Gadis Yang Tidak Baik

Pintu Ruang UGD terbuka, semua mata memandang ke arahnya. Seorang dokter jaga berjalan menghampiri Nathan yang langsung berdiri menunggu.

"Selamat Malam pak Presdir, Bu Adelia. Ibu Xena sudah kami check kondisinya dan juga hasil tes darahnya sudah keluar. Untungnya bukan DBD ataupun Tyfus. Sepertinya ada semacam bakteri di pencernaan bu Xena, tapi bukan bakteri yang berbahaya. Tubuhnya menjadi panas karena daya imun nya bagus, mempertahankan tubuhnya dari serangan bakteri ini. Kami sudah mengobati dan beliau sudah tersadar. Sekarang sedang kami kirim ke ruang VIP. Jadi kemungkinan satu dua hari ini beliau kami sarankan rawat inap untuk melihat perkembangan nya", ujar dokter tersebut yang membuat lega Nathan sekeluarga.

"Terima kasih ya dok. Dikamar berapa anak saya?", ujar Nathan lega sambil menyalami dokter itu.

"Dikamar 909 pak", ujar dokter itu yang setelah menyalami Nathan lalu menyalami Pras dan Xavier.

Saat menyalami Xavier, dokter itu menahan tangan Xavier sampai ia melihat Nathan berjalan menjauh dengan menggandeng Adelia.

"Pak Xavier, maaf. Ini diluar konteks kemampuan saya, tapi sepertinya ibu Xena tertekan karena sesuatu. Saat dalam pemeriksaan, beberapa kali kami melihat dia terisak dalam tidurnya. Mohon dibantu juga phisikisnya pak. Maaf saya tak berani bicara di depan Presdir, saya rasa bapak lebih dekat dengan bu Xena", ujar dokter itu hati-hati.

Pras yang berada di dekat mereka makin menunjukan muka cemasnya.

"Maksud dokter dia menangis dalam tidurnya?", tanyanya.

"Maaf anda siapanya Bu Xena?", tanya dokter itu.

"Ini calon suaminya dok. Tak apa bicara sama dia juga tentang Xena, terima kasih untuk memberitahukan kepada kami. Akan lebih kami perhatikan dok. Tolong rahasiakan ini dari Presdir ya", ujar Xavier.

Setelah dokter itu mengangguk mengerti, Xavier sambil menggandeng Luna mengajak Pras menyusul ke kamar rawat inap Xena.

Membuka pintu kamar dan melihat Xena terbaring lemas di atas tempat tidur dengan infus nya melekat di tangan. Nathan duduk dipinggir tempat tidur Xena sambil memeluknya sementara Adelia disebelah Nathan memegang tangan Xena erat.

"Halo cantik, kenapa bisa gini si", tanya Xavier yang hanya dijawab lemah oleh Xena dengan senyuman.

Xavier mencium lembut kening Xena. Luna kemudian mendekati Adelia, melingkarkan tangannya pada lengan Adelia yang tersenyum pada calon menantunya yang mulai bisa bermanja padanya. Pras berdiri disamping Xavier hanya tersenyum melihat kekasihnya yang sedang terbaring di atas tempat tidur rumah sakit.

"Dad, Mom, aku antar pulang ya sekalian aku antar pulang Luna. Biar Pras yang temanin Xena disini. Besok baru kalian ke sini lagi. Tadi kan kata dokter, Xena hanya perlu istirahat saja. Kalau kalian disini, nanti Xena malah ngga bisa istirahat. Lagipula dirumah ada om Alex dan Tante Sisca, Ngga enak kan kalau ngga ada kalian di rumah", ujar Xavier.

"Iya Om Tante, kalian istirahat dulu, besok kan bisa ke sini. Biar malam ini saya jaga Xena", ujar Pras.

"Tenang om, saya ngga bisa macam-macam kok kan perawat bakalan sering bolak-balik ke sini", ujar Pras tersenyum jahil saat melihat ekspresi muka Nathan dan Adelia.

"Kamu jangan macam-macam ya. Xavier habis antar kami, kamu kembali lagi ke sini jaga adikmu dan juga awasi anak ini", ujar Nathan sambil menunjuk ke arah Pras.

"Makanya om, biar om ngga berprasangka buruk sama saya terus, gimana kalau saya nikahi saja Xena malam ini ya", ujar Pras.

"Maumu itu. Sudah. Saya percaya kamu. Jaga putri saya", ujar Nathan lalu mencium kening Xena dan Adelia juga mencium anak kesayangannya.

