Langkah Adelia terhenti di hadapan Nathan lalu Anastasia dan Indriyani membimbing Adelia duduk di kursi dihadapan Nathan. Gadis itu cantik sekali mengenakan kebaya pink dengan rok panjang menjuntai menutupi kakinya, dia duduk dengan sopan. Adelia mengangkat kepalanya lalu mengedarkan pandangannya keseluruh tamu yang ada dihadapannya lalu berhenti saat melihat sosok Nathan, pria tampan yang ada dihadapannya. Ini pertemuan mereka berdua pertama kalinya. Adelia tersenyum namun Nathan hanya memasang muka dingin nya lalu sepertinya berbisik ke arah kakeknya yang bernama Indra Utomo yang duduk di sebelahnya.
"Opa, ini ngga salah orangnya? Opa ngga menyuruh saya menikahi wanita hamil kan? Foto yang diberikan kemaren adalah foto wanita hamil yang duduk di samping wanita yang berbaju pink kan?", ujar nya bertanya heran.
"Oh iya, opa lupa bilang, ada kesalahan kirim foto kemaren. Wanita hamil itu Anastasia, kakak Adelia, dia sudah menikah. Suaminya itu laki laki yang duduk disamping calon mertuamu, yang mukanya agak memar", bisik opa santai.
"Lalu aku harus menikah dengan siapa? Wanita berkebaya pink itu kelihatannya masih muda sekali, kalau bersanding denganku apa tidak apa?", bisik Nathan penasaran.
"Memang dia calon istrimu, Adelia, putri kedua pak Henry Wijaya, anak sahabat opa. Cantik kan?. Jangan salah dengan imutnya dia, kalau sudah bekerja, dia sadis loh. Dia wakil direktur di PT. AN Entertainment. Skandal Artis Erlangga yang terbongkar sampai bikin gempar ya itu kerjaannya dia", senyuman opa mengembang memuji calon cucu menantunya.
Mata Nathan melihat ke arah gadis yang ada di hadapannya, saat itu tanpa sengaja dia melihat senyum di bibir wanita cantik ini. Nathan terpesona melihatnya, namun tetap saja dia memasang ekspresi dinginnya. Dia melihat senyum menghilang dibibir gadis itu dan gadis itu mengalihkan pandangannya memandang ke arah lain. Dia seperti berbisik ke arah kakaknya.
"Kakak, pantas saja kau memilih kak Michael. Lebih enak menatap kak Michael, yang walaupun tidak setampan orang itu tapi mukanya lebih enak dilihat karena senyum selalu menghiasinya.", gerutu Adelia yang disambut tepukan pelan di atas tangan nya.
"Konsen ke acara jangan jelalatan mulu matanya, pantas saja dia dingin liat kamu, abis mgk dia lihat matamu yang jelalatan kaya mau nerkam mangsa gitu", bisik Anastasia lembut.
"Adelia, gadis cantik, apa kamu mau menerima lamaran dari keluarga Utomo sayang? Mereka datang kesini bertujuan untuk menyambung tali persaudaraan dengan kita. Pria tampan yang dihadapanmu itu bernama Nathan Utomo bermaksud untuk melamarmu menjadi istrinya, apakah kamu menerimanya?", ujar Henry Wijaya lembut dengan menggunakan microphone.
Dia lalu menyodorkan microphone itu kepada Adelia, dan Adelia menyambutnya.
"Papaku tersayang. Adel menerimanya, karena apapun yang menjadi pilihan Papa pasti yang terbaik buat Adel. Terima kasih sudah membimbing Adel selama ini, mohon maaf kalau Adel selalu menyusahkan papa mama dan kakak Anastasi dan kakak Michael. Adel sayang kalian semua", ujar Adelia mantap.
Gadis itu memang terkenal tegas dalam hal apapun. Kemudian acara dilanjutkan dengan tukar cincin antara Adelia dengan Nathan. Sekarang mereka berdua berdiri berhadapan. Nathan memegang tangan Adelia dan memasukkan cincin di jari manis kiri tangan gadis itu, kemudian Adelia memasukkan cincin di jari manis tangan kiri Nathan. Mereka berdua tersenyum dan memperlihatkan jari mereka yang tersemat cincin pertunangan kepada tamu yang hadir disambut tepukan tangan meriah. Acara dilanjutkan dengan ramah tamah keluarga sambil menyantap hidangan yang telah disediakan.
Adelia berjalan menuju Nathan yang masih duduk di kursi sambil melihat email yang masuk ke Smartphone nya.
"Kamu mau makan? Mau bareng saya?", tegur Adelia saat dia sudah berdiri dihadapan Nathan.
Nathan mengangkat kepalanya lalu berujar, "Makanlah duluan, saya belum lapar", lalu kembali matanya tertuju ke email yang ada di smartphone nya. Adelia berbalik dan menuju tempat desert, dia mengambil beberapa kue dan segelas minuman dingin. Kemudian dia berjalan lagi ke arah Nathan.
"Setidaknya makanlah kue ini kalo kamu belum lapar. Apa kamu mau melihat emailmu di ruang kerja saya? Itu ruang kerja saya ada di sudut rumah, jadi kamu bisa pakai computer saya. Ayolah, kamu pasti tidak bisa tenang bekerja dalam keadaan ramai seperti ini.", ujarnya. Nathan bangkit mengikuti Adelia menuju ruang kerjanya.
"Tolong pegang sebentar", ujar Adelia menyodorkan gelas minumannya dan disambut Nathan dengan muka cemberut.
"Kamu jelek loh kalo cemberut gitu.", ledek Adelia sambil membukakan pintu ruang kerjanya. mereka masuk ke dalam dan Adelia menutup pintunya, setelah pintu tertutup, benar2 hanya keheningan saja di dalam ruangan itu, sepertinya ruangan itu kedap suara. Adelia menyalahkan AC dan menghidupkan computernya lalu memasukkan password dan memberikan tempat duduknya kepada Nathan. Nathan menaruh gelas yang ia pegang tapi kemudian mengambil nya lagi dan meminumnya hampir habis. Lalu dia duduk di kursi depan meja Komputer.
"Kamu haus sekali ya? Habis lari maraton dimana? nanti saya ambilkan lagi minumnya. Makanlah walau sedikit ya", ujar Adelia.
"Bawel", celetuk Nathan singkat dan disambut muka cemberut Adelia, "Maaf, keceplosan", ujar Nathan dengan senyum konyolnya.
"Kamu juga kalo cemberut jadi jelek loh.", goda Nathan. Adelia tersenyum lalu meninggalkan Nathan dalam ruang kerjanya, segera saja Nathan membuka emailnya dan melihat apakah ada yang harus dia follow up segera. Sebentar saja dia sudah sibuk membalas email-email nya. Tak lama Adelia masuk lagi sambil membawa segelas air dan sepiring makanan lengkap dengan lauknya.
"Makanlah. Aku akan menemanimu di sini. Aku engga betah liat terlalu banyak orang di luar.", ujar Adelia sambil meletakkan piring dan gelas yang ada ditangannya disamping Nathan yang masih sibuk dengan email-nya. Adelia kemudian duduk di sofa lalu memposisikan dirinya senyaman mungkin diatas sofa tersebut sambil membuka smartphone nya. Nathan hanya melirik sebentar ke arahnya kemudian kembali sibuk dengan yang sedang dia kerjakan.