Best Friend ke-satu

Langkah kakinya saling beriringan dengan siswa lainnya, tidak ada yang mau berjalan bersamanya, selalu saja seperti ini, dari dulu hingga sekarang dia hanya sendirian, bahkan, ketika guru memberikan tugas kelompok, hanya Clarissa seorang diri yang tidak mendapatkan kelompok.

"Hei!"

Gadis itu menoleh ketika namanya dipanggil, menatap lekat sesosok pria bernama Rey dibelakangnya, pakaian yang lusuh serta baju yang tidak di masukan kedalam celana, bahkan rambutnya pun tidak tertata rapi, melainkan seperti gaya anak milenial. Memperlihatkan bahwa dia seperti berandalan.

Pria itu langsung menghampiri dirinya dan menebarkan senyum lebarnya memperlihatkan deretan gigi yang terpagar oleh kawat gigi. Rissa hanya diam mematung. Ia membisu. mulutnya terlihat cemberut tidak semangat melakukan aktivitas hari ini.

"Hei, senyum napa," ucap Rey mencubit pipinya. Rissa sontak terkejut apa yang dilakukan Rey padanya, tangannya langsung menepis tangan Rey.

"Apaan sih." cetus Rissa lalu meninggalkan Rey dibelakang.

"Tunggu woi!" teriak Rey dari kejauhan, nampak Rissa sudah berjalan menjauhi dirinya dan Rey sesegera menjejerkan langkah kakinya disamping Rissa.

Mereka berdua berjalan beriringan saat memasuki koridor utama sekolah, pasang mata siswa lain tak dapat dihindari melihat gadis disampingnya yang tingginya hanya sebahu Rey. dengan kata lain, ia pendek.

Banyak juga yang membicarakan mereka dibelakang,

Itu gadis yang itu kan?

ampun deh, kenapa Rey bisa sama dia? pake pelet macam apa dia?

dasar gadis tidak tahu diri.

awas aja dia.

Dan, banyak lagi yang membicarakan mereka. ralat, bukan mereka tapi, Rissa sepihak saja. Rey berusaha menenangkannya ketika ia melihat tangan Rissa yang mengepal. seperti ingin menonjok mereka semua yang membicarakannya tadi.

Hingga sampailah mereka di ruang kelas X Mipa 3, lagi-lagi kejadiannya seperti ini, seperti deja-vu. kembali mereka menatap lekat gadis disamping Rey, diikuti dengan Rey yang juga menatap dirinya.

"Ada apa?!" cetus Rissa menepuk bahu Rey.

Rey menggeleng cepat. "Ah, enggak."

Sekelompok geng ciwi-ciwi yang diketuai oleh Sinta datang menghampiri mereka yang terlihat mematung tanpa sebab. sekelompok geng yang menyalahi aturan, memakai rok diatas lutut serta pakaian yang terbilang ketat memperlihatkan lekuk tubuhnya, geng yang paling berkuasa disekolah itu, mungkin.

"Heh, Bosuh!" ucap Sinta menatap sengit Rissa.

Bosuh atau Bopung atau apa lagi yang merupakan panggilan dirinya, Bosuh yang merupakan kepanjangan dari Bocah Asuhan. Bocah Asuhan yang dibilang Sinta barusan memiliki arti tertentu. Karena Rissa merupakan anak yatim piatu dan tinggal di panti asuhan, maka dari itu mereka menjuluki Rissa dengan sebutan Bosuh.

"Hei!" teriak Rey memekakan seisi ruangan.

Rey menatap tidak senang. Rey tidak senang kepada mereka, apa mereka tidak lelah membulli Rissa terus?

Rey menarik tangan Rissa dan duduk bersamanya bersebelahan. Hal ini tentu saja memancing emosi Sinta, karena semua warga sekolah mengetahui, bahwa Sinta menyukai Rey. Tapi tidak dengan Rey.

Hampir sudah delapan bulan mereka bersekolah di sekolah yang sama, sudah delapan bulan pula mereka membulli Rissa.

Awal mulanya, Geng Sinta menyukai Rissa dan menginginkan Rissa masuk kedalam gengnya. Tapi Rissa menolak mentah-mentah. Karena, baginya geng itu sama sekali tidak ada gunanya. sama seperti buang-buang waktu yang berharga.

