbaur dalam keramaian. Kota tersebut benar-benar melambangkan sebuah toleransi besar antar ras, yang membendakan penduduk kota hanya status sosial ekonomi dan pekerjaan saja, sebuah unsur ras sudah tidak terlalu dibeda-bedakan dalam sebagian besar kegiatan masyarakat kota. Meski dalam perbedaan ras yang ada, sebagian besar penduduk mengenakan jenis pakaian yang sama seperti Kimono, Hakama, Yukana, dan Jinbei sesuai keperluan mereka masing-masing.
Di tengah kerumunan lalu-lalang jalan utama kota, seorang pria berambut hitam yang memiliki badan besar dan kekar berjalan sambil menggendong seorang wanita berambut pirang. Pria tersebut mengenakan baju longgar berwarna putih dengan bawahan Hakama hitam, sedangkan wanita yang digendongnya mengenakan Kimono indah berwarna biru gelap bermotif garis hitam. Menoleh ke kanan dan kiri, wanita yang digendong pria tersebut memasang wajah bengong dan kagum saat melihat Demi-human yang sebagian besar memenuhi jalanan kota.
"Ada apa, Mavis? Jangan tunjuk-tunjuk terus, gak sopan."
Tidak mendengarkan perkataan pria tersebut, wanita berambut pinang yang digendong tersebut tetap menunjuk ke sana kemari dengan penuh rasa riang seperti anak-anak yang baru menemukan hal baru. Menghela napas ringan, pria bernama Dart Luke tersebut mempercepat langkah kakinya untuk kembali ke penginapan setelah menjual beberapa kristal sihir monster di Guild.
Tidak butuh waktu sampai setengah jam, mereka sampai di penginapan tempat mereka bermalam di kota tersebut. Menggeser pintu utama, pria berambut hitam itu melangkah masuk dan melepaskan sandal sebelum menginjak lantai kayu. Berbalik, pria tersebut menurunkan wanita yang digendongnya untuk duduk di lantai. Dart melepaskan Zori, sandal jepit gabus kulit kayu empuk berwarna kecokelatan yang dikenakan wanita tersebut.
Setelah menata alas-alas kaki ke atas rak di dekat pintu masuk, pria tersebut menggandeng wanita berambut pirang tersebut masuk ke dalam penginapan. Pada lorong dengan lantai dan dinding kayu, pria tersebut sempat berpapasan dengan pelayan penginapan dan saling bertukar sapa dengan ramah.
"Selamat pagi, Tuan Dart. Baru pulang berburu?"
"Ya ..., tadi habis jual kristal sihir di Guild."
Melihat Dart berbicara dengan perempuan berambut cokelat tersebut, Mavis menarik lengan pendek pakaian pria tersebut dan mengembungkan mulutnya. Melihat itu, Dart hanya tersenyum ringan. Kembali melihat pelayan berpakaian kimono yang dibalut celemek tersebut, Dart berkata, "Aku balik ke kamar dulu, istriku sudah ngambek."
"Ya, silakan Tuan."
Dart kembali melangkahkan kaki di lorong, lalu menaiki beberapa anak tangga bersama Mavis menuju ke kamar yang mereka sewa di lantai tiga penginapan berlantai enam tersebut. Sampai di depan kamar, Ia langsung menggeser pintu dan masuk ke dalam ruangan.
"Di sini benar-benar tidak ada pengamanan soal seperti ini .... Terbuka sekali."
Sejenak berpikir seperti itu saat melihat kamar sederhana seluas tiga kali lima meter tersebut, Dart sedikit tersenyum kecil dan masuk bersama Mavis. Menutup pintu kembali, pria tersebut langsung berjalan ke depan meja yang ada di tengah ruangan. Duduk di atas karpet anyaman, pria tersebut mengambil kantong berisi uang koin dari sela dada pakaiannya. Menaruh kantong di atas meja, Dart mulai menghitung pendapatannya hari ini.
Mavis berjalan sendiri ke arah jendela, lalu membuka tirai babu penutup jendela tersebut. Melihat perkotaan yang luas dengan satu bangunan raksasa di tengah kota, wanita berambut pirang tersebut terkagum. Ia duduk di lantai, lalu melihat keluar melalui jendela rendah yang dibuka itu.
