Setelah berdiskusi dan menyerahkan semua permasalahan hukum kepada Anton Roberto, Adelia dan Nathan pergi meninggalkan kantor pengacara itu.
"Aku mau ke rumah Andika dulu ya, mau lihat keadaannya. Sepertinya dia shock karena baru kali ini berhadapan dengan polisi utk kasus kriminal", ujar Adelia di dalam mobil. Nathan hanya diam tak menyahut.
"Loh kita mau kemana? Ini bukannya jalan menuju kantor kamu? Oh kamu mau ke kantor? Ya Uda turun kan aku di halte di depan situ, nanti aku naik taxi aja", ujar Adelia setelah ia melihat rute yang dilalui menuju ke kantor Nathan.
Nathan hanya diam, melihat itu Adelia agak sedikit bingung cuma dia coba menahannya. Dia pikir dia bisa naik taxi dari kantor Nathan menuju rumah Andika.
Saat di depan Lobby kantor Nathan, dia seenaknya saja memberhentikan mobilnya, lalu keluar membukakan pintu untuk Adelia. Adelia keluar dari mobil dan akan bersiap menuju jalan raya untuk memanggil taxi.
"Coba aja kalau kamu berani melangkah keluar kantor ini dan tidak mengikuti aku naik ke atas", ujar Nathan dengan rahang mengeras dan tangan bersidekap di dadanya. Benar-benar seorang penguasa melihat gayanya kali ini yang mengintimidasi sekelilingnya. Walaupun Nathan berbicara dengan Adelia namun membuat sekelilingnya pucat pasi karena mereka tahu benar bagaimana tabiat bos besar Nathan.
"Batas kesabaran ku sudah habis Adel", katanya lagi.
"Nathan tapi kan aku ...", Adelia tidak berani melanjutkan melihat tatapan mata marah suaminya yang belum pernah dia lihat sebelumnya.
Tak lama ada penjaga yang menghampiri Nathan dan Nathan memberikan kunci mobilnya kepada penjaga itu. Kemudian penjaga itu memindahkan mobil Nathan ke tempat parkir khusus CEO. Lalu ia melangkah masuk ke Lobby namun kemudian Nathan berhenti sebentar dan menoleh ke arah Adelia yang masih diam di tempatnya berdiri.
"Iya aku ikut kamu", ujar Adelia lemah dan diapun mengikuti langkah Nathan dibelakangnya.
Saat menunggu di depan lift, Adelia memasukkan tangannya ke lengan Nathan.
"Tapi nanti pulang bisa kan ke rumah Andika hanya untuk menengok nya dulu", pintanya dengan muka memelas memandang suaminya yang masih mengeraskan rahangnya.
"Let's see how're your behavior", ujar Nathan tegas.
Kemudian mereka memasuki lift dan naik ke lantai 9 menuju ruang kerja Nathan. Di dalam lift, Adelia sempat akan menarik tangannya namun karena tatapan intimidasi dari Nathan yang merasakan dia menarik tangannya, Adelia kembali memegang lengan Nathan.
Dia sedikit mendumel, "Dasar egois, posesif, menyebalkan", bisiknya pelan.
"Aku masih mendengar nya Sayang", ujar Nathan dan membuat wajah Adelia memerah.
"Aku ke toilet ya", ujar Adelia sambil melepaskan tangannya dari lengan Nathan.
"Hmm", Nathan hanya mendehem.
Saat melihat Adelia masuk ke toilet, Nathan malah melangkah menunggu di depan toilet. Nathan menyandarkan tubuhnya di tembok marmer depan toilet. Dikarenakan lantai 9 hanya khusus ruang kerja CEO jadi tidak banyak orang yang berlalu lalang disana, namun sempat juga ada beberapa Staff Nathan yang akan bertemu dengan Ryan maupun Jason sempat kaget melihat bos besar sedang berdiri di depan toilet wanita. Bahkan Adeliapun sempat terkejut saat ia keluar dari toilet dan mendapati Nathan sedang menunggunya.
"Kok kamu ngga masuk si?", tanyanya penasaran.
"Kan aku bilang hari ini aku akan mengikuti kemanapun istriku pergi", ujar Nathan walaupun dengan muka juteknya.
Baru kali ini dia memasang muka jutek di depan Adelia yang membuat Adelia bersumpah serapah padahal Adelia tidak pernah berkata kasar sebelumnya.
"Aku masih dengar Adel", ujar Nathan yang berjalan mengikuti di belakang Adelia walaupun matanya masih ke arah Tabnya dan satu tangannya dimasukkan ke kantong celananya.
Ryan yang melihat bibir Adelia berkomat kamit mengumpat terbengong-bengong karena baru kali ini ia melihat wanita cantik ini kesal. Jason membukakan pintu ruang kerja Nathan dan setelah mereka berdua masuk, Jason menutup nya kembali.
