IV-40. Jaket Punya Ayah

Berhati-hati Mahendra menaiki ranjang mungil dengan seprai motif Shabby Chic bunga-bunga keunguan cerah, membaringkan setengah tubuhnya dan mencari posisi nyaman. Menjulurkan tangan dan meletakkannya pada dahi yang dapat dipastikan hangat. Manik mata biru itu kini kemerahan. Merunduk, meringkuk beberapa menit di atas bantal di samping istrinya.

"Kau sudah datang?" suara ini di iringi dahi mengkerut dan mata yang memicing. Sedangkan lelaki di sampingnya lekas menghapus sesuatu lalu menegakkan diri, tersenyum. Wajah Mahendra seolah berkabut hingga Aruna perlu memfokuskan matanya beberapa kali sampai perlahan-lahan bisa melihat dengan jelas lesung pipi yang tersaji.

"Mandilah, segarkan dirimu. Makan, baru temani aku," Aruna tidak tahu kenapa suaminya tak bersuara, tak bergerak dan tak bicara. Hanya tangannya yang detik ini memegang jari-jari mungil. Memainkannya dalam keheningan.