Sudah sekitar lima bulan sejak Dart dan Mavis datang ke kekaisaran. Berkat bekal yang diberikan Penyihir Agung, Dart tidak kesulitan mengamankan tempat tinggal nyaman terlebih dulu sebelum dapat mencari pekerjaan matang di tanah baru sebagai pemburu monster. Dalam penghasilan setiap kali berburu, Dart bisa mendapat lebih dari 1.700 Rupl dan dilakukannya setiap seminggu sekali. Dari jumlah tersebut, setiap seminggu Dart mengeluarkan dana sekitar 500 Rupl untuk biaya penginapan dan 200 Rupl untuk makan setiap minggu. Dari pengeluaran rutin tersebut, masih bisa dikatakan banyak uang yang dapat disimpan pria tersebut.
Setelah perjanjian Keempat Negeri, nilai tukar uang kembali dalam bentuk tunggal berupa Rupl meski jenis-jenis koin tiap negeri masih berbeda-beda. Dengan pembatasan jumlah pembuatan uang dan penetapan kesetaraan jumlah uang koin di setiap negeri untuk memperlancar kestabilan perekonomian semua anggota Konferensi Keempat Negeri, hal seperti percetakan uang pada tiap negeri anggota konferensi dibatasi oleh Bank Internasional yang dibentuk sebagai departemen pengawasan yang gedung utamanya berada di Kota Miquator.
"Hmm, pas 2.000 Rupl. Semalaman berburu Dark One di dekat rawa ada untungnya juga. Yah, meski Mavis teriak-teriak terus karena takut, sih ...."
Selesai menghitung pendapatan, pemuda tersebut memasukan sebagian uang koin tersebut ke dalam kantung kembali. Untuk sisa yang ada di meja, Ia mengambilnya dan berjalan ke arah lemari di sudut ruang untuk menyimpannya ke dalam kota dengan kertas segel di atasnya. Kotak itu adalah salah satu artifak lokal yang sering digunakan masyarakat kekaisaran untuk menyimpan uang, dan memiliki struktur sihir yang hanya bisa terbuka oleh orang yang sesuai frekuensi Mana tertentu. Dengan kata lain, kotak tersebut adalah semacam barang Kontrak Mana yang hanya bisa dibuka oleh satu orang saja.
Memegang bagian atas kota yang diletakkan di atas lemari pendek tersebut, Dart menyalurkan Mana miliknya. Kotak tersebut terbuka dengan sendirinya, dan Dart memasukkan sisa penghasilan ke dalam untuk ditabungkan. Menutup kembali, Ia mengunci kotak dengan frekuensi Mana miliknya.
"Yah, memang aman kalau pakai kunci seperti ini. Tapi, kalau dihancurkan kotaknya ya jadinya percuma pakai kunci kuat segala."
Tidak terlalu memikirkan hal tersebut karena memang dirinya percaya dengan keamanan penginapan, Dart berjalan ke depan meja dan kembali duduk. Melihat wanita berambut pirang yang berada di dekat jendela dan rambutnya terurai berombak tertiup angin, dalam benak pria tersebut terasa sebuah kebahagiaan. Tetapi saat memikirkan kalau ada kewajiban untuk mencari dan mengalahkan Aliran Sesat yang ditugaskan dalam Surat Titah, pria itu sedikit menghela napas dengan berat.
Tok! Tok! Suara pintu kayu diketuk membuat Dart menoleh. Berdiri dengan rasa sedikit malas, pria tersebut berjalan ke arah pintu. "Ya, tunggu ...." Menggeser pintu, yang datang ternyata salah satu pelayan penginapan yang terlihat dari ras Demi-human jenis kelinci. Melihat apa yang dibawanya, wajah Dart langsung berubah datar setelah tahu ada surat bersegel lilin simbol Kerajaan Felixia.
"Tuan, ini ... tadi ada yang mengantarkan surat."
"Ya, terima kasih."
Dart mengambil surat, lalu menutup pintu tanpa berkata apa-apa pada pelayan tersebut. Langsung kembali ke depan meja, pria tersebut duduk dan membuka surat tersebut dengan rasa tidak nyaman karena dalam ingatannya saat terakhir surat tidak menyenangkan.
"Apa si Gaiel itu sudah mendapat informasi markas Aliran Sesat lagi? Rasanya tidak enak disuruh-suruh orang itu terus .... Hah, harus membantai lagi gak enak."
