"Xena, Banyu ayolah siap-siap. Katanya mau ke rumah Andika", ujar Adelia saat melihat Xena yang masuk ke rumah bersamaan dengan Banyu.
"Iya kalian darimana aja si kok baru pulang", omel Sisca.
"Emang Daddy Uda pulang Mom?", tanya Xena mencium pipi Adelia dan menggelayut manja di pundaknya.
"Sebentar lagi juga Daddy pulang", ujar Adelia melepaskan pelukan Xena dan kembali membereskan bawaan yang akan dibawa ke rumah Andika.
"Barusan kami dari rumah Lily, antar dia pulang", ujar Xena melihat ke arah Banyu yang duduk di samping Sisca sambil memangku Baby Margaretha.
"Ketemu Tante Yuni ngga? Ada omong apa ngga?", tanya Adelia.
"Ngga, aku cuma drop aja, ngga mampir. Mandi dulu akh", ujar Xena lalu berjalan menuju ke kamarnya.
Banyu memberikan Baby Margaretha kepada Sisca dan iapun naik mengikuti Xena menuju kamarnya yang bersebelahan dengan kamar Xena.
"Banyu, kamu pakai baju apa?", tanya Xena di depan pintu kamar sebelum masuk ke kamarnya.
"Pakai ini lagi", ujar Banyu singkat langsung menuju ke kamarnya.
"Emang ngga bawa lagi?", tanya Xena.
"Uda aku packing, jadi besok tinggal ganti baju langsung cusss ke Bandara. Aku ngga tau Papi pesan tiket jam berapa buat pulang", ujar Banyu kemudian berjalan ke kamarnya dan masuk.
Xena kemudian masuk ke kamarnya dan melihat ke arah paperbag yang ada di atas mejanya. Lalu mengambilnya dan membawanya ke kamar Banyu. Setelah diketuk tak lama Banyu membukakan pintu kamarnya.
"Pakai ini saja. Nanti biar mahluk jadi-jadian aku belikan yang baru", ujar Xena sambil menyodorkan tas paperbag yang ada ditangannya.
"Mahluk jadi-jadian?", tanya Banyu tak mengerti. Dia mengambil tas itu dan mengintip isinya.
"Sudah pakai saja. Aku akan pakai warna yang sama", ujar Xena lalu kembali ke kamarnya dan mandi.
Mendengar perkataan terakhir Xena, Banyu tersenyum dan kemudian dia juga menutup pintu kamarnya.
Sore menjelang malam, Xena membawa tas dibahunya dan ditangannya ada sebotol hand body lotion Dan menenteng sepatu High heels nya menuruni tangga dengan riang.
Ia lalu duduk di sofa dan kemudian memulaskan lotion ke seluruh tangan dan kakinya yang putih bersih itu. Gaunnya sempat tersingkap saat ia memoleskan lotion di bagian dengkulnya agak ke arah pahanya namun buru-buru ia rapikan gaunnya.
"Ngintip ya", ujarnya agak malu saat menyadari kalau Banyu yang duduk di dekatnya memperhatikan setiap gerak-gerik Xena.
"Siapa yang ngintip, dikasih lihat gitu", celetuk Banyu.
"Pras ikut ngga Xena?", tanya Nathan sambil kemudian duduk disamping Xena.
"Ngga Dad, dia ada meeting sama klien katanya. Lusa dia juga Uda rencana mau ke papanya lagi", ujar Xena riang.
"Oh ke sana lagi?. Kirain dia mau ikut. Harum sekali anak Daddy", ujar Nathan sambil mencium kening Xena.
"Harus dong. Cewe itu harus harum Dad", ujar Xena.
"Masa si?", tanya Xavier tiba-tiba yang baru masuk bersama Luna yang kemudian mencium tangan Nanthan dan berjalan menghampiri Adelia.
"Iya dong. Emang kakak, wangi hanya saat ketemu kak Luna dan ke Kantor aja", ujat Xena menggoda.
