III-163. Belajar Kesetiaan

"Bantu aku memecahkan kalimat ini?" Vian menatap lawan bicaranya, "Seperti kau yang memegang teguh janjimu untuk selalu membahagiakan kakakmu. Kehidupan keduaku mengajarkanku menjadi manusia bertanggungjawab, walaupun tanggung jawab itu terasa mustahil di emban," Vian mengulang penggalan kalimat Thomas.

"Kakak? Leona?" Raka membuat konklusi sederhana.

"Itu yang aku pikirkan," Vian melengkapinya.

"Vian kau punya barang bukti? Atau sesuatu di kepalamu dapat mendukung alibi ini?" Pradita kembali meraih kacamatanya.

"Jangan lupa, ruanganku hancur lebur tidak menyisakan apa pun?" monolog Vian mendorong kedua lawan bicaranya kembali mengamati saudara mereka yang tertidur dalam ruang tahanan berwarna putih.