Semerah Cakrawala

Aruna menatapnya dengan tatapan berbeda, mata yang tidak pernah menunjukkan kemarahan kini melemparkan api.

Sekejap kemudian Dia seolah menghembuskan nafas menutup matanya dan luruh kembali : "Lepaskan aku". Suaranya melemah, kemarahan itu diredam lagi dan lagi. Gadis yang pandai menyembunyikan banyak hal, sedang berusaha menutup rasa sakitnya dalam dalam.

Siapa yang bisa tahan melihat ini, termasuk laki-laki yang jatuh cinta  ikut dibuatnya hancur hanya karena menangkap ekspresi wajahnya.

Menatap sesuatu yang sulit dipahami, bagaimana dia bisa menggunakan otaknya ketika ekspresi gadis itu terlalu sulit diprediksi.

"Jika aku tidak mau??".  

"Cukup Hendra!". Pintanya. 

"seperti dirimu yang menganggap penting perjanjian pernikahan kita, seperti itu pula aku akan mendapatkan hak ku". Mahendra mulai meraba lagi. 

"Kau akan melanggarnya HENDRA!!". 

"Aku tidak peduli".