Seperti yang Dart duga, surat tersebut berisi perintah lainnya dan informasi tentang lokasi yang berpotensi terdapat markas Aliran Sesat. Dalam satu bulan terakhir, Dart juga pernah diperintahkan untuk menyerang markas Aliran Sesat di kawasan utara kekaisaran bersama dengan orang-orang yang mendapat perintah serupa dari pihak Konferensi Keempat Negeri. Setiap kali menjalankan perintah semacam itu, pasti Dart menemukan hal-hal memuakkan seperti pemanggilan kawanan Iblis dan semacamnya.
"Di dalam Hutan Kabut? Hmm, hutan di danau besar di dekat Danau Kabut Ilusi, ya? Akh, beberapa puluh kilometer dari sini, dong! Menyusahkan .... "
Membaringkan tubuhnya dan tidur di karpet anyaman jerami, Dart memasang wajah malas dan tidak niat untuk mematuhi perintah tersebut. Tetapi mengingat kalau dirinya mendapat pembiayaan dalam sebulan sekali dari pemerintah Kerajaan Felixia, Ia sedikit tidak nyaman untuk membangkang.
Mavis merangkak menuju Dart, lalu menapak pipi pria tersebut dengan keras. Prak!! Dart langsung duduk kesakitan mendapat itu. Melihat Mavis yang melakukannya, Ia tidak bisa marah atau membentak. Kembali mendekat, Mavis menarik-narik jenggot Dart seperti anak manja yang ingin diajak bermain.
"Oy ..., hentikan. Itu memangnya bisa dicabut apa ...."
Berpindah dari jenggot, Mavis mulai menggerayangi kepala Dart dan menarik rambutnya. Membiarkan wanita tersebut melakukan itu, Dart kembali berbaring dengan meletakkan surat di atas perut. Mengambilnya kembali dan membaca lebih rinci, sebuah potongan kertas kecil terjatuh dari sela lembaran serat tersebut. Ia mengambil potongan kertas dan membaca isinya. Dalam catatan di kertas potongan kertas tersebut, dikatakan kalau hubungan Kerajaan Felixia dan Kerajaan Ungea sedikit mengalami kendala dalam hal masalah diplomatik, serta tertulis dalam catatan juga berisi pesan untuk berhati-hati dengan pembunuh yang mungkin dikirim.
"Konflik politik lagi, ya .... Mereka tidak bosan-bosan ...."
Sebelum membaca lebih rinci surat tersebut, sekali lagi suara pintu diketuk terdengar. Melirik dengan rasa malas dan sedikit kesal, pria tersebut menghentikan Mavis yang sedang menarik-narik rambutnya dan mulai bangun. Setelah mengelus kepala wanita tersebut dengan lembut, Dart berdiri dan berjalan ke arah pintu untuk membukanya. Tidak seperti sebelumnya, yang berdiri di hadapan adalah seorang perempuan berambut putih dengan sorot mata berwarna ungu gelap.
Tinggi badan perempuan tersebut lebih pendek dari Dart, terlihat mengenakan pakaian gaun polos berwarna putih dengan rompi berenda berwarna ungu gelap. Melihat paras wajah perempuan itu, Dart merasa tidak asing. Sedikit menyipitkan mata seakan tidak percaya dengan yang dilihat, pria tersebut berusaha memegang wajah perempuan tersebut.
"Tolong jangan seenaknya menyentuhku."
Perempuan tersebut menepak tangan Dart. Memberikan tatapan datar, pria berambut hitam di hadapannya terlihat mulai paham akan keraguan dalam benak. "Kau siapa? Kenapa wajahmu sangat mirip ...." Wajah perempuan di depan Dart sangat mirip dengan Mavis, lebih tepatnya seperti wajah seri Intara Hexe yang menjadi seri Homunculus generasi pertama Kota Miquator.
Tidak menjawab pertanyaan Dart, perempuan tersebut membuka telapak tangan kanannya tepat di depan wajah pria tersebut. Saat telapak tangan berlapis sarung tangan hitam tersebut menyingkir dari depan wajah Dart, sosok perempuan berambut putih tersebut telah menghilang dari hadapannya. Berusaha mencarinya, ternyata perempuan tersebut sudah masuk ke dalam ruang dan berjalan ke arah Mavis yang tengkurap di lantai.
