Keisha berada di sebuah taman bunga yang sangat luas. Dia sedang memetik beberapa bunga yang tumbuh di sana. Lalu dia melihat seorang pria yang memakai pakaian serba putih dari kejauhan. Pria itu mirip sekali dengan orang yang dikenalnya. Keisha terus memperhatikan pria itu dan mencoba untuk mendekat. Lalu pria itu tersenyum padanya.
"Kenan? Apakah itu kau?" Keisha mendekat sambil membawa beberapa jenis bunga yang dia petik digenggamannya.
Keisha makin mendekati pria itu dan semakin jelas untuk melihat wajahnya. Tapi tiba-tiba saja pria yang dia yakini adalah Kenan itu pergi begitu saja menjauh dari Keisha.
"Kenan…tunggu…kau mau ke mana…?!" Teriak Keisha memanggil pria itu.
Pria itu terus pergi menjauh. Keisha membuang bunga di tangannya lalu mengejarnya. Keisha terjatuh, dia merasa kesakitan pada kakinya yang terluka lalu dia melihat ke depan dan pria itu sudah menghilang.
"Kenan…!" Teriak Keisha sambil menangis, "jangan pergi…"
"Kei, bangun Kei…apa kau mimpi buruk?"
Terdengar suara Zea membuat Keisha membuka kedua matanya. Keisha terlihat berkeringat, dia memegang kepalanya.
"Arghhh…Kenapa pusing sekali?"
"Kamu mabuk semalam jadi kepalamu terasa pusing sekarang. Tunggu ya, aku akan membuatkanmu teh herbal."
Zea pergi dari kamar Keisha. Keisha berusaha untuk duduk sambil memegangi kepalanya. Dia mengambil ponsel di atas meja untuk melihat jam dan ternyata sudah pukul tujuh pagi. Zea kembali ke kamar dengan membawakan secangkir teh herbal dengan beberapa butir telur rebus.
"Minum ini, kau akan merasa lebih baik." Kata Zea sambil menyodorkan secangkir teh.
"Terima kasih."
"Telur itu kau harus makan juga ya. Aku sudah membuatkan bubur di dapur untuk sarapanmu. Aku harus pergi kerja dulu. Kau tidak apa-apa kan aku tinggal sendirian di rumah?"
"Tidak apa-apa. Kau tahu aku sudah terbiasa." Jawab Keisha lalu tersenyum dan meminum secangkir teh di tangannya.
"Baiklah…kau terlihat sudah lebih baik. Kalau begitu aku pergi ya."
Zea keluar dari kamar Keisha. Terdengar pintu rumah ditutup. Keisha kembali sendirian di rumahnya.
"Ah! Kenapa pahit sekali?" Gumam Keisha setelah menghabiskan tehnya.
Keisha meletakkan cangkir teh di atas meja lalu mengambil sebutir telur rebus. Dia mengupas cangkangnya dan dengan sekali lahap memasukkan telur itu ke dalam mulutnya. Keisha mengunyahnya dan membuat mulutnya terlihat penuh.
"Aku akan ke makam Kenan hari ini. Sepertinya dia juga merindukanku." Kata Keisha setelah habis menelan telur yang dimakannya.
Keisha bersiap untuk pergi. Sebelum ke makam, dia mengunjungi toko bunga lebih dulu. Seikat bunga lily putih dia beli untuk diletakkan dimakam Kenan nanti. Dia kembali masuk ke dalam mobil dan melanjutkan perjalanannya. Hanya membutuhkan waktu dua puluh menit dari toko bunga tadi untuk tiba ke tempat pemakaman umum.
Keisha menyusuri beberapa makam mencari makam milik Kenan. Tidak lama dia pun menemukannya, dia meletakkan seikat bunga tadi di atas gundukan tanah itu.
"Aku kembali untuk bertemu denganmu." Katanya sambil melihat pada nama di batu nisan, "bagaimana kabarmu? Hari ini kau muncul dimimpiku."
Keisha berjongkok lalu menyentuh batu nisan. Entah perasaannya bagaimana sekarang, dia pun harus menerima keadaan barunya. Wajahnya kembali sedih, air matanya menetes membasahi pipinya.
