WebNovelIMPECCABLE100.00%

[0]. Prologue

Pada akhirnya gue kembali seperti dulu, menjalani hidup tanpa dirinya, sepi dan sendiri.

Ternyata kata "Selamanya" itu hanyalah omong kosong belaka. Nyatanya di dunia ini tidak ada yang abadi, termasuk kisah cinta gue dan dirinya.

Sekarang gue benar benar sendirian..

Kembali lagi seperti dulu..

Saat sebelum gue mengenal dia..

Dan sekarang gue harus kehilangan dia..

Selamanya..

♡♡♡

Aroma tanah basah yang habis diguyur hujan seharian menyeruak menusuk hidung. Alvian tengah duduk disamping makam yang tak pernah absen untuk dia kunjungi.

Tangannya mengelus nisan berukirkan nama seorang gadis, "Clara Margaretha". Dia tersenyum lalu meraih kotak plastik yang telah dia bawa dari rumah. Kotak plastik itu berisi kelopak bunga mawar merah, bunga yang paling disukai oleh Clara.

Alvian mengambil beberapa lembar kelopak bunga tersebut, perlahan dia taburkan diatas makam gadis yang sangat dicintainya itu.

Hari ini tepat dua tahun Clara meninggalkan dunia, Takdir yang memisahkan mereka. Clara meninggal dunia akibat penyakit Leukimia stadium akhir.

Alvian yang masih belum bisa menerima kejadian itu pun semakin menutup dirinya dari siapapun kecuali bunda dan para sahabatnya.

Clara adalah cinta pertama Alvian, hanya Clara yang bisa mengubah sifat Alvian yang dingin dan tertutup menjadi lebih membaur.

Tapi setelah kejadian itu Alvian kembali lagi menjadi Alvian yang dulu, dia berpikir, untuk apa berubah dan untuk siapa dia berubah, nyatanya tidak ada yang akan melihat dan menghargai perubahannya setelah ini.

Hari ini juga hari yang paling penting bagi keduanya, hari ini adalah hari jadi mereka yang ke tiga tahun.

Mata pemuda itu panas, seolah ada sesuatu yang hendak memaksa keluar, Alvian bersikeras menahannya. Dia terus menaburkan kelopak bunga mawar itu sampai habis.

Hatinya terenyuh, dia berusaha tersenyum dan kembali mengelus nisan itu dengan lembut.

"La, happy anniversarry" Alvian meletakkan satu bucket bunga mawar dibawah nisan. Sekarang makam gadis itu benar benar terlihat sangat indah.

Alvian kembali memutar kejadian terdahulu, saat dia masih bisa merayakan hari jadi mereka bersama sama, di bawah sinar sang rembulan Clara sangat cantik, tubuhnya terbalut dress berwarna pink, warna favorite nya.

Saat itu masih ada canda tawa diantara mereka, namun sekarang hanya kesunyian yang mengurung Alvian.

Cukup lama pemuda itu termenung, tanpa Alvian sadari buliran buliran bening tumpah begitu saja membanjiri pipinya, dia menyeka air matanya dengan cepat.

"Kamu tau? Akhir akhir ini tugas kuliah sedang banyak banyaknya" Alvian mengubah posisi duduknya. "Tapi untungnya aku bisa mendapat nilai yang cukup bagus"

Alvian kembali bungkam beberapa saat, dia menunduk. "Padahal aku udah janji, kalau aku bisa terus mendapat nilai bagus aku akan mentraktirmu, tapi.." Alvian menghela nafas berat. "Yasudahlah"

"Besok adalah hari ospek bagi mahasiswa baru, dan aku salah satu panitianya"

Alvian kembali menatap makam Clara dengan seksama. Tak lama ponselnya berbunyi, menandakan ada satu notifikasi masuk.

Buru buru dia merogoh saku celananya, dibacanya nama pengirim pesan, ternyata Bunda.

Bunda♥ : "Kamu dimana nak? Bunda sudah dirumah"

Alvian : "Iya, sebentar lagi Vian pulang"

Alvian kembali memasukkan ponselnya kedalam saku, dia berdiri lalu mencondongkan sedikit tubuhnya. Tangannya kembali mengusap nisan Clara, dia tersenyum. "Aku pulang dulu, nanti aku akan kembali lagi"

Pemuda itu bergegas masuk kembali kedalam mobil dan mulai mengendarai kendaraan itu keluar dari tempat pemakaman menuju rumahnya.