"Oi! Jangan sentuh dia!"
Dart langsung memusatkan Mana pada telapak tangannya dan membuat pisau dengan teknik pemadatan. Dalam satu gerakan cepat, pria tersebut berdiri di belakang perempuan tersebut dan menodongkan pisau Mana padat tepat ke arah lehernya.
"Seperti yang dikatakan Penyihir Agung, engkau menjadi protektif pada Kakak. Tidak kusangka sosok seperti dirimu bisa berubah seperti ini, wahai pembunuh para saudariku ...."
Perempuan tersebut melirik ke arah Dart. Mendapat tatapan benci dari wanita yang wajahnya mirip dengan Mavis, Dart menghilangkan senjatanya dan melangkah mundur. Dalam benak pria tersebut, rasa bersalah masih tersisa dalam dirinya.
Berbalik menghadap ke arah Dart, perempuan tersebut menatap dengan gelap dan penuh rasa hampa. Lurus melihat matanya, pria tersebut seakan tersedot masuk dalam kegelapan dan membuatnya terdiam. Mavis tiba-tiba berdiri dan menggelantungi bahu perempuan berambut putih itu, hal tersebut membuat Dart terlepas dari tatapan tajam tersebut karena perempuan itu berbalik.
"Lepaskan, Kak Mavis. Punggungku tidak sekuat pria otot itu ...."
Sedikit berlutut dan menurunkan Mavis, perempuan tersebut sedikit menatap tajam Dart. "Tuan Luke, saya datang atas perintah Penyihir Agung. Bisa dengarkan saya dulu sebentar?" ucapnya seraya memberikan tatapan yang tak sesopan perkataannya.
Menelan ludah dengan rasa cemas dan penuh rasa bingung, Dart mengangguk. Berjalan ke arah Mavis dan membopongnya, pria itu memangkunya di sisi lain meja untuk duduk dan memulai pembicaraan. Perempuan tersebut duduk di atas karpet, berhadapan dengan Dart, hanya dipisahkan meja kayu persegi dan Mavis yang duduk di pangkuan pria itu.
"Sebelumnya maaf telat memperkenalkan diri, saya adalah Prototipe seri kelima Intara Hexe, Proten. Nama resmi saya ..., V-I Tipe 00."
"Intara Hexe ...?" Dart benar-benar terkejut mendengar itu. Dalam informasi yang pria itu miliki, Intara Hexe hanya ada lima dan empat darinya sudah mati saat perang di Lembah Gersang. Tetapi saat melihat wajah perempuan yang ada di hadapannya sangat mirip dengan Mavis, Dart tidak bisa membantah itu langsung dan berusaha dengan tenang mencari respons yang tepat.
"Bukannya Intara Hexe ada lima? Kalian lima bersaudari, bukan?
"Memang seri resmi dari kami hanya lima, dan saya tidak masuk dalam itu. Tapi, tidak ada yang bilang kalau Homunculus yang diciptakan Penyihir Agung hanya kakak-kakakku ...."
Perempuan tersebut memberikan tatapan tajam dengan wajah datarnya. Itu berbeda dengan wajah tanpa ekspresi seperti Homunculus pada umumnya yang cenderung kekurangan elastisitas otot wajah, tetapi lebih cenderung seperti benar-benar hampa yang disengaja.
"Proten ..., jadi kau seri setelah Mavis?"
"Bukan setelah, tapi sebelum."
Perkataan tersebut membuat Dart sedikit bingung. "Kalau dia merupakan seri sebelum Mavis yang merupakan seri kelima, tetapi mengapa dia memanggil 'Kak' tadi?" Merasakan hal tersebut, Dart sedikit menajamkan tatapannya karena rasa tidak percaya.
"Sepertinya engkau tidak percaya, wahai pembunuh. Kalau begitu, akan aku jelaskan dengan detail untuk otakmu yang penuh otot itu."
"A?" Dart sedikit tertegun mendengar perkataan sangat tidak sopan itu. Mavis yang berada di pangkuannya menyundul dagu Dart sampai kepala pria tersebut tersentak. Perasaan kesal dalam benak hilang karena itu, pria tersebut mengelus kepala Mavis untuk membuatnya tenang karena merasa diacuhkan.
"Penjelasan? Hmm, silakan saja ...."