Luna mencium lembut pipi Xena, "Cepat sehat ya Cantik", ujar Luna.

Setelah sempat menoleh ke arah Xena di depan pintu, akhirnya Nathan keluar dari ruangan rawat inap dengan di dampingi Adelia. Xavier menutup kembali ruangan dengan ditemani Luna berjalan menuju ke arah lift dan kembali pulang. Sepeninggalan Nathan dan Xavier, Pras lalu duduk dikursi samping tempat tidur Xena dan menggenggam tanganya erat.

"Sayang kamu kenapa si bisa gini? Kamu makan apa tadi siang? Sembarangan lagi?", tanya Pras lembut.

"Iya, tadi waktu di jalan aku beli jajan. Mungkin si abangnya masukkin yang ngga-ngga kali ya", ujar Xena lemah sambil tersenyum. Pras bangun lalu mencium kening Xena lembut.

"Jangan sembarang jajan yang ngga jelas ya sayang. Lagian kamu juga bukan anak kecil yang makan segala rupa makanan", ujar Pras sambil memelototi Xena.

Xena menjulurkan tangannya, Ia memeluk pinggang Pras lalu menyembunyikan mukanya di tubuh Pras. Pras merasakan kemejanya mulai basah, Pras lalu mengangkat kepala Xena dengan tangannya dan ia melihat mata Xena basah dengan air mata.

"Kenapa kamu sayang?", tanya Pras.

Xena lalu menarik tubuh Pras lalu melingkarkan tangannya ke leher Pras, menyembunyikan mukanya diceruk leher Pras dan kembali menangis dipelukan Pras.

Kali ini ia membiarkan Xena menangis sampai kemejanya kembali basah. Setelah puas menangis, Xena melepaskan tangannya dan Pras lalu menarik kursinya lebih dekat dan ia duduk sambil menggenggam tangan Xena erat.

"Ada apa?", tanya Pras lembut saat melihat Xena sudah mulai tenang.

"Apakah aku bukan gadis yang baik? Apakah aku jahat sama kawanku?", tanya Xena pelan.

"Siapa yang mengatakan itu?", tanya Pras.

"Tante Yuni. Semalam waktu dirumahnya aku ngga sengaja dengar dia bilang sama om Andika kalau aku yang menghancurkan hati Lily, aku iri dengan Lily dan aku merebut Andrew dari Lily. Gara-gara aku, Andrew bukan artis lagi", ujar Xena mengadu seperti anak kecil kepada ibunya.

"Sayang. Kamu pernah bilang sama Luna, jangan perdulikan omongan orang lain tapi lihat pandangan Xavier yang telah memilih Luna karena Luna yang terbaik untuk Xavier. Sekarang aku kembalikan omonganmu itu. Jangan melihat ke semua orang, jangan dengarkan orang lain. Kamu yang terbaik untukku, kamu pilihanku dan tentu saja kamu adalah gadis terbaik yang ada di hidupku. Aku ngga akan mungkin memilih gadis jahat untuk mendampingiku jadi pastikan kalau kamu adalah gadis yang baik. Tante Yuni omong begitu mungkin dia tidak tahu permasalahan sebenarnya. Yang menjatuhkan Andrew bukan kamu tapi aku. Aku yang menghancurkan karier Andrew karena dia berani mengganggu gadisku. Jadi sayang, jangan pernah berpikir lagi kamu bukan gadis yang baik. Kamu setia kawan, kamu ceria dan kamu cintaku", ujar Pras bersungguh sungguh.

Ia menatap mata Xena dalam dan Xena kemudian tersenyum, setelah mendengar kata-kata Pras, hatinya kembali damai. Semua kesedihannya tadi seakan terangkat semua.

"Tidurlah. Aku akan menunggumu di sini", ujar Pras sambil membenarkan letak bantal Xena.

Xena menangguk. Pras tersenyum lalu membelai rambut yang menutupi muka Xena, dan sebentar kemudian karena obatnya sudah mulai bekerja, Xena menutup matanya tertidur ditemani tatapan Pras yang menatapnya dengan seluruh cintanya.

Pras lega karena Xena sudah terbuka padanya dan menjadikan dirinya tempat mengadu. Tak lama karena lelah, Pras meletakkan kepalanya dipinggiran tempat tidur Xena dan ia tertidur dengan keadaan duduk. Malam itu Xavier tidak kembali ke Rumah Sakit karena ia tahu hanya Pras yang bisa membuat adiknya tenang saat ini.