"Ah! Maaf. Aku kembali menangis lagi." Katanya sambil mengusap air matanya, "aku… sangat merindukanmu, Monkey."
Nama itu adalah panggilan sayangnya pada Kenan. Kenan sangat menyukai benda-benda dengan bentuk 'Monkey' apa pun itu. Jadi selama pacaran pun Keisha selalu memanggilnya dengan nama itu. Bukan untuk mengejeknya tapi Keisha lebih menyukai panggilan itu di bandingkan dengan panggilan 'sayang ataupun honey'. Itu terdengar geli dia ucapkan untuk sebuah hubungan.
"Oh ya, aku membawakan makanan kesukaanmu."
Keisha mengeluarkan sebuah kotak makan dari dalam tasnya lalu dia membuka tutupnya. Beberapa potong sushi dia masukkan di dalamnya. Dia meletakkan kotak makan itu di samping seikat bunga tadi.
"Kita selalu makan ini saat jam istirahat kerja bukan? Kau membuatkannya untukku. Tapi buatanmu memang lebih enak dari pada buatanku, aku akui itu." Katanya lalu tersenyum.
Langit tiba-tiba berubah mendung, suara petir pun mulai terdengar. Keisha melihat ke atas, langit berubah menjadi gelap, lalu dia segera menutup kotak makan itu.
"Sepertinya aku harus segera pulang, kau baik-baik ya di sana. Aku akan sering datang ke sini. Kau tidak perlu mengkhawatirkanku. Aku akan terbiasa hidup tanpa mu, Monkey. Aku pergi." Katanya lalu beranjak pergi dari tempat itu.
Rintik hujan sudah membasahi tanah pemakaman. Keisha mengeluarkan payungnya dari dalam tas lalu membukanya. Hujan semakin deras. Dia masuk ke dalam mobilnya dengan sedikit basah pada pakaiannya. Keisha kembali melihat langit.
"Kenapa tiba-tiba hujan ya? Padahal tadi sangat cerah. Cuaca sekarang memang sulit di tebak. Padahal aku ingin berlama-lama di sini."
Kaisha menyalakan mesin mobilnya lalu dia pergi. Dari kejauhan muncul sosok melihat ke arah mobil milik Keisha yang meninggalkan pemakaman. Sosok memiliki wajah yang sangat pucat.
*Love*
Keisha masuk ke dalam rumahnya. Hujan sudah reda dan cuaca kembali cerah. Dia menuju kamarnya untuk mengganti pakaian. Saat dia akan melepas pakaiannya yang basah, dia mendengar seseorang memanggil namanya.
"Kei." Suara itu terdengar pelan.
Suara seperti milik seorang pria. Keisha terkejut lalu menoleh ke belakang. Dia tidak mendapati seorang pun di kamarnya dan suara itu kembali memanggilnya.
"Kei."
Keisha mulai ketakutan, dia tidak jadi untuk mengganti pakaiannya. Dia mengambil tongkat baseball yang terletak di samping lemari dengan rasa ketakutan.
"Siapa itu?! Jangan main-main denganku ya!" Serunya sambil menodongkan tongkat itu ke arah depan.
"Kei ini aku, Monkey." Suara itu mulai jelas terdengar tapi belum juga menampakkan wujudnya.
Keisha sangat terkejut mendengar nama itu. Tangannya gemetar sambil memegangi tongkat.
"Tenanglah…kau tidak perlu takut. Lihat ke cermin, kau akan dapat melihatku."
Keisha menuruti perkataan dari suara itu, dia pun menoleh dan melihat ke arah cermin di lemarinya. Dia masih ketakutan dan benar saja dia melihat sosok Kenan tetapi dengan banyak darah di wajah dan tubuhnya.
"Aaaaaaaaaa." Teriak Keisha, seketika saja dia pingsan saat melihatnya.
"Argh! Elf…kenapa kau menunjukkan wujudku dengan banyak darah seperti ini…? Aku menakutinya…" Gumam sosok itu yang memang benar dia adalah Kenan.