"Saya adalah prototipe Kak Mavis .... Jadi, pada dasarnya diri saya secara cetak biru adalah seri yang sebenarnya akan menjadi Intara Hexe seri kelima ...."
Perempuan tersebut mengambil beberapa kertas dari Surat Titah yang berserakan di atas meja. Melipat surat terebut, Ia membuat satu buah bentuk persegi empat dan satu segi tiga. Dalam hal tersebut, bentuk segi tiga melambangkan dirinya dan segi empat adalah Mavis.
"Tetapi karena malfungsi pada beberapa unsur dan adanya ketidakcocokan untuk pencapaian manifestasi malaikat, pembuatan seri spesial Intara Hexe diganti aspek dasarnya menjadi Kak Mavis. Meskipun saya memanggilnya Kakak, pada kenyataannya kepribadianku diciptakan lebih dulu darinya. Tetapi, sayangnya tubuh saya baru diselesaikan satu tahun kemarin," ucap Proten seraya menatap Dart dengan datar.
"Be-Begitu, ya .... Jadi itu maksudnya prototipe."
"Ya, saya hanya bentuk kehidupan gagal. Engkau lihat warna rambutku? Itu tanda kalau pigmen tubuh ini tidak sesuai. Bahkan tubuh yang terbentuk ini ..., tidak bisa menampung kepribadian ini dengan benar ...."
Dart mengamati rambutnya. Itu daripada terlihat putih cerah, lebih cenderung sedikit pucat layaknya serat sutra yang baru saja dipanen. Sedikit memahami perkataan perempuan tersebut, Dart menghela napas dan berusaha menenangkan diri.
"Pembunuh saudari, ya .... Kalau Mavis tidak seperti ini, mungkin dia akan memanggilku seperti itu."
Mengelus wanita di pangkuannya, Dart memasang wajah sedih. Proten yang melihat pria tersebut memasang wajah seperti itu merasa sedikit kesal, tetapi raut wajah datarnya tidak berubah dan hanya membunyikan lidah dengan pelan. Kembali melihat ke arah perempuan bermata ungu gelap tersebut, Dart bertanya, "Apa itu ... alasanmu tidak menjadi seri kelima Intara Hexe?"
"Kurasa ... bukan itu. Alasan saya tidak menjadi seri kelima, itu karena peperangan sudah dekat saat itu dan waktu penyempurnaanku lebih memakan waktu lama dari tubuh Mavis yang baru diciptakan kepribadiannya setelah diriku...."
Menunjuk ke arah wanita yang duduk di pangkuan Dart, perempuan berambut putih tersebut kembali berkata, "Awalnya diriku yang seharusnya berada di dalam tubuh itu. Tetapi karena penolakan yang ada ..., diriku tetap berada di dalam Kristal Jiwa. Setelah itu, baru kepribadian Mavis diciptakan dari salinan data dasarku untuk mengisi tubuh seri kelima tersebut .... Mungkin, karena itulah kepribadiannya tidak bisa bertahan saat berada di bentuk malaikat ...." Menurunkan tangannya dan menunduk, perempuan tersebut terlihat hampa.
Dart langsung paham apa yang ingin disampaikan perempuan tersebut. Tetapi, dalam sisi lain pria tersebut tidak peduli akan hal tersebut. "Aku sudah mencintai Mavis. Mungkin memang karena peperangan itu pertemuan kita terjadi, tetapi bukan berarti posisinya akan berubah kalau yang menepati seri kelima adalah kau," itulah yang ada di benak Dart. Pria tersebut, merasa sedikit tidak suka kalau Proten mengira bisa menggantikan posisi Mavis kalau bisa menjadi seri kelima Intara Hexe.
"Ngomong-omong ..., untuk apa kau datang?" tanya Dart.
"Menemani Anda dan Kak Mavis. Kata Penyihir Agung, paling tidak saya harus bersama kalian .... Jujur, diriku juga tidak ada kerjaan kalau di kota itu terus ...."
"Bukannya para penyihir suka mendekam di kamar dan membaca buku?"
"Saya memang penyihir, tetapi bukan murni orang yang haus akan pengetahuan. Saya hanya sebuah barang buatan ...."
