Aku mencintaimu

Persoalan Hukum yang pernah membuat Andika terjerat telah selesai dengan baik. Andika dinyatakan tidak bersalah, penjahat itu bukan mati karena luka tusukan tetapi karena overdosis Narkoba. Pria itu berusaha merampok wanita yang di ATM dan secara tak sengaja tertusuk pisaunya sendiri saat Andika memasuki pintu ATM. Sidik jari Andika ada di mata pisau bukan di gagang pisau sesuai dengan rekaman CCTV jadi bukan Andika yang menusuk penjahat tersebut tetapi penjahat tersebut tertusuk oleh tangannya sendiri.

Betapa bahagia nya Andika mendengar kabar itu dari pengacara nya, tak sia-sia mereka dibayar mahal untuk mengurus semua status hukum di PT. AN Entertaintment. Itulah mengapa Andika tidak pernah ditangkap bahkan dia bisa berbulan madu ke Bali karena memang status hukumnya sudah lama dinyatakan tidak bersalah.

Pagi itu Adelia seperti biasa diantar Nathan suaminya ke kantor.

"Sayang, besok kita ke Bali loh, jangan lupa bilang sama si kodok, soalnya kita panitia untuk pernikahan Alex dan Sisca. Mami dan Papi akan pergi duluan, karena Alex juga kan anak angkat keluarga ku jadi Mami dan Papi akan menjadi walinya", ujar Nathan saat Adelia akan melangkah keluar dari mobil Nathan.

"Iya sayang. Aku tau bos besar. Bawel", ujar Adelia ngedumel.

"Apa kamu bilang?", ujar Nathan kemudian ikut keluar dari mobil.

"Pak Mul, parkir mobil di situ. Saya lama di sini", ujar Nathan tegas.

"Eh kamu mau ngapain? Maaf sayang keceplosan", ujar Adelia memegang lengan Nathan.

"Terlambat. Aku harus ketemu kodok untuk minta ijin kamu ngga masuk dari hari ini", ujar Nathan sambil berjalan menuju lift.

"Hei kita kan ke Balinya besok kok jadi hari ini. Aku lagi banyak kerjaan hari ini", ujar Adelia memelas.

"Kamu harus dihukum. Seenaknya bilang aku bawel. Ayo ke ruangan si kodok trus pulang", ujar Nathan sambil menggandeng tangan Adelia, lebih tepatnya menyeretnya berjalan di sisi Nathan.

"Sayang lepaskan aku ya kali ini aja, maafkan aku ya bos besar Nathan", ujar Adelia merayu.

"Ngga, kamu harus di hukum", ujar Nathan tegas. Lalu memasuki lift dan naik ke lantai 3.

"Sayang aku ke toilet dulu deh, mau pipis ni", ujar Adelia berusaha melepaskan tangan Nathan, tapi tangan Nathan mencengkeram tangan nya erat.

"Aku tahu semua siasat mu Adelia Wijaya Utomo. Ngga akan mempan di aku ya", ujar Nathan sambil menunjuk rahang nya yg mengeras.

"Tapi ini beneran sayang, ntar kalo ngompol gimana?. Malu sayang tuh diliatin", ujar Adelia sambil memonyongkan bibirnya ke sekeliling.

Memang di lantai 3 bukan hanya ruangan Adelia dan Andika saja tetapi masih ada ruangan accounting juga jadi pasti ada orang yang lalu lalang dekat mereka.

Nathan melepaskan tangannya, Adelia langsung berlari ke arah toilet. Nathan mengikuti langkah Adelia lalu bersandar di dinding depan toilet dengan matanya tertuju pada Tab ditangannya dan sesekali jarinya mengetik sesuatu.

Orang yang lalu lalang hanya berani mengucapkan salam pagi kepada Nathan tapi tak ada yang berani mengajaknya ngobrol karena Nathan telah menurunkan perisai muka dinginnya sehingga tidak ada yang berani mengusik nya.

Banyak Staff wanita sengaja berbolak balik hanya untuk mengagumi ketampanan Nathan atau mencuri perhatian nya namun sia-sia karena Nathan tak akan pernah melirik kepada wanita lain selain istrinya Adelia. Adelia agak terkejut melihat Nathan berdiri di depan toilet.

"Sayang kenapa kamu di sini? Ngga masuk aja ke ruangan aku", tanya Adelia lembut.

"Ayo pulang, kodok Uda kasih ijin ni", ujar Nathan sambil memperlihatkan chatnya dengan Andika.

"Nathan sayang, aku kerjain kerjaanku sebentar aja. Nanti aku nurut deh pulang sama kamu ya", ujar Adelia memelas.

"Hmmm", gumam Nathan menyetujui.

Adelia kemudian berjalan menuju ke ruangannya sambil bergumam, "Ada apa lagi dengan mahluk es ini ya?".

