1

Dia takut, dia selalu takut untuk keluar dari gubuk tua ini sejak ayahnya yang membunuh ibunya, kerana pada masa itu ayah dari pemuda yang bernama Reixy itu ingin menjadi pengawal kerajaan, semua orang yang bekerja di kerajaan memang harus kejam dan rela membunuh orang yang mereka cintai itulah persyaratan yang harus dipenuhi, ia takut hingga lima tahun ini, karena ibunya telah tiada dan sang ayah sudah berubah menjadi kejam dan dingin Reixy tinggal bersama sang nenek yamg bernama nek Yamo, walaupun Reixy sangat tampan nan rupawan tetapi ia bukanlah seperti pemuda pemuda biasanya yang gagah perkasa tan tidak pernah takut akan orang asing , walaupun keadaannya seperti itu nek Yamo selalu memanjakan Reixy karena trauma yang dialaminya .

  saat malam tiba,"Reixy.... makan dulu naak....." nek Yamo masuk kedaam kamar

"Reixy ayolah nak jangan terus-terusan seperti ini, kau harus kuat dan berani untuk keluar dari gubuk ini "

"tapi nek, aku takut bertemu orang asing diluar sana!!"

. Lalu tiba-tiba nek Yamo membicarakan kematian Raja tadi siang pada cucu kesayangannya, "kamu tahu tidak kalau Raja Mizr wafat? Besok pagi Pangeran Horj akan dinobatkan sebagai penerus kerajaan"

"aku tak tahu dan tak berani untuk mengetahui tentang kematian. Lagipun aku tak tahu siapa pangeran Horj itu"

"ingatlah Reyxi semua orang akan wafat pada akhirnya, jadi nenek tak bisa menjagamu lama-lama , jadi kau harus jadi pemberani! Ya sudah tidurlah nenek juga sudah mengantuk"

nek Yamo terlihat sedikit cemas menghadapi cucunya, nek Yamo selalu berusaha untuk membuat Reixy tak takut tetapi itu semua seperti tak membekas.

Matahari terbit begitu cepat, sekarang saatnya semua rakyat diundang untuk penobatan pangeran Horj menjadi Raja, setiap nek Yamo ingin keluar rumah, Reixy selalu merengek dan meminta neneknya cepat kembali.

" Reixy nenek mau pergi ke istana untuk acara penobatan kau hati-hati dirumah ya...."

"nek aku takut maka jangan pergi terlalu lama."

"belajarlah mandiri kau ini laki-laki, dan nenek rasa umur nenek tidak akan panjang nak.." setelah berkata seperti itu, nenek pun pergi ke istana yang lumayan agak jauh dari gubuknya. Reixypun terkejut mendengar perkataan neneknya

***

Keadaan di istana kerajaan....

Horj dan Boksoo kini tengah berada di ruang kerja kaisar. Setelah berpikir beberapa waktu, akhirnya raja horj angkat bicara.

"Boksoo, aku mau kau membunuh dua belas ribu rakyat kita."

Boksoo mengernyitkan keningnya heran, "untuk apa rajaku?"

"aku ingin jadi lebih kuat."

"jika itu keinginanmu, aku akan menurutinya yang mulia."

"bagus. Setelah membunuh mereka, masukkan tiga tetes darah mereka ke dalam sebuah cawan. Setelah selesai, berikan cawan itu padaku."

"baik, rajaku."

***

Saat di istana kerajaan, terlihat pangeran Horj telah resmi menggantikan posisi ayahnya menjadi raja, ia pun memberikan semua rakyat peraturan baru.

"Rakyatku mulai hari ini kalian harus memberikan setengah dari harta kalian pada kerajaan ini". Mendengar pidato Raja baru semua rakyat terheran-heran mendengat pidato tersebut,"

"tapi mengapa kami harus melakukannya?" seorang rakyat bertanya.

" jangan ada yang bertanya kenapa yang penting serahkan saja semua harta kalian pada kerajaan ini, jika tidak bersiap-siap saja untuk lenyap Dari dunia ini!!" ungkap Raja Horj, sekarang pulanglah besok pagi aku akan mengambil harta kalian untuk minggu ini. Semua orang terheran-heran dan bertanya "mengapa Raja itu seperti ini?" "sungguh tak dipercaya"

Reixy...,

"suara nenek memanggil, berarti nenek sudah pulang, iya nek.."

"Reixy, sembunyikan semua barang-barang berharga jangan sampai ada yang terlihat satupun untuk besok pagi" ungkap nenek pada Reixy

"memangnya kenapa nek?" Reixy menjadi semakin takut

"Raja baru kita ingin kita semua memberikan setengah harta kita untuk kerajaan setiap minggunya, sekarang kau jangan takut, nenek ada untukmu Reixy"

"tapi nek..."

"sudahlah , tenang saja"

" Reixy, ketakutanmu melebihi perempuan, sudahlah hilangkan semua rasa takutmu"

"tapi rasanya sangat sulit nek, rasanya itu sangat mustahil!"

