Saat memasuki lift, Adelia teringat sesuatu. Dia mengeluarkan HP nya dan membuat chat memberitahukan keadaan Andika di group manajemen PT.AN Entertainment. Langsung heboh lah group chat, mengucapkan syukur atas kesehatan Andika. Adelia tersenyum membaca balasan Staff PT.AN Entertainment. Adelia memperlihatkan layar HPnya kepada Nathan, Nathan membacanya dan tersenyum juga.
Sampai di lantai 9, Adelia dan Nathan berjalan menuju kamar rawat Andika. Begitu membuka pintu, mereka menemukan Andika sedang bersandar di tempat tidur, posisinya lebih ke arah agak duduk daripada tidur.
Melihat Adelia masuk, Andika tersenyum lemah, wajahnya masih pucat dan ditangannya ada selang infus terpasang. Adelia mendekati diikutin Nathan dibelakangnya. Melihat Nathan datang bersama Adelia sebenarnya membuat sedih Andika namun pria itu mencoba menutupi.
"Hai, aku seperti robot ya pake infus ini", ujarnya bergurau pada Adelia.
Adelia cemberut, "Mau kamu apa? Mau saya kena serangan jantung liat kamu seperti tadi", omelnya.
Nathan langsung menyentuh bahu istrinya, "Sayang".
"Biar aku ngomel dulu, apa-apaan kamu. Memangnya ada masalah yang tidak bisa diselesaikan. Aku tahu kamu sebatang kara di kota ini, tapi kamu masih punya Naomi, punya aku yang akan ada untukmu", omel Adelia lagi. Dalam hati Nathan mulai ngedumel mendengar kata-kata Adelia, cemburunya mulai naik.
"Maafkan aku. Aku memang bodoh, maaf kan temanmu ini ya", ujar Andika lemah.
"Kalau keadaan kaya gini, mau salahin siapa juga percuma. Apa segitu murahnya nyawa kamu hah?", makin meninggi omelan Adelia, sementara yang sedang diomelin hanya tersenyum lemah sambil menyatukan kedua tangannya memohon ampun.
"Uda dong, Andika juga ngga apa-apa kok. Kamu orang masih sakit malah tambah diomelin", ujar Nathan menenangkan istrinya. Adelia melihat judes ke arah suaminya, Nathan langsung diam menutup mulutnya.
"Aku ngga apa-apa kok Adel, maafkan ya bikin semua khawatir", ujar Andika lagi lemah.
"Oh iya, terima kasih ya pak Nathan sudah menolong saya, bahkan mempermudah segalanya disini. Tadi waktu setengah sadar sempat denger kalo perawat dan dokter yang menangani saya berkata harus extra hati-hati dalam merawat saya kalo ngga mau digantung pak Nathan ditiang bendera di depan", ujar Andika sambil bergurau kepada Nathan.
"Kalau sampai ada apa-apa dengan kamu, saya yang akan digantung dipohon Cemara depan rumah dengan nyonya besar ini", ujar Nathan sambil melirik ke arah Adelia.
Adelia melihat ke arah suaminya, "Bukan cuma digantung, aku tendang sampai ujung kulon", katanya sewot.
Nathan mengusap rambut istrinya dan menciumnya mesra. Andika makin sedih melihatnya namun coba ia sembunyikan serapat mungkin.
"Istirahat lah, aku sudah ngga apa-apa kok. Kamu juga baru sembuh jadi kamu harus banyak istirahat juga. Jangan sampai pingsan lagi di kantor suami, memalukan aku tau, kesannya aku memberi kamu kerjaan segunung", ujar Andika kepada Adelia. Adelia masih cemberut.
"Iya Adel, kamu kan baru sembuh, kita pulang aja ya, kamu juga belum pulang ke rumah dari pagi kan. Besok bisa ke sini lagi kan", bujuk Nathan. Adelia masih merajuk, namun mau juga mengikuti keinginan suaminya.
"Ya sudah aku pulang. Besok setelah pulang kantor, aku ke sini. Naomi tadi sudah aku kasih tau mungkin sebentar lagi datang", ujar Adelia.
"Iya pulang lah", ujar Andika masih lemah.
"Istirahat Andika, jangan banyak pikiran dulu", ujar Nathan sambil pamit pulang.
Nathan menyalami tangan Andika lalu Adelia juga menyalami tangan Andika namun agak lama seakan enggan melepaskan. Setelah mendengar Nathan agak mendehem barulah keduanya melepaskan tangan mereka.
Adelia dan Nathan pergi meninggalkan Andika. Para perawat yang mereka temui semua memberi salam kepada Nathan dan Adelia karena mereka tau kalau kedua orang ini bos besar mereka dengan istrinya.
Sesampainya di lobby, ada seorang security menghampiri mereka, Nathan mengenalnya lalu memberikan kunci mobil Adelia kepada orang itu yang lalu membawakan mobil ke pintu depan lobby. Kemudian Nathan dan Adelia naik ke mobil lalu melaju meninggalkan halaman RS menuju rumah mereka di pinggir kota.
Sesampainya di rumah, Adelia keluar dari mobil sementara Nathan memarkirkan mobil di garasi. Di depan pintu, Adelia menunggunya dengan muka cemberutnya.
"Kenapa lagi sayang, aku cape ne", ujar Nathan mulai mengeluh.
"Kamu lupa kan janji kamu tadi", ujar Adelia merajuk.
"Besok pagi ya sayang, aku suruh pelayan membersihkan mobilmu. Aku benar-benar lelah sekarang", ujar Nathan menegaskan.
Nathan lalu membuka pintu dan berjalan menuju kamarnya tanpa menengok lagi ke arah Adelia, sementara Adelia yang ditinggal bertambah kesal menutup pintu agak keras.