"Aku sedang menghukummu Adelia Wijaya Utomo", ujar Nathan di belakangnya.

"Busyet, denger aja", ujar Adelia kaget.

Dia langsung membuka ruangan nya tanpa menghiraukan Heru yang menyapanya dan langsung duduk di meja kerjanya menyelesaikan pekerjaan yang tertunda kemarin.

Nathan menutup pintu ruangan kerja Adelia lalu duduk di sofa. Dengan cueknya dia melakukan Vicall dengan para petinggi WD Group untuk meetingnya. Para peserta meeting tahu kalau si bos sedang bersama istrinya kalau tidak pasti si bos sudah ada di depan mereka secara personal memaki apalagi ada pekerjaan yang tidak sesuai dengan keinginan si bos.

Walaupun begitu, pekerjaan yang telah di Approve oleh Nathan selalu sukses di lapangan karena Nathan memang ahli dalam melihat segala peluang yang ada.

Tepat jam 10 pagi, Adelia sudah selesai mengerjakan pekerjaannya, saat ia melihat ke arah Nathan yang sedang duduk di sofa, mata mereka bertemu. Ternyata Nathan sedang asyik menikmati muka istrinya.

"Kenapa kamu liatin aku?. Makin cantik ya?", goda Adelia sambil berjalan mendekati dan kemudian menyederkan kepalanya di bahu Nathan. Tangan Adelia memeluk lengan Nathan erat.

"Aku lagi mikir, kapan aku pertama kali jatuh cinta sama kamu. Setelah aku pikir, mungkin sejak pertama aku melihatmu di hari pertunangan kita. Saat kamu dengan cueknya mengajak aku berbicara, bahkan memberikan aku tempat nyaman di ruang kerjamu untuk membalas email-email ku", ujar Nathan.

"Berarti pelet aku di kue-kue itu berhasil ya", goda Adelia lagi.

"Kayanya iya. Apalagi segelas air yang kamu berikan saat kamu membuka pintu, aku benar-benar haus sekali saat itu dan perutku juga mulai lapar. Kamu benar tau semua keinginanku saat itu. Melihat kamu damai sekali dalam tidurmu di sofa, membuat aku begitu ingin melindungi mu. Mungkin saat itulah pertama kali aku jatuh cinta pada wanita dan kamulah wanita itu", ujar Nathan tersenyum.

"Kamu makan dengan lahap rupanya soalnya saat aku bangun, kamu sudah pulang dan aku lihat piring makan dan piring kue bersih tanpa sisa. Aku suka sekali kamu menghargai pemberianku", ujar Adelia sambil bermanja di bahu Nathan.

"Iya, kamu tidur pulas sekali sampai aku mencium kening dan bibirmu saja kami ngga bangun", ujar Nathan lagi.

"Akh berarti ciuman pertama kita bukan yang di mini market ataupun di parkiran Rumah Sakit waktu itu ya? Ternyata kamu mencuri ciuman pertama ku saat aku tertidur", ujar Adelia lalu menegakkan tubuhnya.

"Nakal", ujarnya lagi sambil memukul pelan lengan suaminya.

"Benarkah itu ciuman pertamamu?. Akh beruntung nya aku", ujar Nathan kembali menggoda.

"Kamu tahu Nathan, aku jatuh cinta sama kamu saat kamu berlari dari ruang meeting dan menuju ke arahku di Lobby kantormu. Aku begitu tersanjung ketika kamu berlutut di hadapan ku dan memeluk ku menenangkan kegundahanku. Sayup-sayup saat aku pingsan, aku mendengar kamu memaki seseorang lalu menggendong aku sampai ke Rumah Sakit", ujar Adelia mengingat kejadian kala itu.

"Iya, recepsionis bodoh itu sudah aku pecat. Tapi tenang saja, dia sudah bekerja di perusahaan Leo, aku tahu saat itu aku emosi dan aku tahu itu juga bukan kesalahan dia makanya aku minta Leo menerimanya. Dia malah sekarang sudah menjadi supervisor di perusahaan Leo", ujar Nathan menjelaskan.

"Syukurlah kamu tahu kesalahan mu kalau tidak aku akan merasa bersalah dengan recepsionis itu karena memang akulah yang mau menunggumu", ujar Adelia lega.

"Aku mencintaimu Adelia", ujar Nathan menatap tajam mata Adelia.

"Aku juga makin mencintai kamu Nathan Utomo. Terima kasih sudah menjadi kekasihku, imanku yang baik, bapak anakku yang bertanggung jawab dan pelindung kami", ujar Adelia tersenyum lalu mengecup lembut bibir suaminya.

Nathan tersenyum lalu memeluk tubuh Adelia erat seakan tak akan pernah melepaskan pelukannya.