Merasa Ragu

Setelah ia mengingat akan janji itu, Qiara langsung meraih kembali ponselnya lalu segera membuat panggilan ke nomer Qiano.

"Kenapa nomernya tidak aktif? Apa batrinya habis? Sepertinya aku harus datang ke rumahnya sekarang juga, karena aku tidak mau membuatnya berfikir kalau aku takut atau menyerah begitu saja"'ucap Qiara sembari bangun dari duduknya.

"Sayang, kamu lagi apa?". Tanya Renata yang baru saja kembali dari toserba.

Merasa mendengar suara yang begitu akrab. Qiara langsung menoleh kearah pintu masuk dan mengurungkan niatnya untuk masuk ke kamarnya untuk mengambil tas.

Qiara memicingkan matanya melihat Renata menenteng belanjaan namun ia segera memalingkan wajahnya dengan kesal.

"Qiara lagi ngambek sama Mama". Ucap Qiara dengan ketus.

"Ngambek kenapa sayang?" Renata pura-pura tidak merasa bersalah.

"Karena Mama itu jahat! Mama sudah tau Qiara belum pakai baju tapi Mama membiarkan Julian itu melihatku, sangat tidak pantas. "

"Tidak pantas apanya? Ha ha ha .... ". Renata tertawa mendengar perkataan anaknya yang benar-benar masih sangat polos itu.

"Mama kenapa malah ketawa? Ada yang lucu?".

"Iya, kamu lucu sayang! Bagaimana mungiin itu tidak pantas. Sedangkan yang melihat itu suamimu dan dia bahkan berhak menyentuh seluruh tubuhmu agar kalian punya anak. " Kata Renata sambil menggoda Qiara.

Ekspresi Qiara menjadi gelap mendengar perkataan Mama nya yang menyebut anak. Karena dia tidak mengerti hal-hal seperti itu, yang ada di hidupnya itu adalah game, berantem dan bersaing dengan Demian itu saja. Dia tidak suka nonton drama atau mempelajari hal lain selain hobinya. Kalaupun ia ingin nonton dia lebih suka kartun. Dan kartun kesukaannya tentu saja Naruto, Avatar dan detektif Conan.

"Hahaha... Bagaimana bisa memiliki anak, mau buat pakai tepung."Kata Qiara sambil terkeken.

Renata baru menyadari anak nakalnya ternyata begitu polos dan tidak mengerti tentang hubungan begituan. Ia pun tertawa geli sambil menatap putrinya seraya meletakkan belanjaannya diatas meja.

"Mama kenapa ketawa terus? Qiara jadi curiga kalau Qiara ini bukan anak Mama. Iya kan?"tanya Qiara dengan cemberut.

"Tentu saja kamu itu anak nakal Mama yang paling menggemaskan!" Jawab Renata setelah selesai tertawa.

"Kalau aku memang anak Mama kenapa aku dan kak Vania sangat berbeda? Ia cerdas sedang aku bodoh, dia kalem dan lembut sedang aku kasar kalau kata teman-temanku dan yang terakhir kak Vania adalah gadis yang cantik dan anggun sedang aku cantiknya dilihat dari sedotan saja. "Ucap Qiara sembari menunduk dan lemas.

"Hahaha .. "Renata benar-benar di buat terpingkal-pingkal mendengar perkataan Qiara yang mengatakan cantik dari sedotan.

Qiara semakin kesal melihat Renata tertawa. Ia pun segera masuk kamar mengambil tasnya, setelah itu dia keluar lagi tanpa mengatakan apapun pada Renata.

"Sayang mau kemana itu?. "Tanya Renata ketika melihat Qiara sudah rapi. "Mau belajar kelompok biar bisa kayak kak Vania". Jawab Qiara dengan ketus.

"Mmangnya sejak kapan kamu suka belajar kelompok?"Tanya Renata dengan heran.

"Sejak sekarang. Jadi, Mama jangan banyak bertanya lagi, aku akan pergi sekarang. "Setelah mengatakan itu Qiara segera pergi dari rumah dengan sepedanya.

Renata hanya menggeleng-geleng kan kepalanya, dia memang senang bila Qiara benar-benar ikut belajar kelompok, tapi apakah itu kenyataan?

~Rumah Qiano. ~

Tidak lama setelah itu, Qiara sampai di depan rumah Qiano dengan perasaan yang campur aduk.

Muncul rasa malu sekaligus bingung antara masuk atau tidak. Karena dia ingat banget bagaimana sikap buruknya pagi tadi pada Qiano.

"Masuk apa tidak ya? Kalau tidak masuk, nanti aku dianggap kalah. Apapun yang terjadi, janji tetaplah janji. Aku harus tetap menemui dia sebelum aku di tertawakan". Batin Qiara setelah berdebat dengan perasaannya.

Setelah itu Qiara pun menarik nafas dalam lalu membuka gerbang rumah Qiano. 

Tepat saat itu ia melihat motor Qiano di luar, seketika itu hatinya pun menjadi lega.

"Hallo, selamat siang! "Qiara mengetuk pintu tiga kali dengan ragu.

Tidak lama setelah itu pintu rumah Qiano terbuka.

" Hallo gadis cantik, kamu cari siapa?" Tanya seorang perempuan cantik yang keluar dari rumah itu.

"Saya Qiara teman sekolahnya Qiano, Apakah dia ada di rumah?"Jawab Qiara dengan sopan dan senyum menghiasi wajahnya.

"Qiano ada di dalam. Tunggu sebentar ya! " Setelah memberikan Qiara jawaban, perpuan cantik itu pun langsung masuk ke dalam rumah untuk memanggil Qiano.

"Iya." Jawab Qiara sambil berdiri tegak di depan teras Demian.

"Qiano, ada gadis cantik yang mencarimu di luar. " Kata perempuan itu yang ternyata adalah kakak kandung Qiano.

"Gadis cantik, siapa? " Tanya Qiano.

"Pacar kamu mungkin. Hehhe.." Sahut sang kakak yang mulai menggoda Qiano.

"Pacar dari mana? Aku tidak punya. Memangnya dia tidak menyebutkan namanya?". Tanya Qiano sambil mengerutkan keningnya karena dia tidak pernah kedatangan tamu perempuan.

"Kalau tidak salah namanya Qiara" Jawab kakak nya setelah mengingat nama tamu itu.

"Qiara? Apa kakak tidak salah dengar?"

"Tidak. Tapi, kalau dilihat dari ekspresi kamu, sepertinya gadis itu spesial, benar kan? "

Tanpa menjawab pertanyaan kakak nya, Qiano langsung bergegas menuju pintu utama.

"Qiano tunggu dulu! Kamu yakin mau keluar dengan menggunakan celana dalam seperti itu?" tanya kakak nya sambil menahan senyum melihat Qiano yang ingin keluar hanya dengan menggunakan celana dalam diraemonnya.