''Kamu gak papa,mas tinggal sendirian...''Reno merasa khawatir harus meninggalkan Lina sendirian dirumah,ditengah masa kehamilannya yang menjelang minggu minguu terakhir.
''Gk papa,lagian mas kan cuma sebentar.Aku gak bakal ngapa ngapain kok.Aku hanya akan bersantai....''Lina mencoba menenangkan suaminya yang memang sangat berlebihan akhir akhir ini.
''Kalo ada apa apa.kamu langsung telpon mas ya...''Reno benar benar merasa sangat khawatir harus meninggalkan Lina sendiri dirumah.
Biasanya ada orang tuanya yang bisa menemani Lina,tapi karena hari ini bertepatan dengan jadwal rutin pak Adi periksa kesehatan.Jadi paling bisa kedua orang tuanya kesini ya nanti siang.
''Iya.Mas hati hati ya...''Lina menciumi pipi sang suami yang kini terlihat lebih berisi karena mungkin efek dari dirinya,yang selalu ingin makan ditemani oleh suaminya itu.
Baru sepuluh menit kepergian Reno.tapi pintu rumah Lina sudah terdengar ada yang mengetuk.Lina tak berpikir yang macam macam dia hanya berpikir mungkin suaminya itu ada benda yang ketinggalan.
''Ya sebentar....''ucap Lina dari arah dalam.Langkahnya sudah melambat mungkin efek dari perutnya yang sudah membesar.
Suara ketukan pintu di depan sana sangat mendominasi,orang diluar sana mengetuk seakan akan diliputi oleh rasa amarah.
Lina pun yang mendengar itu jujur saja merasa cukup kesal. Karena ketukan pintu yang rusuh itu membuatnya harus berjalan lebih cepat dikondisi yang tidak memungkinkan.
''Buka pintu aja lama banget sih...''keluh seorang ibu ibu yang tak lain ialah ibunya Lina, yaitu ibu Ani.
''Akhh,ibu....''Lina yang melihat siapa yang datang,tentu saja merasa senang.
Tak terasa tangannya melayang memeluk sang ibu yang terlihat bermuka masam itu.
''Ibu kesini sendiri....''tanya Lina begitu tak melihat siapa siapa lagi dibelakang sang ibu.
''Minum donk haus nih...''sang ibu tak menjawab.Ia malah terlihat nyeloyor masuk kedalam rumah meninggalkan Lina yang masih mematung didepan pintu.
Lina yang sudah terbiasa dengan sikap sang ibu,hanya tersenyum getir.Dia tak terlalu mau memikirkan sikap ibunya yang memang seperti ini.
''Dudduk dulu buk,biar aku buatkan minum...''Lina melangkah kedalam dapur untuk menyiapkan minum untuk sang ibu.
''Ouh pantes ya,kamu gak pernah kesana lagi.Hidup dirumah semewah ini,kerjaanmu hanya santai santai tumpang kaki menunggu suami pulang...''cerocos ibu Ani begitu sadar jika rumah anaknya sangatlah mewah dan megah baginya.
''Maaf bu aku belum sempat kesana.Mas Reno melarang ku kesana saat ini dan mungkin aku kesana nanti jika aku sudah lahiran....''jelas Lina pada sang ibu dengan membawa segelas juss buah dan cemilan.
''Haa itu hanya alasan kamu saja kan,ibu ini dulu disaat hamil kamu,ibu gak semanja ini tuh.Di hari sebelum kamu lahir pun ibu itu masih bekerja cari uang.Sedangkan kamu haaa...''ejek bu Ani menyamakan kehamilannya dengan kehamilan Lina.
''Ibu akan menginapkan...''Lina memilih mengalihkan topik.Sungguh saat ini ia tak sedang ingin berdebat dan melihat kemarahan ibunya.
''Ya iyalah,kamu pikir ibu jauh jauh datang kesini,akan pulang begitu saja....''Lina mengerti apa yang dimaksud sang ibu.
* * * *
Sedangkan di lain tempat,Reno yang baru saja sampai ditempat meeting kliennya bersama Leo terlihat buru karena ia sudah sedikit terlambat.
"Loh Ren..."Leo sedikit merasa terkejut dengan kedatangan Reno.
"Sorry ya gue telat..."Reno menenangkan dirinya yang terlihat gelisah.
"Loh gue kira loe gak bakal kesini..."tanya Leo tak percaya Reno akan datang.
"Iya kan gue udah janji bakal datang..."Reno sedikit tak mengerti dengan maksud Leo yang terlihat meragukannya.
"Tapi Lina,dia sama siapa dirumah..."Leo terlihat mengkhawatirkan istri sang sahabat.
"Sendiri,ibu dan bapak lagi chekup dulu ke dokter.Makannya ayo cepatlah..."Reno terlihat tak sabar untuk segera menyelesaikan pekerjaannya.
"Sendiri Lina sendiri dirumah.Loe balik sekarang deh sana balik sana..."usir Leo pada Reno.