Kenan mendekati tubuh Keisha yang tergeletak di lantai. Dia berusaha untuk menyentuhnya tapi tidak bisa. Tangannya hanya dapat menembus tubuh Keisha.
"Kei…sadarlah…aku tidak bermaksud menakutimu…"
*Love*
Keisha mendengar suara Zea memanggilnya. Dia sedikit membuka kedua matanya. Kepalanya pun terasa pusing dan tubuhnya sangat lemas.
"Kei sadarlah…" Seru Zea yang melihat Keisha sudah sedikit membuka matanya. Dia menepuk-nepukkan pipi Keisha. Pelan.
"Zea." Kata Keisha dengan suara pelan. Setelah membuka kedua matanya.
"Iya ini aku, Zea. Kenapa kau bisa pingsan? Apa kau masih mabuk?" Keisha berusaha untuk duduk di bantu dengan Zea.
"Aku…tadi melihat Kenan di sini. Tapi tubuhnya penuh dengan darah." Jelas Keisha sambil mengingat kejadian tadi.
"Apa?!"
"Iya, aku benar-benar melihatnya tadi. Wajahnya sangat menyeramkan dengan banyak darah."
Keisha kembali membayangkan sosok Kenan yang dia lihat tadi. Lalu tiba-tiba saja Kenan muncul di belakang Zea. Kali ini dia muncul tanpa darah di tubuh dan wajahnya. Melihatnya, Keisha membelalakkan kedua matanya.
"Itu…dia ada di belakangmu, Ze!" Seru Keisha sambil menunjuk ke belakang tubuh Zea.
"Apa?"
Zea menoleh dan tidak melihat apapun di belakangnya.
"Kei, jangan takut…aku datang tidak untuk menakutimu." Kata Kenan sambil mendekati Keisha.
"Sekarang dia ada di sampingku!" Seru Keisha sambil menunjuk ke samping tubuhnya dan kembali Zea tidak melihat apapun di depannya.
"Kau sepertinya masih mabuk. Aku akan membuatkanmu teh herbal lagi ya." Zea membantu Keisha untuk berdiri dan duduk di sisi tempat tidurnya lalu Zea keluar dari kamar.
"Tunggu." Kata Keisha tapi Zea sudah pergi.
Kenan duduk di samping tempat tidur Keisha. Dia menatap wajahnya. Keisha masih sedikit ketakutan tapi dia berusaha untuk tenang.
"Kei, ini aku. Kau dapat mengenaliku bukan?" Tanya Kenan sambil makin mendekat padanya.
"Jangan mendekat!" Seru Keisha sambil menutup kedua mata dengan tangannya, "sejak kapan aku dapat melihat hantu? Aku bahkan tidak pernah melihat hantu sebelumnya. Haruskah aku membacakan doa?" Gumamnya dengan suara pelan.
"Kei, aku sengaja datang untuk mu…masih ada hal yang belum aku selesaikan. Tolonglah, kau jangan takut padaku…" Kata Kenan yang terus menatap wajah Keisha, wajahnya seperti memohon.
Keisha perlahan membuka kedua matanya. Dia berusaha menatap wajah Kenan yang terlihat pucat. Zea kembali masuk ke kamar dengan membawakan secangkir teh herbal.
"Minumlah." Kata Zea sambil menyodorkan cangkir teh di hadapan Keisha.
"Bisakah kau memberikan banyak gula di dalamnya?" Pinta Keisha sambil memegang cangkir itu.
"Tidak bisa, teh ini tidak akan berkhasiat jika ditambahkan banyak gula."
"Tapi ini terlalu pahit. Lidahku seperti mati rasa."
"Sudahlah minum saja. Karena kau banyak minum semalam mungkin kau butuh secangkir teh herbal lagi untuk menetralisirnya." Kata Zea sambil menempelkan ujung cangkir ke bibir Keisha.
"Tapi aku sudah tidak mabuk…"
"Cepat…kau minum saja."
Dengan terpaksa Keisha meminum teh itu sampai habis. Dia pun menunjukkan ekspresi pahit di wajahnya sambil menjulurkan lidahnya.
