IV-224. Aku Pegang Kata-katamu

Suara cecapannya menjadi-jadi sebelum dia melepasnya dan berkata : "perempuan di rumah ini akan hidup dengan cara berbeda, bertahanlah sedikit lagi," 

Hendra menutup pintu kamarnya, ia berjalan tergesa-gesa tak menyadari bahwa seseorang nyatanya menunggu di ruang tamu utama keluarga Djoyodiningrat. 

Pria itu adalah Vian, lekas berdiri selepas melihat kedatangan presdir Djoyodiningrat, dan lelaki bermata biru ini tersentak. 

"memangnya apa yang ingin kamu katakan," mata biru menajam dan menjadi pekat. Dia berhenti untuk menghadapai si pembangkang Vian. menolehkan tubuhnya penuh pada lelaki dengan sorot mata sayu. 

"Aku minta maaf," dia berkata dengan nada rendah, tradisi yang dijunjung tinggi pada lingkungan mereka adalah mengikuti setiap perintah atasan bagaimanapun sulitnya dihadapi.