"Loe kenapa sih,ada apa...."Reno masih belum mengerti apa yang Leo maksud.
"Gue kan udah sms loe tadi,kalo ibunya Lina hari ini akan datang ke rumah loe..."Leo memberitahu apa yang ia khawatirkan.
"Tadi pagi resepsionis kasih tahu gue kalo semalam ada yang menelponnya dan terus nanyain alamat loe.Penelpon itu bilang dia mertua loe..."jelas Reno.
"Sial,kenapa loe gak ngomong dari tadi..."Reno langsung terlihat emosi.Dia menyesal karena sedari tadi mengabaikan handphonenya.
"Udah makannya pulang sana.Lina sendiriankan dirumah,gue khawatir kalo ibunya...."hal yang ada dipikiran Leo tentu sama dengan yang ada didalam pikiran Reno.
"Ya udah loe handle ini sendiri bisa kan.Gue cabut dulu...."Reno langsung bergegas kembali,kini ia berjalan setengah berlari.
Reno khawatir karena ia tau jika sedang sendirian,ibunya Lina tak akan segan mencaci dan memaki Lina.
Ya semenjak Reno tahu bagaimana kelakuan sang mertua dibelakangnya,ia tak pernah membiarkan Lina memiliki waktu berdua dengan ibunya.
Reno melajukan mobilnya dengan kecepatan penuh.Kekhawatirannya memuncak disaat ia tahu Lina kedatangan tamu disaat yang tidak tepat.
. . . . .
"Kamu hanya masak ini..."omel bu Ani begitu melihat makanan yang tersaji di meja makan.
"Iya bu maaf,aku sudah lama gak masak.Tadikan aku udah tawarin kita pesan aja..."Lina memang kini tak selincah dulu saat berada di dapur apalagi selera makannya pada nasi berkurang.Jadi ia lebih banyak makan diluar.
"Ampun deh manja banget.Ya udah uang jatah ibu mana..."ibu Ani berkata dengan tidak berperasaan.
"Iya bu,nih..."Lina menyerahkan sebuah amplop coklat dari tangannya.
"Ibu jauh jauh dari rumah kesini,kamu hanya ngasih segini..."omel bu Ani begitu melihat nominal uang yang ada.
"Maaf bu,aku kan udah gak bisa kerja jadi itupun uang yang aku sisihkan dari uang yang dikasih mas Reno..."Lina menjawab jujur.
Walaupun Reno menyerahkan semua uang padanya,tapi tetap saja Lina hanya mengambil secukupnya. walaupun ia bisa saja memberi ibunya semua uang yang ia mau,tapi tetap saja Lina tahu diri jika uang sebanyak apapun yang diberi Reno harus bisa ia simpan dengan baik untuk kehidupan mereka dimasa depan.
"Hey suamimu itu kaya.Seorang pemilik perusahaan besar cabangnya dimana mana,kalo cuma ngasih ibu beratus ratus mah gak bakal habis kali..."ucap ibu Ani.
Sedangkan dilain sisi rumah,ada sepasang mata yang memperhatikan obrolan mereka berdua.Pemilik sepasang mata itu tak lain dan tidak bukan ialah Reno.
"Iya bu maaf,nanti akan aku tambah jumlahnya..."Lina tak bisa melawan.
"Sekarang donk..."paksa bu Ani.
"Ehmm...."Reno yang sudah tidak tahan melihat istrinya terus saja dicerca, akhirnya ia pun keluar.
"Hai bu,apa kabar..."sapa Reno dengan wajah dinginnya.
"Ehh menantu,kok udah pulang jam segini..."ibu Ani berubah ramah.Wajahnya yanh menggebu gebu emosi kini hilang.
"Ya saya hanya keluar sebentar tadi..."Reno merangkul Lina yang terlihat muram.
"Ini cek untuk ibu..."Reno mengeluarkan sebuah cek dari kantongnya.
"Uah gak perli repot repot begini loh nak Reno..."Ibu Ani terlihat girang.
"Kalo perlu apa apa jangan minta sama istri saya,minta langsung aja sama saya..."ucap Reno dengan penuh emosi.
"Oh iya jika kedatangan ibu kesini hanya untuk cek ini.Bisa ibu pulang sekarang..."usir Reno yang kini tak lagi berpura pura baik.
"Mas..."Lina mencoba memperingati sang suami untuk tak bersikap demikian.
"Jumlah didalm cek itu udah lebih dari cukup kok, untuk menunjang kehidupan ibu setahun kedepan.Tapi satu yang harus ibu ingat.Saya tak pernah ikhlas memberikan uang itu pada ibu..."Reno mengatakan semua yang perlu ia katakan.Ia sudah tak bisa lagi bersabar terus menerus berpura pura tak tahu kelakuan ibu mertuanya pada Lina.Mertua bermuka dua itu lah sebutan yang Reno sematkan kepada ibu Ani.