Lalu, setelah beberapa hari Rissa menolak ajakannya, Sinta mulai timbul rasa tidak suka kepadanya. Rissa yang dikenal baik hati, tidak sombong serta memiliki otak yang jenius. Sinta iri kepadanya.

Sinta menghasut orang-orang untuk tidak mempercayai Rissa lagi. Tentu saja Rissa tidak tinggal diam. Ia membantah semua hasutan yang terucap dari Sinta. Tapi, takdir tidak memihak Rissa, semua siswa nampaknya percaya pads Sinta dan membenci Rissa. Entah apa yang dibicarakan Sinta kepada orang lain membuat orang lain dapat mudah terhasut olehnya.

Mulai dari itu, Rissa terus merasa dibully

Impiannya yang ingin menjadi orang di kenal seluruh Indonesia hampir hancur ketika Sinta dan gengnya terus membulli Rissa.

Mereka sudah keterlaluan. mereka memperlakukan Rissa secara tidak manusiawi. Mereka menjambak rambut Rissa tiada henti, mendorong keras Rissa hingga terjatuh dan mereka tertawa lepas bahagia diatas penderitaan Rissa selama ini.

Puncak keterlaluan mereka yaitu ketika Rissa sedang bermain bersama anak-anak panti asuhan lainnya, gengnya Sinta datang menghampiri. Menarik pergelangan tangan Rissa secara paksa, Rissa tentu saja memberontak tapi usahanya tetap saja gagal. mereka membawa Rissa ke sebuah ruangan gelap, dingin dan menakutkan.

Mereka mendorong Rissa hingga terbentur kursi kayu yang sudah rapuh, dahinya nampak membiru lebam. lalu, Rissa diikat dengan melilitkan tali di sekujur tubuhnya di kursi tersebut.

Setelah itu, ketua geng mereka, Sinta datang dengan matanya ditutup dengan tangan anggota geng lainnya. lalu melepas tangannya dan Sinta menatap heran mengapa Rissa berada di tempat seperti ini dan mengapa dirinya dibawa kesini. Seolah tanpa dosa menanyakan hal itu kepada mereka.

Mereka kemudian melempari telur ke arah Rissa, rambutnya kini menjadi lengket akibat lendir telur, Rissa tidak tahan lagi, air matanya terlihat menetes demi tetes kemudian mengalir deras dan tangannya terlihat mengepal, ia ingin sekali membalas perbuatan mereka.

Lalu, setelah beberapa butir telur dilempari kearahnya, kini Mereka mengguyur tepung kearah Rissa, tubuhnya sekarang menjadi putih semuanya, rambut nya yang hitam pekat sekarang menjadi putih. Air matanya terus mengalir tiada henti.

Setelah mengguyur mereka dengan tepung, Mereka menuangkan cat warna warni kearah Rissa. tubuhnya yang semula berwarna putih akibat tepung, sekarang warna warni layaknya pelangi, tak ada lagi yang dapat dilakukan Rissa selain menangis.

Dan terakhir, Mereka mengucapkan hal yang membuat Rea terus mengalir air matanya, matanya terlihat bengkak serta kering karena tiada henti meneteskan air mata.

"Selamat Ulang Tahun, Sinta! ini hadiah dari kami!" seru mereka.

Sinta menatap Rissa yang tengah menangis, mulutnya kemudian terbuka. "Ini kejam sih, tapi aku suka! thanks ya!" ucapnya tanpa dosa lalu tersenyum licik kearah Rissa.

____

Tapi, sekarang semenjak Rey pindah sekolah dan kini hadir di kehidupan Rissa, ia sudah ada yang menemani, tidak lagi sendirian, jika ia kembali dibulli, Rey tidak tinggal diam dan membela Rissa.

"Rey," panggil Rissa.

"Apaan dah?" ketus Rey yang semula menatap guru yang sedang menerangkan pelajaran kini menatap Rissa.

"Makasih ya."

Rey mengernyit, memperlihatkan lekuk dahinya, ia berusaha memaknai kalimat yang di ucapkan Rissa baru saja tapi hasilnya ; nihil. "Makasih soal apa?"

Pak guru yang sedang asyik menerangkan merasa tidak dihargai ketika melihat Rey mengobrol dengan teman sebangkunya, Rissa. "Hei kamu Rey, diam!"

Rey menunduk malu diikuti Rissa terkekeh kecil melihatnya.

Bersambung.