IV-236. Tidak Ada Pertanyaan

Mata yang menajam itu, berpindah menatap kerah piyama miliknya. Tangannya naik dan sebuah gerakan melepas anak kancing pertama di tunjukan Mahendra. Satu persatu bulatan kecil tersebut lolos dari pengaitnya. 

Mata se-cokelat daun Maple di musim gugur membuat pengamatan tanpa jeda. Ketika selembar piyama lengan panjang berwarna Silver dilempar suaminya ke lantai dia menundukkan wajahnya. 

Matanya memerah, selaput di bawah bibir di tekan dengan gigi atasnya guna menahan resah yang membuncah di dada. Pria tersebut masuk ke bathtub. Dan seketika Aruna merasakan tubuhnya ditarik dari arah belakang masuk dekapannya. Di antara dua kaki yang terbuka. 

"apakah aku terlihat seperti Villain?" ini pertanyaan yang hampir serupa dengan semalam. 

Aruna membuka mulutnya, sayangnya udara kering yang tersisa di sana. 

"jangan bilang kamu-," 

"a-aku," gagap Aruna mengeluarkan suara. Dia menarik nafasnya sekali lagi. "Aku, boleh aku merebahkan diri di dadamu?"