IV-17. Perayaan Menjenuhkan

[Dimana kamu?!] suaranya menuntut.

[Aku, em-]

[Katakan saja dimana lokasinya?!!] dia semakin mendesak.

[Hen, aku hanya pergi ke salon] suaranya tidak terdengar lagi sebab sambungan telepon dimatikan sepihak oleh Mahendra. 

_Dia benar-benar marah_ pikir Aruna. Raut mukanya berubah drastis. Masam, dan lunglai. Mommy Gayatri yang menyadari hal tersebut mencoba memberikan pelukan hangat. Meyakinkan bahwa putranya Mahendra terlalu mencintainya sehingga tak membiarkan istrinya berkeliaran sesuka hati.

Sayang, kalimat-kalimat penenang yang hadir dari suara halus mommy Gayatri tidak mampu meredam gundah hati perempuan hamil tersebut.

Mereka masih di dalam salon menikmati treatment terakhir yaitu finishing rambut, ketika sekelompok ajudan laki-laki yang tak asing datang menjemput kedua perempuan Djoyodiningrat tersebut. 

Ajudan yang paling plegmatis dengan bakat patuh yang tidak dapat diragukan —mendekat, memberi senyum hangat.