Dart mengangkat Mavis dari pangkuan dan menurunkannya ke bawah. Berdiri dan sedikit melirik ke arah pintu yang masih terbuka, pria tersebut sedikit memasang sorot mata tajam dan terlihat gelap. Melirik ke arah perempuan berambut putih tersebut, pria itu bertanya, "Kau ..., bukan pembunuh yang dikirim oleh pihak lain, 'kan?"
"Pembunuh? Oh ..., maksud Tuan Luke isi Surat Titah ...."
"Kau tahu isinya ....?"
"Tentu saja. Penyihir Agung dan Raja Gaiel yang membuatnya, sedangkan saya yang mengirimnya. Tapi, jujur penginapan ini cukup ketat, ya .... Mereka tidak membiarkan saya masuk mengantarnya langsung."
"Hah? Terus bagaimana kamu masuk?"
"Saya punya keahlian semacam itu ...."
Melihat perempuan tersebut mengangkat kedua tangan dan tersenyum tipis, Dart semakin curiga padanya. Paham kalau mengusirnya bukanlah pilihan yang tepat mengingat beberapa hal, pria tersebut sedikit menghela napas dan berjalan untuk menutup pintu. Setelah Dart menutup pintu dan hendak berbalik, Mavis merangkak ke arah pria tersebut dan mulai memanjatnya. Membiarkan wanita berambut pirang tersebut gendong di punggung, pria tersebut berdiri dengan tegak tanpa goyah sedikit pun.
Proten mengamati postur tubuh Dart yang terlihat lebih kekar dari informasi yang dimilikinya. Pria yang seharusnya menyandang gelar Marquess tersebut memiliki postur berdiri yang matang, otot tangan yang terbentuk rapi dan postur tubuh kekar yang bisa nampak jelas meski berada di balik pakaian longgar.
"Mungkin ini tidak terlalu penting, tapi boleh aku tanya sesuatu, penyihir?"
"Silakan saja ...."
"Tulisan Surat Titah tersebut .... kenapa lebih rapi dari biasanya? Pesan tempo lalu juga sangat rapi .... Apa Penyihir Agung tulisannya sebagus itu?"
Mendapat tatapan curiga dari Dart, perempuan berambut putih tersebut terdiam sesaat dan berusaha mencari jawaban yang tepat. Melirik ke arah Dart, Ia menjawab, "Mesin Ketik, apa engkau pernah dengar itu, Tuan Luke? Surat tersebut dibuat dengan alat yang mulai beredar di Kota Miquator itu."
"Mesin Ketik? Hmm, kalau tidak salah itu salah satu alat dari Moloia, bukan? Apa mereka melakukan perdagangan alat-alat juga?"
"Mungkin .... Beberapa senat di majelis dan penyihir di Perpustakaan Besar sudah ada yang menggunakannya. Memang kalangan bawah tidak ada yang bisa membelinya karena mahal, tapi beberapa kalangan atas sudah banyak yang memilikinya secara pribadi. Yah, alat itu hanya bisa digunakan untuk yang bisa membaca dan menulis ..., tidak heran kalau penyebarannya sangat lambat meski pasar bebas sudah berlaku."
Sedikit berlutut dan menurunkan Mavis, Dart berbalik untuk membopong wanita tersebut layaknya seorang tuan putri. Berjalan ke arah lemari, pria tersebut membuka pintu geser dengan kaki dan mengambil kasur lipat dan bantal yang ada di dalamnya. Seakan menggunakan kaki kanan seperti tangan, pria tersebut menggelar kasur lipat tersebut di lantai dengan mudahnya dan menata tempat tidur dengan cepat. Membaringkan Mavis, pria tersebut mengambil kipas kayu dan mulai menidurkan wanita tersebut.
Melihat Dart memperlakukan Mavis dengan sangat baik, perempuan berambut putih itu yang mengubah posisi duduknya dengan bersimpuh dan menghadap ke arah mereka menatap dengan heran. Dalam benak Proten, dirinya merasa senang karena melihat mereka sangat akur. Tetapi dalam sisi lain dalam dirinya, rasa iri benar-benar terasa.
"Ngomong-ngomong, Tuan Luke .... Apa engkau sudah melakukannya?" tanya Proten.
"Hmm, melakukan apa?" balik tanya Dart seraya mengelus kepala Mavis yang mulai tertidur.
"Bersetubuh .... Kalau kalian suami istri, bukannya sudah melakukan hal itu?"
