Sudah 5 hari aku berada di ruangan ini. Setiap hari pasti ada orang yang datang dan menyuntikkan sesuatu ke lenganku seperti obat atau apa aku juga tidak tau.
Di hari kelima ini Leon datang menghampiriku, aku tidak tau dia mau apa ke sini. Tapi aku melihat sebuah pisau di tangan kanannya. Saat itu juga tubuhku langsung bergetar, keringat dingin mengalir dari dahiku. Aku benar benar takut, sangat sangat takut.
Leon secara perlahan maju menghampiriku dan secara spontan aku mundur menjauhinya.
"Sudah tidak bisa mundur lagi. Bagaimana ini" batinku
Sedangkan Leon sudah tepat berada di depanku. Jarakku dan Leon kira kira sekitar 3 meter.
"Kenapa? Sudah tidak bisa mundur lagi?" tanya leon dibarengi senyum jahatnya sambil terus melangkah maju dan hanya menyisakan 1 meter saja.
"Ma..mau apa kamu" kataku dengan rasa takut yang amat besar.
Bukannya menjawab pertanyaanku, Leon malah melanjutkan kata kata yang dari tadi ingin dia ucapkan
"Aku sudah menunggu lama sekali, benar benar sangat lama. Sudah 3 Tahun lamanya aku menunggu untuk membalaskan perbuatanmu kepada Ayah, Ibu dan Adikku yang telah kamu bunuh dengan sangat kejam" kata leon yang awalnya bernada santai lama kelamaan nadanya penuh dengan penekanan.
"Aku tidak tau apa yang kamu maksud...aku tidak membunuh orang tua dan adikmu...Aku saja tidak mengenali mereka... dan...untuk apa aku membunuh mereka" kataku dengan rasa ketakutan yang amat besar.
Aku selalu waspada dengan pisau yang Leon pegang di tangan kanannya. Aku terus berfikir untuk apa pisau itu. Pisaunya terlihat sangat tumpul.
Fikiran yang pertama muncul di kepalaku adalah mungkin Leon habis memakan kue atau semacamnya.
Fikiranku yang kedua Leon ingin membunuhku menggunakan pisau itu.
"Tapi kenapa tumpul? bukankah lebih baik pisaunya tajam jika ingin membunuhku" batinku
Tapi yang paling menakutkan adalah pikiranku yang ketiga yaitu Leon ingin menyiksaku menggunakan pisau yang sangat tumpul itu.
Kenapa paling menakutkan, karena menurutku lebih baik mati daripada disiksa. Jika aku mati aku hanya merasakan sakitnya sebentar saja. Tapi jika aku disiksa aku akan terus merasakan sakitnya secara terus menerus dan tidak tau sampai kapan.
Dan benar saja, pisau itu digunakan Leon untuk melukaiku. Saat itu juga Leon menebasku menggunakan pisau yang ia pegang di tangan kanannya itu.
Darah mulai mengalir dari pundak sebelah kiriku. Aku menjerit kesakitan, aku memohon kepada Leon agar dia berhenti menyakitiku. Tetapi Leon tidak mempedulikannya. Dia kembali menusukku tetapi kali ini di bagian perut.
Aku ditusuk sebanyak 5 kali oleh Leon. 3 kali dibagian perut dan 2 kali dibagian dada.
Tapi anehnya aku masih sadarkan diri padahal Leon sudah menusuk ke area bagian vitalku yaitu jantung. Aku benar benar bingung kenapa bisa seperti ini.
"Kenapa? Apakah kamu bingung karena aku sudah menusukmu berkali kali tetapi kamu masih sadarkan diri" tanya Leon kepadaku dengan senyum mematikannya
"Itu karena obat yang disuntikkan ke tubuhmu setiap hari" lanjutnya
"O..obat...jadi obat itu..yang mem..buatku seperti...ini.." kataku dengan terbata-bata
Leon hanya tersenyum
Disisi Leon baginya sangat menyenangkan karena bisa membalaskan dendam keluarganya yang telah dibunuh oleh Luna.
Sedangkan disisi Luna dirinya sangat tersiksa. Ia selalu berfikir kenapa dirinya harus disiksa padahal dia sendiri tidak membunuh keluarga Leon.
Sudah setengah jam Leon menyiksaku. Tubuhku telah berlumuran banyak darah, banyak tusukan dan sayatan di tubuhku. Aku benar benar terasa tersiksa.
Yang ada di pikiranku adalah kenapa aku masih sadarkan diri setelah ditusuk sebanyak ini, obat apa yang disuntikkan ke tubuhku, kenapa aku bisa seperti ini.
Kulitku mulai memucat karena kehilangan banyak darah. Tapi aku masih sadarkan diri walaupun tubuhku melemah.
"Bagaimana rasanya merasakan apa yang ayah, ibu dan adikku rasakan?" kata leon tersenyum sinis
"A..aku..tidak..tau..apa yang..kamu..maksud..." kataku sambil mencoba untuk terus bernafas walau terasa sesak dan ketakutan.
"Benarkah? Kamu tidak tau apa yang aku maksud? Baiklah aku akan memberikan ruang untukmu agar kamu bisa mengerti dengan apa yang aku maksud" kata Leon tersenyum sambil menjauh meninggalkan ruangan.
"Hiks..Hiks.." air mata mengalir membasahi pipiku.
"Rasanya sangat sakit hiks.. sakit sekali hiks.. rasanya aku mau mati saja kalau begini hiks..hiks.. kenapa Leon jahat sekali hiks.. aku tidak membunuh keluarganya hiks..aku tidak tau keluarganya hiks.. aku tidak mengenali mereka hiks..hiks.."
Darah masih mengalir melewati sayatan dan tusukkan yang dibuat oleh Leon. Rasanya benar benar sakit dan sangat perih.
Aku mencoba untuk menutupnya menggunakan tangan. Tapi sia sia saja, darahnya masih terus mengalir.
Tidak lama berselang aku melihat dua orang masuk membawa kantung darah, jarum jahit dan benang.
"Apa yg mau mereka lakukan padaku?" batinku