"sudahlah, ayo pasti kau sangat lapar, aku akan memasak sayur" nek Yamo berusaha menenangkan Reixy.

***

Pagi berganti siang, siang berganti malam, nenek mulai memikirkan rencana untuk pagi hari nanti, sedangkan Reixy seperti biasa dia selalu ketakutan hingga ia tertidur. Nek Yamo semakin cemas ia bingung ingin melakukan apa, Nek Yamo kelelahan karena berfikir lalu ia pun tertidur dengan sangat pulas,bagaimana dengan Reixy? Reixy pun akan tertidur dengan sendirinya jika ia mengantuk.

Took tok tok... terdengar suara pintu kayu tua yang diketuk, nek Yamo dan Reixy pun terbangun dari tidur yang nyenyak terkejut karena mendengar suara tersebut, saat terbangun nek Yamo terkejut kembali karena melihat cahaya matahari dari sela-sela jendela kayu yang tertutup, nek Yamo pun membuka pintu. Terlihat dua pengawal kerajaan didepan pintu dan berkata

"mana harta benda yang kau sisihkan untuk kerajaan?"

"tidak ada, aku dan cucuku tak punya barang berharga sedikitpun" jawab nek Yamo dengan berdegup

"jangan banyak alasan, kami tak percaya dengan alasanmu"

Para pengawal itu pun mendorong nek Yamo, meskipun terjatuh nek Yamo langsung mencari cucunya dan memeluknya mereka masuk ke dalam gubuk tua dan kecil itu, mereka mencari di semua sudut yang ada dan membongkar semua lemari yang ada, mereka tak peduli melihat keadaan Reixy dan nenek yang sangat ketakutan,gubuk itu sangat berantakan karena para pengawal kerajaan melemparkan semua barang yang tak mereka cari disana lalu salah satu pengawal dengan tidak sengaja melempar sebuah gulungan kertas kea rah nek Yamo, sepertinya gulungan itu sangat berharga bagi nek Yamo, gulungan kertas itu ia ambil dan simpan erat-erat di tangannya, Reixy pun terheran-heran melihatnya. "Hey nenek tua ini apa?" Salah satu pengawal memegang tiga perhiasan emas yang telah disembunyikan nek Yamo sekarang sudah dirampas oleh pengawal itu, dasar pembohong, pengawal itu menusuk perut nek Yamo sampai akhirnya Nek Yamo Jatuh lemas, lalu para pengawal itu meneteskan darah nek Yamo ke dalam cawan yang diberikan oleh Raja dan pergi begitu saja.

Keadaan di istana kerajaan

"Ini yang mulia, sudah terkumpul tujuh cawan darah, yang dari setiap orangnya diambil tiga tetes darah yang mulia"

"berikan padaku, kerjamu sangat cemerlang penasehat!"

"kalau boleh hamba tau, untuk apa semua darah – darah ini tuan? "

"aku sudah berjanji pada iblis yang bernama Syiren, untuk memberinya darah rakyatku. Jika berhasil aku akan diberikan kekuatan yang tak akan tertandingi. Hahahahaaaa..."

***

 Seketika Reixy terkejut melihat neneknya yang sedang sekarat dan berkata dengan terbata-bata padanya sambil memberikan gulungan kertas yang dipengangnya "mungkin sekarang saatnya kamu harus pergi menjelajah ketempat ini, kertas ini adalah peta dimana guru bela diri ayah kamu berada nak.. guru itu bernama guru Bhey, walaupun perjalanannya agak jauh tapi kau harus bisa sampai disana naaakkk...., kamu harus menghilangkan rasa takutmu, karena rasa takut hanya akan membuatmu sengsara,jaga dirimu baik-baik " nek Yamo pun langsung memejamkan matanya setelah selesai berbicara.

NENEEEEEKKKK.....

Teriaknya dengan menangis kuat,"nek sebelum aku pergi aku akan menguburkanmu didepan rumah ini". Lalu dia memberanikan dirinya untuk keluar dari gubuknya untuk pertama alinya setelah lima tahun terakhir sejak ibunya tiada, dengan kaki bergetar ia berjalan melewati pintu utama. Saat ia keluar terlihat sangat banyak mayat-mayat berjejeran di hadapannya, dengan dada yang berdegup kencang ia menggali tanah untuk mengubur neneknya , saat sudah lumayan dalam, ia pun mengangkat mayat neneknya kedalam liang lahat dan menguburnya disana, setelah selesai mendoakan neneknya Reixy pun pergi dengan melangkahi semua mayat yang berjejeran di hadapannya, saat ia berjalan, tiba-tiba kakinya ditarik oleh seorang ibu-ibu yang mengalami luka parah "nak, balaskan dendam kami!!" ujarnya dan menghembuskan nafas terakhir. Takutnya bukan main, rasanya ia sangat ketakutan hingga seluruh tubuhnya bergetar dingin melihat semua yang terjadi. Sambil berjalan ia menangis dan tak menyangka semua akan jadi seperti ini.

***