Kerja Keras Nathan

"Anak Mommy dan Daddy akan pulang ke rumah hari ini, seneng kan nak tidak perlu lagi mencium bau obat-obatan lagi", ucap Adelia sambil memandang wajah damai pangeran kecilnya yang ada dalam dekapan Nathan.

"Daddy juga jadi bisa memeluk Mommy lagi kalau malam", ujar Nathan tersenyum jahil.

"Nathan, kamu ngga apa-apa bekerja di dua tempat seperti sekarang? Aku ngga mau kamu jadi jatuh sakit loh", ujar Adelia sambil tangannya mengusap lembut pipi suaminya.

"Tenang aja sayang. Karyawan ku malah senang kok aku kalau pagi di AN dan siang baru ke WD. Mereka terhindar dari meeting pagi denganku", kata Nathan sambil mengecup tangan Adelia.

"Cepatlah besar nak biar Daddy bisa buat adik bayi lagi dengan Mommy", ujarnya cuek.

Pak Mul yang sedang mengemudi hanya tersenyum mendengar ocehan nakal bos besar sementara Adelia mencium pipi suaminya lembut.

Setelah tiba di rumah, Adelia naik ke kamar mereka dan setelah duduk dengan nyaman, Nathan baru memberikan baby Xavier Arkaan Utomo ke pangkuan Adelia, lalu Adelia memberikan satu buah dadanya untuk dihisap baby Xavier yang mulai mengecap-ngecap kehausan. Sebelumnya Adelia sempat membasuh puting susunya dengan air hangat, baru setelah itu memberikannya langsung ke mulut baby Xavier. Nathan melihat itu menelan ludahnya susah payah.

"Akh sayang, jangan menggodaku terus sepeti itu dong", ujar Nathan kesal.

"Aku akan ke ruang kerja ya, ada beberapa pekerjaan yang harus aku lakukan", ujarnya lalu mencium kening Adelia dan kemudian mencium pipi baby Xavier lembut.

Lalu niat iseng nya kumat, sehabis mencium pipi baby Xavier, Nathan juga mencium buah dada Adelia yang sedang dihisap baby Xavier. Adelia hanya tersenyum melihat kelakuan suaminya yang sedang ber"puasa". Lalu Nathan berjalan keluar kamar menuju ruang kerjanya di bawah.

Nathan bangun pagi sekali, setelah melakukan aktivitas paginya, dia duduk dipinggir tempat tidur dan memandang wajah Adelia yang tampak lelah lalu mencium bibirnya. Adelia terbangun.

"Selamat pagi mommy cantik. Semalaman apa baby Xavier rewel? Aku kok ngga dengar tangisnya ya?", ujar Nathan heran.

"Sempat rewel tapi langsung aku susui jadi belum sempat terbangun, dia langsung tidur kembali", ujar Adelia dengan suara serak.

"Bangunkan aku sayang, aku ngga mau kamu lelah", ujar Nathan menyesal. Dia mengusap wajah Adelia dengan kasih sayang.

"Aku masih bisa tangani sendiri sayang. Kalau aku sudah menyerah baru aku minta tolong ke kamu. Kamu sudah sibuk bekerja keras buat kami berdua, rasanya tak tega membuatmu susah juga untuk mengurus baby Xavier", ujar Adelia lembut.

"Adelia, aku sudah bersumpah dihadapan orang tuamu dan dihadapan Tuhan untuk menjagamu dan sekarang baby Xavier, jadi ini juga tanggung jawab ku. Aku mencintaimu. Berbagilah denganku dalam mengurus baby Xavier", ujar Nathan sambil mengelus rambut Adelia istrinya.

"Berbagilah denganku sayang, aku mencintaimu dan mencintai baby Xavier dengan seluruh hatiku", ujarnya lagi.

Adelia hanya mengangguk, ada titik bening di sudut matanya. Nathan mencium sudut mata Adelia.

"Aku jalan bekerja dulu ya. Nanti mungkin aku agak sore baru pulang karena WD akan ada meeting untuk pesta perayaan ulang tahun perusahaan. Selain itu aku juga berencana mengumumkan pernikahan kita dan kelahiran baby Xavier Arkaan Utomo", ujar Nathan berseri-seri.

Adelia mengangguk lalu Nathan berjalan keluar kamar. Adelia bangun dari tidurnya lalu menuju balkon kamar dan mengantar kepergian suaminya dengan senyum manisnya. Setelah Nathan masuk mobil yang dikemudikan pak Mul, sebentar saja mobil sudah melaju menuju kantor PT.AN Entertainment.

Setibanya di kantor AN, Pak Mul akan memarkir mobil ditempat Adelia disamping mobil Andika. Lalu Nathan keluar mobil dan menuju ruang meeting. Semua karyawan yang berpapasan pasti menegur sopan ke Nathan tapi memang sudah bawaan, pria tampan ini hanya memandang tajam dan dingin ke siapapun yang menyapanya. Nathan kemudian masuk keruang meeting dan Heru yang sudah lebih dulu datang memberikan beberapa berkas untuk Nathan pelajari. Sebentar kemudian ruang meeting sudah terisi oleh manager artis yang ada dibawah naungan PT. AN Entertainment. Saat Andika masuk ruang meeting dia sempat heran melihat ruangan sudah hampir penuh terisi, kecuali tempat duduknya di samping Nathan.

"Pagi semua", sapanya dan dijawab serempak peserta meeting.

Saat Andika duduk disamping Nathan, Nathan mengangkat kepalanya dan tersenyum ke Andika dan hal inilah yang ditunggu semua peserta meeting, melihat senyum di wajah dingin Nathan yang amat tampan.

"Baby Xavier Uda pulang ya?. Semalam waktu telepon Adelia ngga sengaja denger suara nya", ujar Andika tapi langsung di tatap tajam mata Nathan yang telah menghilangkan senyum di wajahnya.

"Andika loe ngajak perang sama gw?", ujar Nathan kesal.

"Maaf gw telepon Adel abis gw kan ngga tau nyari file nya dimana di komputer dia", ujarnya menyesal. Padahal sebenarnya Andika menghubungi Adelia hanya ingin mendengar suara Adelia saja.

"Kan loe bisa tanya Heru. Gw aja bisa tanya Heru kalo nyari file di komputer Adel. Tolong jangan ganggu istri gw dulu. Dia masih lemah. Gw ngga mau dia sampai kelelahan. Next time kalau ada apa-apa tanya gw", ujar Nathan yang sangat protektif terhadap istri dan anaknya.

"Iya maaf. Ya Uda kita mulai aja ya", ujar Andika mengalihkan.

Namun ia melihat muka Nathan masih kesal, dan dia mulai kehilangan mood terhadap meeting itu. Nathan malah membuka Tabnya dan mengecek document WD yang harus dia pelajari. Hampir semua mata mencuri pandang ke wajah tampan Nathan. Suasana di ruang meeting mulai menjadi canggung, Andika hanya menarik nafas dalam-dalam kalau sudah melihat Nathan kesal. Kalau sudah begini pasti Nathan langsung keluar kantor menuju PT.WD International. Semenjak Adelia melahirkan, Nathan menggantikan tugasnya di AN dan malah karena ini AN menjadi lebih maju dari sebelumnya. Banyak tender-tender yang gol karena memang jiwa bisnis Nathan dapat melihat mana yang menguntungkan dan mana yang tidak. Andika banyak belajar dari Nathan dan Nathan tidak pelit membagi ilmunya. Makanya Andika tak akan berbuat apa-apa kalau Nathan sudah kesal.