"Kau mabuk?" Tanya Kenan yang terkejut tapi Keisha tidak menghiraukan pertanyaannya.
"Zea, apa kau dapat melihat Kenan di sini?" Tanya Keisha sambil menunjuk ke arah Kenan. Kenan terdiam lalu melihat ke arah Zea.
"Hei, Zea." Kata Kenan lalu tersenyum.
"Dia bahkan menyapamu."
"Kau ini bicara apa, Kei? Aku tidak percaya dengan perkatakanmu."
Nada dering dari ponsel milik Zea terdengar. Sebuah panggilan masuk. Zea mengambil ponselnya dari dalam tas.
"Ya, halo? Oh iya Ibu bos, aku akan kembali ke toko sekarang. Baik Bu, akan aku koreksi lagi." Zea kembali menutup teleponnya.
"Ada apa?"
"Bos mengatakan ada barang yang kurang. Sepertinya kau harus masuk besok agar aku tidak menggantikan pekerjaanmu lagi. Ini bukan keahlianku untuk mendata stok barang."
"Apa kau sudah mendatanya dengan benar? Maaf sudah menyusahkanmu." Kata Keisha sambil menunjukkan wajah bersalahnya.
"Tidak apa-apa mungkin ada yang terlewat. Ya sudah aku pergi dulu ya. Kau harus lebih baik besok. Sampai bertemu besok di toko ya."
Zea mengambil tasnya lalu pergi. Keisha turun dari tempat tidur dan mengikutinya sampai depan pintu rumah. Keisha kembali menutup pintu setelah Zea berlalu. Dia kembali ke kamarnya dan melihat Kenan berdiri di depan tempat tidurnya.
"Jelaskan padaku, kenapa kau sampai berani untuk mabuk? Kau tidak biasanya seperti ini, Kei."
Pertanyaan Kenan membuat Keisha menatapnya. Tapi Keisha tidak menjawab. Lalu dia mengambil pakaian dari dalam lemari.
"Katakan padaku, Kei…Kenapa kau berani minum?!" Kali ini Kenan meninggikan suaranya.
Merasa terganggu dengan pertanyaan itu, Keisha menoleh dan menatap tajam.
"Karena kau! Karena dirimulah aku melakukan hal bodoh seperti ini! Kematianmu…membuatku sangat terpukul! Kau tahu itu?! Lalu sekarang kau muncul tiba-tiba dengan wujud seperti ini. Apa kau ingin membuat luka baru untukku?!"
Wajah Keisha terlihat memerah. Kedua matanya pun berkaca-kaca. Kenan terdiam. Keisha berdiri lalu mengambil pakaiannya dari dalam lemari. Dia keluar dari kamar dan menutup pintu dengan keras. Dia pergi ke kamar mandi.
Kenan menunduk, "aku pun sedih, Kei. Aku juga ingin menangis…tapi air mata ini tidak dapat keluar. Aku harus bagaimana…?"
*Love*
Kenan mengikuti Keisha ke manapun dia pergi. Keisha pergi ke dapur untuk memasak ataupun mengambil sesuatu, Kenan mengikutinya. Keisha pergi ke halaman belakang rumah untuk menjemur pakaiannya, Kenan pun kembali mengikutinya. Keisha pergi ke ruang tengah untuk menonton televisi, Kenan juga mengikutinya. Tapi saat Keisha pergi ke kamar mandi, Kenan hanya menunggunya di depan pintu.
Keisha belum juga mau bicara lagi dengannya padahal Keisha sudah menyadari bahwa Kenan memang dapat dia lihat.
"Bicaralah padaku. Kenapa kau bersikap seperti ini…?" Kenan memohon pada Keisha saat Keisha berada di kamarnya untuk bersiap tidur, "seharian kau mendiamkanku padahal kau tau aku berada di dekatmu."
Keisha tidak menghiraukan perkataannya lalu dia mengambil sebuah buku dan kaca mata dari dalam laci meja, dia memakai kaca mata itu dan mulai membaca buku di tangannya. Kenan duduk di samping Keisha sambil menatap wajahnya. Kenan terus menatap Keisha hingga akhirnya Keisha merasa tidak nyaman dan kembali menatapnya.
