part 1

Semilir angin pagi berhembus, menggerakkan dedaunan. Burung burung berkicau seolah menyanyi mensyukuri cerahnya pagi itu.

Kring kring kring

"Gadis tengik!!!!!, Kau mau ke sekolah tidak ??" Teriak seorang pria di depan halaman sebuah rumah.

Pria itu mendengus sebal sebab jam sudah menunjukkan pukul tujuh kurang lima menit, dan gadis yang ia tunggu tak kunjung menampakkan batang hidungnya, bahkan tak menjawabnya. Ia mencoba mengetuk pintu berulang kali namun nihil. Saat ia menyerah dan akan pergi, ia melihat sebuah surat di lantai depan pintu. Ia membuka dan membacanya

'aku sudah berangkat'

"Apaaaaa????? Astagaa anak itu bisa tidak sih menghubungiku menggunakan ponsel"

Pria itu langsung mengayuh sepedanya menuju sebuah sekolah. Sekolah yang berdiri megah dengan desain arsitektur khas berbalut cat putih. Di puncak bangunan tertinggi terdapat bendera kota dan bendera sekolah itu, Nevarda. Sedangkan nama kota itu adalah Nevaria.

Pria itu berlari sesampainya di sekolah. Ia langsung menuju ke bagian aula 4. Dengan tergesa-gesa ia mengedarkan pandangannya mencari kursi yang harus ia duduki. Dapat. Setelah ia duduk, ia langsung menghela nafas panjang. Ia ingat gadis yang sedari tadi ia tunggu, lalu mulai mencari cari dimana ia duduk.

" Kau mencari ku?" Suara gadis itu terdengar mengejek

"Dasar , sedari tadi kau duduk di belakang ku? Ahh sungguh menyebalkan. Kau tau tidak , hampir dua puluh menit aku menunggu mu dan ternyata kau sudah berangkat. Untung aku tidak terlambat." Protes pria itu

"Aku kan sudah meninggalkan surat bodoh" jawabnya sambil menjitak kepala pria yang sedari tadi bermuka masam.

.

.

.

Seorang pria bangun dari tidurnya, terlihat raut mukanya kaget . Kemudian wajah pria itu berubah dingin. Hanya tatapan kosong memandang langit langit kamar yang identik warna merah dan hitam. Pria bersurai hitam itu lantas bangkit dari tempat tidur, lalu menuju balkon kamar. Ia menghirup udara pagi yang sangat ia sukai. Tiba tiba seseorang mengetuk pintu.

"Tuan, kami sudah mempersiapkan semua" kata seorang pria di balik pintu

"Aku akan segera turun" jawabnya.

Di sebuah tempat pelatihan, berkumpullah peserta baru. Mereka mengobrol satu sama lain, dan terlihat di wajah mereka kebahagiaan karena mereka bisa lolos ke sebuah tempat pelatihan yang hanya orang tertentu dapat lolos. Tempat itu melatih para peserta untuk menjadi kesatria pelindung dengan kekuatan khusus mereka masing masing.

"Selamat datang di rumah para kesatria, Nevarium." Sambut seorang wanita paruh baya dengan mahkota bertengger cantik di kepalanya.

Seketika tepuk tangan riuh para peserta memenuhi aula terbesar di negara itu. Ya, wanita itu adalah ratu di negara tersebut. Ia terkenal dengan kelemah lembutannya. Semua orang sangat menghormati ratu mereka.

"Di tempat ini kalian akan dilatih menjadi kesatria penjaga dan pembela negara bahkan dunia. Kami sangat menghargai kerja keras kalian, keloyalan dan kemampuan kalian. Perlu diingat bahwa setiap kemampuan seseorang pasti berbeda, dan baik buruknya kemampuan itu tergantung pada bagaimana tuannya memanfaatkan. Hati nurani, sikap serta kemampuan kalian akan sangat diuji. Tapi sebelum kalian memulai pelatihan, perkenalkan guru yang akan membimbing kalian."

Setelah itu para guru memasuki panggung satu persatu dan mulai berkenalan. Tampak para peserta kagum pada kewibawaan guru mereka.

"Selain para guru , kalian juga akan dibimbing oleh beberapa kesatria kerajaan. Masing masing dari mereka adalah perwakilan divisi khusus kerajaan."

Riuh para peserta memenuhi aula. Mereka tidak menyangka bahwa kerajaan berbaik hati membimbing angkatan baru lewat kesatria kerajaan.

Para kesatria pun memasuki panggung. Mereka tertegun melihat salah satu dari kesatria.

"Bukankah ia kesatria dari divisi keamanan dan pertahanan yang sangat hebat dan terkenal, astagaa aku tidak menyangka."

"Wahh coba lihat rambut hitam , dan mata elangnya itu. Tampan sekali ya"

"Kudengar ia adalah anggota termuda. Hebat ! Aku harus seperti dia"

Para peserta banyak yang membicarakan terutama para gadis.

"Perkenalkan, namaku adalah Riuga Itsuki"

.TBC.