Wati sudah menceritakan semua hal tentang bagaimana cara ia bisa berada didekatku saat ini. Setelah kejadian saat itu, ia jadi sering dan kembali datang kerumahku dengan berbagai macam alasan.
Terkadang, ia meminta saran untuk bagaimana mengurus bayinya itu dan itu hampir membuatku tertawa setiap ia menanyakannya. Tapi aku tetap mengajarinya sehingga sampai suatu hari ia menjadi ibu yang baik dan tepat untuk anak itu.
Suatu saat ia seperti menyadari sesuatu dan menanyakan istriku. Aku tidak langsung cerita kejadian sebenarnya dan aku katakan bahwa ia sedang pergi keluar kota. Saat itu, putriku sedang datang lagi. Kupikir bukankah akhir akhir ini ia menjadi sering datang berkunjung dirumahku. Apakah mungkin ia memliki alasan. Ah... Mengapa aku berkata seperti itu. Padahal aku yakin ia memiliki sesuatu yang ingin ia sampaikan padaku.
Hingga suatu hari ia berkata bahwa selama ini telah memperhatikan aku. Bukankah itu pengakuan dia?
Namun, mengapa bisa padahal saat itu aku tidak sekalipun bertemu dengannya. Aku sibuk dengan pekerjaan dan kuliah. Hari hari saat itu kuhabiskan bersama Lia.
"Aku serius aku butuh ayah untuk anak ini" Wati menunjukkan anaknya yang sedang digendongnya itu. Bagaimana aku tidak prihatin dengannya. Tapi aku tidak langsung menerimanya.
Suatu saat ia menyadarinya bahwa aku telah kehilangan istri juga. Saat itu ia bertanya banyak hal. Membuatku membuka kenangan pahit itu lagi. Kukira apa alasannya, ternyata yang ia inginkan adalah seorang ayah untuk anaknya.
Aku meminta pendapat kakek, "Yasudah mungkin sudah saatnya kamu menikah lagi. Bukankah putrimu juga butuh seorang ibu?" kurasa ia ada benarnya juga.
Namun, putriku pasti akan kecewa padahal aku belum memperkenalkannya tentang ibu kandungnya. Akhirnya, aku menawarkan untuk membantunya menjadi seorang ibu yang baik bagi anaknya dahulu. Lalu, beberapa tahun kemudian, tepatnya saat umur Syifa 6 tahun. Sebelumnya sudah kupastikan bahwa ia bisa menerima kenyataan.
Syifa kecewa, "Kenapa ayah baru mengatakannya? Aku sudah bisa menerima ini sejak dulu jika kau mengatakannya, dan bukan sekarang. Jadi aku tidak perlu bersedih sekarang" hanya kata maaf yang aku katakan melihat ia menangis aku memeluknya.
Tidak kusangka dia adalah anak yang sangat pengertian walaupun kurasa ia merasa kecewa dan sedih.
"Maaf, nak"