Adelia duduk di sofa di ruang kerja Nathan tapi kemudian dia berjalan ke arah Jendela dan berdiri di sana sambil melihat ke arah luar. Entah apa yang dipikirkan nya sementara Nathan duduk di kursi kerjanya dan sebentar kemudian dia larut dalam pekerjaannya.
"Aku ke toilet lagi ya, dadaku mulai sakit. Aku harus memompa susunya keluar dulu", ujar Adelia sambil membawa alat pompa dadanya dan satu botol susu bayi yang kosong yang ia keluarkan dari tasnya.
"Lakukan disini", ujar Nathan tegas.
Lalu ia berjalan menuju pintu dan menguncinya dari dalam. Kemudian dia menelepon Jason di luar, "Jangan ada yang diperbolehkan masuk". ujarnya lalu menutup teleponnya.
Kemudian Nathan kembali melihat komputer nya dan tidak menghiraukan tampang Adelia yang kesal sekali. Adelia memutar otak nya, lalu terlintas pikiran jahil di otak nya.
"Nathan daripada aku memompa nya, apa tidak lebih baik kamu menyedot nya", kata Adelia sambil senyum-senyum.
"Aku sudah kenyang", ujar Nathan singkat tanpa mengalihkan pandangannya dari layar komputer.
Seketika hilang senyum diwajah Adelia, makin kesal saja dia mendengar jawaban Nathan. Adelia menjatuhkan dirinya disofa dengan kasar. Mau ngga mau harus dia lakukan di ruangan itu. Adelia membuka kancing bajunya lalu memompa dadanya dengan alat untuk mengurangi bengkak karena susunya sudah mulai penuh. Adelia agak meringis menahan sakit. Nathan menoleh ke arah istrinya lalu berjalan menghampiri istrinya dan mengusap punggung istrinya lembut.
"Sakit?", tanya Nathan lembut.
Adelia yang masih kesal hanya diam. Sebentar saja sudah hampir penuh botol terisi dan Adelia pindahkan alat itu memompa keluar susu dari dadanya yang lain.
"Aku tetap harus ke toilet, botolnya ngga muat. Aku harus buang sebagian", ujar Adelia memohon kepada Nathan.
"Ya sudah, pergilah. Tapi tas kamu dan HP tetap disini", ujar Nathan lagi.
"Tapi kan aku malu kalau dilihat Jason dan Ryan aku bawa alat pompa dan botol susu Nathan", Adelia memberi Alasan.
"Hmm Baiklah. Bawa saja", ujar Nathan.
Adelia lalu tersenyum dan berjalan keluar ruangan, saat ia membuka kunci ruangan Nathan, dia merasa ada orang yang berdiri di belakangnya dan ia menengok melihat Nathan yang dengan santainya mengikuti Adelia dengan mata tetap tertuju pada Tabnya. Adelia berjalan cepat masuk ke toilet dan menyelesaikan urusannya.
Setelah lega, Adelia sempat akan berpikir untuk turun ke bawah dan naik taxi ke rumah Andika. Tapi Adelia harus mengubur keinginan nya dalam-dalam saat ia keluar dari toilet mendapati Nathan dalam posisi sama seperti tadi. Kembali Adelia mengumpat dengan mulut komat kamitnya.
"Aku dengar sayang", ujarnya Nathan tetap mengikuti Adelia walaupun matanya tetap tertuju pada Tab yang dipegangnya.
Mau tak mau Adelia harus menemani Nathan bekerja sampai larut hingga ia lelah dan tertidur. Setelah menyelesaikan pekerjaannya, Nathan melihat istrinya tertidur di sofa, lalu ia membuka pintu ruang kerjanya dan kembali ke sofa lalu menaruh tas Adelia diselempangkan di tubuhnya dan mengangkat tubuh Adelia yang masih pulas tertidur dan menggendong dalam pelukannya.
Jason yang melihat langsung mengikuti langkah Nathan menekan tombol lift lalu berlari mengambil mobil Nathan dan menyetir nya sampai depan pintu lobby.
Sepanjang jalan, semua mata memandang iri ke arah Adelia. Jason membukakan pintu penumpang dari dalam mobil, lalu Nathan meletakkan Adelia di bangku penumpang di depan, mengikatkan seatbelt dan setelah menutup kembali pintu mobil dengan pelan, Nathan menuju Jason dan meminta kunci mobilnya.
"Pulanglah Jason, saya hari ini pulang ke rumah mama Adel. Besok mungkin saya akan datang siang lagi", ujar Nathan sambil menepuk ringan bahu Jason.
Kemudian Nathan masuk ke mobil dan tak lama mobil melaju menuju kediaman Henry Wijaya.