"Aku selalu suka saat kau membaca buku." Kata Kenan yang masih menatap Keisha.
"Berhentilah menggangguku." Kata Keisha lalu kembali fokus pada buku yang di bacanya.
"I believe in a thing called love karya Maurene Goo." Kenan membaca judul pada cover buku itu. "bukankah itu buku yang aku beli sebagai hadiah ulang tahunmu tahun lalu ya? Benar, aku masih mengingatnya. Ternyata kau masih menyimpannya."
Keisha kembali menatap Kenan,"stop Kenan! Pergilah dariku!" Keisha menutup bukunya lalu dia beranjak dari tempat tidur dan berdiri di hadapan Kenan, "Pergilah… tempatmu bukan di sini!"
Perkataan Keisha membuat Kenan terkejut, dia hanya diam sambil mendongak dan menatap mata Keisha. Keisha menangis.
"Maafkan aku, karena kehadiranku membuatmu merasa tidak nyaman."
"Apa kau tahu kepergianmu membuatku sedih? Dan sekarang kehadiranmu pun membuatku bertambah sedih. Harusnya kita sudah berbeda dunia, kenapa kau tiba-tiba muncul di hadapanku…?"
Tangis Keisha makin tumpah. Kenan berdiri di hadapannya, dia ingin meraih tangan Keisha tapi tidak dapat dia sentuh. Kenan pun menatap Keisha yang juga ikut bersedih.
"Ada janji yang harus aku tepati sebelum aku benar-benar pergi. Ada hal yang belum terselesaikan dan rohku tidak dapat pergi. Ini memang sulit dimengerti, aku mohon berhentilah menangis…kesedihanmu juga yang membawaku kembali padamu…"
"Tapi kenapa…kenapa hanya aku yang dapat melihatmu? Kenapa Zea tidak dapat melihatmu?"
"Karena kau…karena kau adalah pacarku dan aku mencintaimu! Apakah sulit untuk kau terima kenyataan ini, Kei?!"
Keisha pergi dari hadapan Kenan, dia masuk ke kamar mandi menutup pintu dengan keras lalu memutar keran air. Dia menangis dan terus menangis seakan sulit sekali untuk berhenti. Kenan yang masih di kamar Keisha, dia terduduk di samping tempat tidur sambil menunduk.
Cukup lama Keisha berada di kamar mandi, dia sudah menghentikan tangisnya. Perasaanya pun sedikit lebih tenang, dia melihat wajahnya di cermin. Matanya sembab, penglihatannya pun sedikit kabur lalu dia membasuh wajahnya dengan air dari keran. Dia menarik nafas panjang lalu kembali melihat wajahnya di cermin.
"Kau harus berhenti menangis untuknya." Katanya pada dirinya sendiri di depan cermin.
Keisha mengambil handuk kecil yang tersampir di samping wastafel. Dia mengeringkan wajahnya dengan handuk itu lalu keluar dari kamar mandi. Dia kembali ke kamarnya. Dia tidak melihat Kenan di sana. Lalu dia mencari Kenan di ruang tengah, dapur dan ruang tamu tapi dia tidak menemukannya juga.
"Ke mana dia pergi?"
Kenan berjalan ke sebuah gedung yang sudah terbengkalai, bahkan bangunan itu tidak lagi memiliki atap. Udara dingin di malam hari tidak bisa dia rasakan. Dia menaiki anak tangga hingga ke lantai paling atas. Dia melihat di sudut bangunan ada sosok makhluk bersayap sedang menatap lurus ke depan. Kenan datang ke tempat ini sengaja untuk bertemu dengannya.
"Aku ingin pergi saja ke tempat yang seharusnya menjadi tempatku." Kata Kenan sambil mendekati sosok itu.
Sosok dengan pakaian hitam dan sepasang sayap putihnya yang lebar, dia menoleh pada Kenan. Sosok itu seperti seorang pria lalu sepasang sayapnya menghilang seakan masuk ke punggungnya. Dia tersenyum pada Kenan.
*Love*