Pagi itu Adelia bangun dengan cemberut, dia menengok ke orang disampingnya yang masih tertidur pulas.
"Menyebalkan", ujarnya menggerutu. Dia lalu bangun dari tempat tidur dan masuk ke kamar mandi membersihkan diri dan melakukan aktifitas paginya. Setelah ia berpakaian rapi, ia mencari sepatu yang berhak rendah. Saat itu, Nathan baru membuka matanya dan duduk diatas tempat tidur mengumpulkan semua nyawanya. Melihat istrinya sudah rapi, Nathan langsung loncat dari tempat tidur dan masuk kamar mandi. Ia melakukan mandi kilat dan sebentar saja dia sudah memakai pakaian rapi. Saat ia turun menuju ke lantai bawah, ia melihat Adelia sudah mengambil kunci mobil dan akan keluar rumah.
"Saaaayaaang ... tunggu aku", teriak Nathan sambil berlari mengejar istrinya sampai di pintu masuk. Nathan langsung merebut kunci mobil yang ada di tangan Adelia.
"Apa-apaan si kamu?. Pagi-pagi ngga jelas teriak-teriak gitu", ujar Adelia geram.
"Tunggu ya sayang. Mulai hari ini aku akan jadi sopir kamu. Kemanapun kamu mau pergi akan aku antar. Aku akan jadi sopir kamu 24 jam", ujar Nathan tersenyum. Adelia melihat ke arah suaminya tapi kemudian tersenyum mengejek.
"Kamu mau jadi sopir aku? Mana ada sopir pake dasi rapi, cardigan dan jas tapi pake celana pendek gitu", ujar Adelia lagi.
"Hah?", ujar Nathan langsung melihat ke arah bawah, dan ternyata memang dia lupa memakai celana panjangnya.
"Tunggu sebentar ya", ujar Nathan menahan malu lalu lari ke atas kembali ke kamarnya untuk memakai celana panjangnya dan memakai gespernya dengan benar, lalu lari lagi ke bawah. Hampir saja dia terjatuh kalau saja dia tidak berpegangan ke sofa, dan Adelia yang melihatnya terkikik senang.
"Hmm senang ya kalau lihat suami jatuh?!", geram Nathan begitu dia tiba di hadapan Adelia.
"Kenapa? Ngga suka? Ngga ikhlas? Ya Uda aku jalan sendiri", ujar Adelia ngomel. "Nathan, aku cuma hamil bukan sakit jadi aku bisa menyetir sendiri. Dokter juga bilang kandunganku sehat ngga ada masalah apa-apa jadi ngga usa perlakukan aku seperti orang jompo", kembali Adelia mengomel.
"Sayang, ini kan kewajiban aku melindungi istri dan anak aku. Jadi biarkan aku menjalankan tugasku", ujar Nathan memeluk Adelia erat. Adelia merasa mual mencium bau minyak wangi Nathan, dia langsung mengeluarkan suara seperti orang yang menahan mau muntah. Adelia langsung mendorong tubuh suaminya.
"Kamu jangan pakai minyak wangi ini lagi ya kalau dekat aku", ujar Adelia lagi sambil menutup hidungnya.
"Loh aku kan pakai minyak wangi yang biasa aku pakai", ujar Nathan mengendus-endus jasnya. Adelia lalu meninggalkan Nathan, diikuti Nathan yang langsung menuju garasi mengeluarkan mobil Alphard nya. Sebentar kemudian mereka sudah melaju ke jalanan yang menuju kantor Adelia.
Memasuki halaman parkir kantor Adelia masih sepi dari karyawan. Nathan memarkir mobil di tempat parkir khusus mobil Adelia. Disampingnya sudah ada mobil Andika terparkir rapi.
"Busyet ni orang datang jam berapa", celotehnya. Adelia mengikuti arah pandangan Nathan lalu berujar, "Itu Andika ngga pulang. Semalaman dia menyiapkan proposal untuk presentasi hari ini".
"Kok kamu tau?", tanya Nathan heran.
"Kan aku semalam juga begadang di rumah video call sama dia", ujar Adelia santai. Lalu keluar mobil. Mendengar itu level cemburu Nathan langsung naik seketika.
"Sayang kamu semalaman begadang video call sama Andika? Kok aku ngga tau si. Ngga boleh lagi ya, pokok nya aku ngga ijinkan lagi kamu Vicall lagi sampai begadang. Aku harus protes sama bos kamu", ujar Nathan lalu keluar mobil dan mengikuti Adelia masuk ke kantor.
Hari masih terlalu pagi, belum ada karyawan bagian bawah yang tiba, hanya bagian security dan cleaning service saja yang ada yang langsung memberikan salam hormat kepada Adelia yang menjawab dengan ramah setiap sapaan. Menyadari Nathan mengikuti, Adelia menghentikan langkahnya di depan pintu lift dan menghadap ke arah suaminya yang langsung berhenti berjalan.
"Kamu mau ngapain? Uda langsung aja jalan ke kantor sana", ujar Adelia sebal.
"Aku mau ketemu Andika sebentar", ujar Nathan cuek. Lalu saat pintu lift terbuka, dia langsung mendorong tubuh istrinya masuk ke dalam lift.
"Mau ngapain ketemu Andika?", ujar Adelia lagi curiga.
"Mau protes", ujar Nathan cuek. Lalu pintu ke lantai 3 terbuka dan Nathan dengan cueknya menaruh tangannya ke bahu Adelia.
