IV-191. Terhenyak Sesaat

Mahendra datang ke kamar, menemui istrinya. Memberi pelukan hangat dan sebuah kecupan di pelipis Aruna.

"Kenapa wajahmu cemberut sayang?"

"Kenapa suamiku menyerobot wawancaraku?"

"Jadi kamu cemberut karena ini? Apa yang harus aku lakukan supaya istriku berhenti menekuk bibirnya?" Dia yang bertanya mengusung gerakan halus. Perut besar istrinya selalu menggoda untuk di raba.

"Jangan mengangkat gaunku, itu terlalu vulgar!" Aruna marah dan menatapnya secara lugas.

"Bagaimana aku bisa menghentikan tanganku? Dia bergerak sendiri," pria ini hanya membuat alasan. Walaupun terkesan menjengkelkan akan tetapi tak ada peringatan yang mampu membautnya berhenti.

Dia mengecup perut tanpa pelapis kain, sebelum berdiri dan mengeluarkan sesuatu dari kantong bajunya.

"aku senang, akhirnya, usai sudah,"

"Apa ini?" tanya Aruna.