Seperti biasa, Xavier pasti mengacak-acak rambut adiknya lalu dengan cueknya dia merangkul adiknya.
"Xena ternyata kamu tuh memang lebih besar dari Luna. Merangkul kamu penuh banget tanganku", celetuk Xavier.
"Justru itu ciri khas Xena. Banyak yang mau rangkul aku kak", ujar Xena lagi sambil menepis tangan Xavier dan memakai sepatu high heels nya.
"Iya pantesan Pras segitunya ya sama kamu", ujar Nathan menggoda.
"Segitunya apa si Dad", tanya Xena tak mengerti.
"Iya, dia sampai tadi saat menelepon Daddy bilang kalau bulan depan lebih baik menikahi kamu saja ngga perlu bertunangan. Padahal kami lagi omongin kerjaan, ujung-ujungnya ke sana. Hadeh anak itu", ujar Nathan menarik nafas panjang.
"Dad, jangan setuju ya omongan dia. Aku mohon Dad", ujar Xena memelas.
"Iya, Daddy juga mengerti kok Cantik", ujar Nathan yang membuat hati Xena tenang.
"Ayo Uda siap belum?", ujar Adelia.
"Ayo let's go", teriak Xena sambil bangun dari duduknya.
Xena menghampiri Banyu lalu melingkarkan tangannya dilengan Banyu. Banyu tersenyum memandang gadis yang ada didekatnya. Pakaian mereka berdua berwarna hampir sama sekilas terlihat seperti sepasang kekasih. Alex dan Sisca memandang penuh arti ke arah kedua orang itu.
Akhirnya mereka berkendara menuju ke rumah Andika menggunakan 2 mobil. Para orang tua bersama dalam satu mobil Alphard dikemudikan oleh Alex dan para orang muda bersama dengan menggunakan mobil Audi R8 milik Adelia.
Sesampainya di depan rumah Andika, Xena yang turun lebih dulu langsung menuju ke pintu masuk, dan mencium tangan Andika lalu Yuni bergantian yang berdiri di depan pintu menyambut mereka.
"Lily mana Tante?", tanya Xena sambil membuka high heels nya.
"Dikamarnya, masuk sana ke kamarnya", ujar Yuni yang menyuruh Xena untuk masuk ke rumah.
Xena lalu berjalan masuk menuju ke kamar Lily tapi kemudian Xena berhenti sebentar karena tiba-tiba dia merasa tidak nyaman di perutnya namun dia paksakan juga berjalan menuju kamar Lily.
Sampai dikamarnya, Xena langsung masuk ke kamar Lily karena ia melihat pintu kamar Lily terbuka lebar dan dari depan pintu Xena dapat melihat Lily sedang menyisiri rambut Riri, adiknya yang masih berusia 13 tahun.
"Cantik sekali adiknya Lily. Mau ketemu siapa si?", ujar Xena, dia duduk di tepi tempat tidur Lily dan bayangannya persis jatuh di belakang mereka.
"Aku kan mau ketemu kak Xavier. Dia idolaku loh", ujar Riri polos.
"Waduh kak Luna ada saingan. Jangan sama kak Xavier, dia Uda mau menikah. Mending sama ini aja. Orangnya ada di depan", ujar Xena memperlihatkan foto Banyu di HP nya. Lily melirik ke HP Xena yang sekarang sedang dipegang oleh Riri.
"Nanti aku kirimkan ke HPmu", ujar Xena menggoda Lily.
"Apa si Xena", ujar Lily.
"Kak kalau yang ini siapa?", tanya Riri sambil memperlihatkan foto Pras yang ada di HP Xena.
"Itu mahluk jadi-jadian", ujar Xena cuek.
"Dia datang juga ngga kak? Aku suka dia kak, kirimkan fotonya ke aku kak", ujar Riri lagi dengan polosnya.
"Kalau itu kamu saingan sama kak Xena, Riri. Itu calon suaminya kak Xena", ujar Lily sambil kemudian duduk di sebelah Xena.