"Mau protes apaan? Jangan macam-macam deh", ujar Adelia menunjukkan muka tidak suka, tapi ia tetap saja mengikuti langkah kaki suaminya menuju ke ruangan Andika. Ryan sepertinya belum datang, jadi Adelia dan Nathan langsung membuka pintu ruangan Andika. Mereka mendapati Andika sedang mengetik di Laptopnya. Begitu melihat pintu ruangan terbuka, Andika melihat ke arah pintu dan mendapati Nathan dan Adelia masuk ke ruangan. Nathan menyapa ramah ke Andika lalu dengan cueknya dia duduk di sofa sambil membuka tabnya. Adelia keluar lagi dari ruangan Andika dan menuju ke pantri lalu kembali ke ruangan Andika sambil membawa dua cangkir kopi dan sedikit cemilan. Adelia menaruh nampan di atas meja Andika dan mengambil satu cangkir yang ia berikan ke Nathan suaminya yang langsung cemberut karena melihat Adelia juga membuatkan secangkir kopi buat Andika.
"Kenapa lagi?", ujar Adelia dengan suara kesal. Andika sudah selesai dengan Laptopnya dan membawa kopi yang dibuat Adelia duduk di sofa di seberang Nathan dengan santainya.
"Tumben kalian pagi-pagi uda bertengkar", usil Andika kepada mereka berdua.
"Bawaan orok", celetuk Nathan cuek sambil menyeruput kopi nya dengan kesal.
"Bawaan orok?", tanya Andika tak mengerti, dia lalu menaruh cangkir kopinya yang sudah kosong.
"Tuh, bumil dari aku bangun tidur sudah masang muka cemberut nya", ujar Nathan sambil menunjuk ke arah Adelia dengan mulutnya sementara yang ditujuk tampak kesal sekali. Adelia duduk di kursi Andika sambil melihat proposal yang sedang dikerjakan Andika.
"Bumil? Adel hamil?", tanya Andika ke Nathan, ada perasaan sedikit sakit waktu ia mengajukan pertanyaan nya.
"Iya", ujar Nathan lalu menaruh cangkir kopinya diatas meja. "Makanya aku mau protes, jangan suruh istriku begadang lagi. Kalau ada yang bisa aku bantu, aku akan membantu", ujar Nathan memprotes.
"Nathan apa-apaan si. Kamu tuh kebiasaan ya. Kan aku sudah katakan jangan batasi aku, aku kan cuma hamil bukan orang yang sakit", ujar Adelia kesal dengan sikap suaminya yang terlalu protektif.
"Eh aku setuju loh sama Nathan, Adel. Baik Nathan, aku ngga akan membebani Adelia dengan hal-hal yang bisa aku kerjakan sendiri", ujar Andika tegas.
"Kalian sedang buat proposal untuk perusahaan siapa?", ujar Nathan penasaran.
"Itu buat PT. CAT. Kami dapat email mereka perlu model, mereka perlu untuk produk baru, cuma mereka ngga kasih tau produk apa jadi kami harus cari model yang available buat audisi", ujar Andika. Nathan langsung mengambil HP dari kantong celananya lalu membuat panggilan telepon. Sengaja panggilan nya menggunakan speaker. Ada nada tunggu keluar lalu tak lama ada sahutan dari pihak di seberang.
"Halo... Hantu putih tumbenan telepon gw loe, ada apa? Masih pagi nih, pala gw masih sakit", Ujar Leo di seberang yang Andika kenali sebagai suara CEO PT. CAT yang sempat ia temui beberapa hari lalu.
"Eh kadal, loe abis dugem lagi ya? Loe Uda sadar belum? Busyet, hari kerja bro", ujar Nathan cuek. Andika terkejut, ternyata CEO PT.CAT dan PT.WD berteman baik, dilihat dari cara mereka berbicara.
"Hantu putih, bini loe ada ngga? Tuh loe dapat salam dari si Caroline, dia Uda lama minta nomor loe cuma ngga gw kasih. Dia pengen ketemu loe", ujar suara di seberang lagi.
"Oh Carol, Nanti gw hubungi deh, loe kasih aja nomornya. Kadal, loe lagi mau launching produk apa? Loe butuh model kaya gimana?", ujar Nathan lagi tapi kemudian dia tersadar ada tatapan tajam dari arah meja kerja Andika. Nathan menoleh ke arah istrinya tapi kemudian buru-buru tidak melihat karena sepertinya istrinya sedang marah besar mendengar pembicaraan mereka.
"Gw mau launching laptop baru. Bini loe di AN kan? Suruh dia buat proposal untuk presentasi model umur 25an ya, kami butuh yang dewasa kali ini. Vendor lain ngga kita kasih tau, biar kami bisa memilih. Eh Uda dulu ye, ntar gw hubungi lagi untuk nope Carol", ujar Leo teman Nathan di seberang.
"Kadal ngga usa loe kasih deh daripada gw digantung dipohon Cemara depan rumah", ujar Nathan lagi.
"Hantu putih ada bini loe ye. Rasain loe. Bye", ujar Leo langsung mematikan sambungan.
"Maaf sayang, ngga bakalan aku tanyakan ko nomor HP nya", ujar Nathan sambil merapatkan kedua tangannya ke arah Adelia. Adelia tetap cemberut melihat Nathan. Nathan kemudian menghadap ke Andika lalu berkata, "Uda, kalian berarti Uda tau kan maunya".
"Wah sering-sering gini mempermudah kami banget. Thanks ya Nathan. Tenang untuk ke depannya saya ngga akan ganggu tidur bumil lagi", ujar Andika tersenyum. Sementara Adelia masih ngedumel, Nathan menghampiri nya lalu berkata, "Sayang aku jalan ya". Lalu Nathan mencium rambut istrinya dan buru-buru ngeloyor pergi sebelum Adelia meledak. "Dasar, awas aja ntar dirumah", ancam Adelia.