"Assalamualaikum." Kata seseorang yang tiba-tiba masuk ke rumah Ruslan.
"Walaikumsalam." Jawab Tata dan Ruslan dengan kompak.
"Lagi ngapain lo pada?" Tanya orang itu.
"Ah, gak. Tadi kita abis main di luar." Jawab Tata sambil melepaskan tangannya dari Ruslan.
"Makan dulu yuk." Kata orang itu.
Orang itu adalah ibunya Ruslan. Dia baru pulang kerja. Pekerjaannya adalah pembantu rumah tangga. Jika hanya mengandalkan gaji Ayah Ruslan, maka kebutuhan keluarganya tidak tercukupi. Oleh karena itu Ibu Ruslan harus ikut bekerja juga. Oh iya, Ruslan itu adalah sepupunya Tata. Ruslan tidak mempunyai teman bermain selain Tata.
"Ayo Twata, dimwakan mwakanannya." Kata Ibu Ruslan dengan mulut yang penuh dengan makanan.
"Iya." Jawab Tata.
"Oh iya Tata!" Kata Ibu Ruslan sambil menghentikan kegiatan makannnya.
"Glek.....Kenapa?" Tanya Tata sambil mencoba menelan makanannya.
"Tata mau ya, nikah sama Ruslan." Kata Ibu Ruslan dengan cengirannya.
"Hah?" Tanya Tata bingung.
Tiba-tiba ada dua anak laki-laki sedang mendorong sepeda melewati depan rumah Ruslan. Seluruh pasang mata langsung tertuju ke arah dua anak laki-laki itu. Dengan mulut yang masih penuh makanan, Ruslan langsung berlari menghampiri dua anak laki-laki itu. Melihat Ruslan pergi ke luar rumah, Tata juga langsung ikut ke luar rumah.
"Jangan ikut mereka Ruslan!" Teriak Tata.
"Tau lo! Sono jangan ikut!" Kata Akbar sambil mendorong bahu Ruslan dengan pelan agar menjauhi dirinya.
"Iya, ntar dimarahin mak lo." Sahut Randal.
"Mau ikut!" Teriak Ruslan.
"Ruslan! Udah berapa kali dibilangin. Jangan ikut! Jangan ikut!" Teriak Ibu Ruslan sambil menjewer telinga Ruslan.
Akhirnya Akbar dan Randal dapat pergi tanpa Ruslan, tapi sebagai gantinya Ruslan menangis dengan amat sangat kencang. Tata paling malas jika Ruslan sudah berubah mode menjadi seperti ini. Karena tidak berhenti menangis, Ruslan dipukuli oleh ibunya. Tata tidak suka melihat pemandangan ini dan memilih untuk pergi.
"Tante, Tata pulang dulu ya." Kata Tata.
"Oh iya, maaf ya. Emang cengeng nih laki satu!" Kata Ibu Ruslan yang masih terus memukul tubuh Ruslan.
"Itu gak apa-apa Ruslannya dipukulin?" Tanya Tata khawatir.
"Biarin aja. Kalo gak, gak bakalan berhenti nangisnya." Jawab Ibu Ruslan.
"Oh." Sahut Tata dengan wajah datar.
Karena tidak tahan melihat apa yang terjadi di rumah itu, Tata langsung pulang ke rumahnya. Jika dia tetap di sana, Tata hanya akan tidak dianggap keberadaannya. Ibu Ruslan akan fokus memukuli anaknya. Apakah benar, tidak apa-apa jika Ruslan dipukuli oleh ibunya sendiri? Biasanya, setelahnya tubuh Ruslan akan merah dan terasa sangat pegal.
Sesampainya di rumah, tata dapat mencium aroma masakan dari dapur. Tata langsung berlari ke arah dapur. Benar saja dugaan Tata, Ibunya sedang memasak. Tapi, sepertinya masaknya sudah selesai. Menyadari kehadiran Tata, Ibu Tata menyodorkan mangkuk yang berisi ikan goreng ke arah Tata. Tata langsung mengambilnya dengan kedua tangannya.
"Bawain ke ruang tamu." Kata Ibu Tata sambil membawa makanan yang lainnya.
"Ma! Tadi Tata liat abang pergi naek sepeda sama bang Randal." Lapor Tata.
"Iya, trus kenapa?" Tanya Ibu tata sambil menaruh makanan di lantai ruang tamu.
"Tata boleh ikut abang pergi gak sih?" Tanya Tata.
"Hah?"