Mendapat pertanyaan seperti itu secara terang-terangan, Dart sedikit memalingkan wajah dan enggan menjawab. "Apa anda sudah bercengkeraman dengan Kak Mavis?" tanya Proten sekali lagi.
"Y- Ya ..., kurang lebih sudah."
"Berapa kali ...?"
"Emp– Woy! Tanyanya terang-terang banget, ya!?"
Mendapat jawaban seperti itu, Proten menatap Dart dengan rendah. Rasa hormat benar-benar tidak tersisa pada mata perempuan tersebut saat melihat Dart. "Dasar rendahan. Berani-beraninya menyetubuhi perempuan yang sedang cacat mentalnya .... Kalau Kak Mavis sudah pulih dan kepribadiannya kembali, kau akan langsung dibunuh pasti ....."
"E-Eh? Serius ...."
"Enggak, kok. Bercanda ...."
Sesaat suasa menjadi canggung karena pembicaraan tersebut. Melihat ke arah jendela yang terbuka lebar, perempuan berambut putih tersebut sedikit memasang wajah lega. Rambut panjangnya berkibar tertiup angin pagi yang masuk, mengombak layaknya benang nilon yang mengkilat terpapar cahaya. Kembali melihat ke arah Dart, perempuan tersebut memasang senyum simpul pada wajah.
"Tuan Luke ..., boleh saya ikut bersamamu? Saya ... sudah tidak ada kegiatan. Kembali ke kota itu ... juga sudah bukan lagi menjadi pilihan."
"Eh? Kenapa?"
"Diriku ... diperintahkan Penyihir Agung untuk pergi dari kota setelah mengantarkan surat. Katanya ..., diriku tidak cocok tinggal di kota yang penuh dengan orang-orang yang haus dengan rasa ingin tahu itu ....."
Mendengar hal tersebut, Dart sejenak memejamkan mata dan berpikir. Dalam benak pria tersebut, apa yang dirasakan oleh Proten bukan sesuatu yang asing. Membuka mata dan mengelus kepala Mavis yang sudah tidur nyenyak, pria tersebut mulai memutuskan dalam benak.
"Baiklah, terserah kau saja. Tapi ..., sebaiknya kau ingat ini. Aku ... tidak bisa menjaga dua orang sekaligus. Lindungi dirimu sendiri ...."
"Hmm, terima kasih, Tuan Luke ....."
Perempuan tersebut menundukkan kepala dan menunjukkan rasa hormat. Melihat gelagatnya, Dart tidak merasa perbedaan jelas antara bentuk kehidupan buatan dengan kehidupan biasa. Perempuan yang memperkenalkan dirinya sebagai Proten tersebut terlihat persis seperti manusia di mata Dart, sama seperti dirinya memandang Mavis.
"Kalau begitu, Tuan Luke .... Saya pamit dulu ..., mau mengambil barang-barang saya di penginapan."
"Hmm, kau juga sudah menyewa kamar? Di sini?"
"Saya tidak diberi anggaran sebesar itu untuk bisa bermalam di penginapan semewah ini."
Perempuan tersebut berdiri, lalu menunduk hormat sebelum berjalan ke arah pintu. Menggeser pintu tersebut, sesaat perempuan itu terdiam dan melirik ke arah Dart. Melihat pria tersebut begitu dekat dengan Mavis, sekali lagi rasa iri nampak pada sorot matanya.
"Kalau begitu ..., saya permisi. Sore ini ... nanti siang, saya akan datang kembali lagi."
Melihat perempuan tersebut pergi dan menutup pintu, Dart tidak membalas perkataannya dan hanya memasang wajah datar. Menyadarkan punggung pada dinding kayu, pria tersebut kembali memikirkan apa yang telah dibicarakan tadi. Pria tersebut sempat teringat dengan keluarga cabangnya, Shieal. Dalam masalah seperti itu, sifat menerima bawahan dirasakan jelas ada pada diri Dart.
"Akh, Ayah dan Kakak juga sering menerima orang seenaknya tanpa bertanya rinci atau semacamnya, apa sifat itu juga menurun padaku? Rasanya ini ...."
Memejamkan mata, pria tersebut mulai berpikir dan berpikir. Waktu berlalu begitu saja, dan tanpa dirinya sadari Ia mulai tertidur pulas karena rasa lelah yang menguasai tubuhnya.