"Akh kak Xena cari lagi aja, dia lebih ganteng dari kak Xavier. Dia ini buatku", ujar Riri lagi.
"Maaf ya Riri, yang ini ngga boleh dan ngga akan aku berikan ke siapapun. Itu cuma ada satu stocknya", kata Xena tersenyum.
"Bajumu bagus. Baru ya?", tanya Lily melihat gaun yang dipakai Xena.
"Dibelikan kak Pras, pas lagi discount. Kaget dia pas bayarnya. Eh iya, kamu pakailah warna serupa ini, Banyu pakai warna ini juga", ujar Xena.
"Kok bisa samaan?", tanya Lily sambil memicingkan matanya.
"Soalnya dia Uda packing bajunya, besok dia mau pulang katanya. Ya Uda aku kasih dia kemeja yang aku beli buat si mahluk jadi-jadian. Bagusnya dia ngga ikut, coba kalo ikut, pasti ngamuk", ujar Xena cuek.
"Iyalah pasti ngamuk. Kamu juga yang cari gara-gara", ujar Lily kalem.
"Aku pakai ini aja, nanti disangka kita group band lagi pake warna senada", ujar Lily lagi. HP Xena berbunyi, ada telepon masuk ke HPnya, panggilan dari Pras.
"Iya kak. Kamu Uda selesai? Iya kami lagi dirumah om Andika. Ngga usah lah. Paling sebentar kok di sini. Iya sayang nanti aku telepon kalau Uda sampai rumah. bye.", ujar Xena lalu menutup teleponnya.
"Uda keluar sana. Aku mau ganti baju dulu", ujar Lily mendorongnya Xena dan Riri keluar kamarnya.
Riri lalu berjalan dengan cepat meninggalkan Xena saat tak sengaja kaki Xena tersandung sesuatu di depan pintu kamar Andika. Xena menunduk meringis kesakitan melihat ke arah kakinya, dia lalu berjongkok. Samar-samar dia mendengar suara Yuni dari dalam kamar.
"Mau apa si kesini? Tumbenan. Jangan bilang mau menjodohkan anaknya Alex dengan Lily kita. Kenapa ngga sama Xena aja, dia itu Uda ngancurin hati Lily merebut Andrew dari Lily. Bahkan sekarang seenaknya mau tunangan dengan CEO Lexi. Seharusnya kalau Xena ngga ganggu Lily dan Andrew, Andrew Masih jadi artis terkenal. Aku jadi ngga suka sama Xena, dia pasti iri sama kecantikan Lily", ujar Yuni ketus.
"Huss kamu jangan omong sembarang kalau ngga tau masalahnya. Xena juga korban, yang salah tuh Andrew. Udah ayo kita keluar, ngga enak ninggalin tamu lama-lama", ujar Andika.
Xena yang menyadari Andika berjalan ke arah pintu, buru-buru berjingkat lari pelan ke arah ruang tamu lalu dia duduk dengan manis disamping Luna.
Hatinya sakit mendengar perkataan Yuni, ia lalu bersandar di ceruk leher Luna yang kaget dengan tingkah Xena yang tiba-tiba itu.
"Kenapa cantik?", tanya Luna.
"Aku mengantuk kak", ujar Xena sambil memejamkan matanya mencegah airmatanya terjatuh.
"Lihat sampai keluar airmata sangking mengantuknya", keluh Xena sambil mengusap matanya yang mulai berair. Xavier memperhatikan raut muka Xena, lalu ia bertukar tempat dengan Luna dan memeluk adiknya.
"Tidur sini, aku peluk. Nanti kalau mau pulang baru aku bangunkan", ujar Xavier lembut.
"Makasih kak", ujar Xena dengan Isak tertahan.
Xavier memberi kode kepada Luna agar dia dapat menutupi tubuh Xena yang sedang dalam pelukan Xavier agar orang tua mereka tidak curiga karena Xavier tau pasti kalau ada yang mengganggu mood adiknya malam ini.