♡♡♡

Alvian membuka pintu perlahan, dia mengedarkan pandangannya. "Bunda, Vian pulang". Dia terus melangkahkan kakinya sampai kedapur, dia melihat Bunda tengah memotong beberapa sayuran.

Derap kaki pemuda itu berhasil membuat Bunda menoleh. "Eh, udah pulang kamu?"

Alvian mengangguk dan langsung mencium tangan bunda.

"Dari makam Clara?" Tanya Meyla, Bunda Vian, tangannya masih terus memotong wortel menjadi beberapa bagian.

Alvian mengangguk pelan. Dia duduk dikursi makan.

Bunda tersenyum tipis. "Masih sayang dan masih suka keinget Lala?"

Alvian menghela nafas berat. "Masih lah Bun, gimana bisa Vian ngelupain orang yang buat Vian berubah. Vian belajar banyak dari Lala, tentang kesabaran dan juga keikhlasan".

Bunda yang sadar dengan perubahan raut wajah Alvian pun mendekat, dia mengelus punggung anaknya penuh kasih sayang. "Lala beruntung dapat kamu"

"Bukan Lala, tapi Vian yang beruntung dapat Lala" Alvian mengangkat wajahnya menatap Bunda.

"Apa kamu percaya setelah hujan akan ada pelangi?" Tanya Bunda serius.

Alvian mengangguk pelan dan langsung dihadiahi senyuman manis oleh Bunda.

"Berarti kamu juga harus percaya kalau setelah Lala akan ada seseorang yang sudah Tuhan kirimkan untuk kamu, enggak kalah baiknya dari Lala"

Alvian menatap iris coklat yang ada dihadapannya itu penuh kehangatan. "Bunda jangan nangis" Katanya sambil menyeka setitik air mata yang keluar begitu saja dari kelopak mata Bunda.

Bunda tersenyum disela sela tangisnya. "Bunda bisa ngerasain apa yang saat ini kamu rasain"

"Vian sayang bunda"

♡♡♡

Pagi ini Alvian sudah berada didepan gang, dia tengah menunggu Ben, Andrew dan juga Devan, sahabatnya untuk berangkat bersama.

Alvian melirik arlojinya. "Ben mana sih?" Yang sudah bersama nya saat ini hanya Andrew dan juga Devan, sedangkan Ben belum kelihatan batang hidungnya.

Baik Andrew maupun Devan, keduanya mengedarkan pandangan mereka. "Kebiasaan tuh, kalau mandi suka sambil tidur" Sahut Devan.

Andrew menoyor kepala Devan. "Mandi sambil tidur gimana dah"

Devan mengendikkan bahunya. "Mana gue tau, tanya noh sama Ben".

Yang dibicarakan akhirnya datang juga, dia datang dengan tergopoh gopoh membawa kaca berukuran sedang, sisir dan juga pomade.

Ben cengir kuda. "Gue belum sisiran"

Ketiganya hanya menggeleng malas melihat tingkah laku Ben.

"Lo pikir yang punya kaca lo doang" celetuk Andrew.

"Tau, kaca segede gaban gini dibawa, padahal ini mobil kan ada kacanya"

"Enggak afdol kalau pakai kaca kecil" Ben mulai menyisir rambutnya.

"Lagian lama banget" Andrew melemparkan tatapan malas.

"Yeuh, siapa suruh lo lo pada nyuruh gue buat nyiapin perlengkapan ospek?, tau enggak jam tidur gue jadi lebih malem" Jelas Ben.

"Udah woy! Masih pagi enggak usah ribut" Sela Devan.

Alvian hanya diam, dia langsung tancap gas meninggalkan kawasan itu menuju Kampus.

Setibanya disana, banyak wajah wajah baru berlalu lalang, Mereka semua keluar dan melenggang memasuki kawasan kampus.

"Kalian duluan deh, gue mau ketoilet bentar" Ujar Alvian. Pemuda itu memasang earphone dikedua telinganya dan berjalan menuju toilet.

Kira kira baru lima belas langkah Alvian berjalan, Entah dari arah mana tiba tiba saja seorang gadis berlari secepat kilat tanpa sadar menabraknya.

Gadis itu tersungkur, namun Alvian tidak menghiraukannya.

"Dasar ceroboh" Alvian berlalu dari hadapan gadis itu, dia sama sekali tidak melirik gadis yang tengah meringis itu dan terus berjalan.

♡♡♡

-

-Impeccable-

[Palembang, April 08, 2019]