Xena membuka matanya dan ia masih berada di kamar orangtuanya. Xena lalu duduk dan melihat Nathan sedang duduk di sofa sambil melihat ke arah Tabnya. Xena mendekati Nathan lalu duduk dipangkuan Nathan.
"Anak Daddy Uda bangun. Makan yuk, pasti kamu sudah lapar", ajak Nathan sambil menaruh Tab disampingnya dan memeluk tubuh anaknya erat.
"Aku masih lemas, gendong aku Daddy", ujar Xena manja.
"Astaga Xena, kamu sudah mau jadi ibu, masih minta digendong Daddy", ujar Adelia terperanjat.
"Daddy ngga mau ya?", tanya Xena sambil memasang muka memelas.
Tanpa berkata-kata Nathan membopong tubuh Xena keluar dari kamar, Adelia membukakan pintu kamar untuk Nathan. Nathan membawa putrinya duduk di meja makan.
"Astaga ada tuan putri minta gendong", ledek Xavier yang datang merangkul Luna.
Pras yang baru tiba di meja makan hanya diam melihat istrinya yang duduk diantara Nathan dan Adelia.
"Duduk disini Pras", ajak Adelia meminta Pras duduk disampingnya.
"Xena tukar duduk sama Mommy", ujar Nathan.
"Ngga mau. Aku mau duduk disamping Daddy sama Mommy, sama orang yang percaya sama aku", ujar Xena ketus.
"Sayang", ujar Pras yang merasa tersindir.
"Oh lagi perang rupanya", ledek Xavier.
"Sudah-sudah, ayo makan dulu", ujar Adelia lembut.
Xena belum membuka piringnya, ia hanya menggigit sendoknya sambil melihat ke arah Nathan yang akan mulai makan.
Nathan melihat ke arah anaknya dan berkata, "Mau sepiring berdua Daddy?".
"Mau", ujar Xena mengangguk riang.
Nathan mendorong piringnya sehingga piringnya jadi terletak diantara Nathan dan Xena.
"Xena kenapa ngga makan sendiri si?", ujar Adelia lembut sambil mengelus rambut anaknya.
Xavier dan Luna hanya senyum-senyum melihat tingkah Xena sementara Pras hanya terdiam.
"Paling enak makan dari piring orang Mommy. Kalo dari piring aku sendiri, aku ngga nafsu makan Mommy", ujar Xena menjelaskan.
"Bawaan orok ya sayang", ujar Nathan lembut.
"Hahahaha .. Iya Daddy, bawaan orok", ujar Xena riang.
Pras menghela nafas panjang, energi nya seakan terkuras habis menghadapi sikap istrinya hari ini. Selesai makan, semua mulai berdiri dari kursi mereka tetapi tidak Xena. Ia masih duduk di kursinya menatap Nathan.
"Ngga mau, Daddy ngga mau gendong kamu lagi. Pras, gantian, sekarang tugas kamu tuh", ujar Nathan tegas.
Pras tersenyum lalu mendekati Xena. Xena buru-buru bangun dan akan berjalan menuju kamar Nathan tapi Pras menahannya lalu membopong Xena dalam pelukannya. Xena berontak tapi tenaga Pras lebih kuat darinya.
"Xena diam nak, nanti jatuh", ujar Adelia menasehati.
Xavier, Luna dan Nathan hanya tersenyum melihat tingkah Xena. Pras menatap tajam Xena, raut mukanya benar-benar terlihat marah. Xena akhirnya menyerah dan Pras membawa Xena naik ke kamarnya. Xena yang membuka pintu kamar dan Pras menutupnya dengan kakinya. Dengan hati-hati Pras meletakkan tubuh Xena diatas tempat tidur.
"Sayang, sudah dong. Aku cape banget seharian ini. Sudah ya", bujuk Pras sambil duduk disisi tempat tidur.
Xena hanya diam dan memandang ke arah lain. Pras mengambil bantal dan menyusun nya diujung tempat tidur sehingga Xena dapat bersandar dengan nyaman. Pras mencium kening Xena lembut.
"Kamu masih ngga mau cerita kan?", kata Xena ketus.
"Soal Dia?", tanya Pras sambil menarik napas panjang.
"Iya", ujar Xena.
"Baiklah. Aku ceritakan", ujar Pras akhirnya pasrah.
"Dia yang dimaksud adalah ibu kandung ku", ujar Pras. Xena mengerutkan keningnya tak mengerti maksud ucapan Pras.
"Mungkin kisah hidupku dan papiku sama dengan drama-drama yang sering kamu tonton di TV", ujar Pras dengan raut muka sedih.
"Maksudnya?", tanya Xena.
"Kalau ingat dia, aku teringat luka batin papiku", ujar Pras lagi.
Ia diam sejenak menarik nafas panjang sambil mengumpulkan semua keberanian menceritakan kisah hidupnya kepada Xena.
"Papi dan Mama kandungku menikah saat papiku menjadi Manager di suatu perusahaan. Mereka hidup berkecukupan. Sampai saat aku lahir, perusahaan tempat papi bekerja mengalami kemunduran. Banyak karyawan di pecat karena memang perusahaan mulai bangkrut termasuk papi aku", ujar Pras diam sejenak. Ia menatap istrinya dalam.
"Papi berusaha mati-matian mencari nafkah buat kami bertiga tapi karena mama aku terbiasa hidup mewah tidak bisa menerima kenyataan harus hidup terpuruk. Saat papi ku mencari nafkah, aku yang masih berumur 2 tahun saat itu kerap kali dipukuli oleh mama aku karena ia menganggap aku anak pembawa sial, tapi saat papi aku ada, mama aku terlihat sayang sama aku. Selain sering memukuli aku, mama aku juga ternyata berselingkuh dengan rekan kerja papi aku yang telah maju dan bekerja di tempat lain. Mama aku akhirnya lari dengan pria itu meninggalkan aku yang hampir mati dia pukuli", ujar Pras meneteskan air mata. Xena langsung memeluk tubuh Pras erat.
"Kalau saja papi aku tidak datang tepat waktu saat itu, hari ini mungkin aku tidak ada disini", ujar Pras menangis tanpa bersuara. Xena makin memeluk erat Pras. Tubuh Pras bergetar menahan kesedihannya.
"Sejak itu papi aku membawa aku pergi jauh dari kota kelahiranku. Dia berusaha dengan giat mencoba segala hal dan akhirnya ia bertemu dengan mami Wendy. Papi dan Mami akhirnya menikah dan Mami benar-benar menyayangiku seperti anak kandungnya sendiri. Dia tidak pernah membedakan aku dengan Anthony maupun Viola. Malah dia selalu mengutamakan kepentingan aku diatas adik-adik ku. Saat ini mama aku sudah mendengar tentang keberhasilan aku dan papi aku, dia minta untuk bertemu kami untuk meminta maaf katanya. Aku sudah tidak mau bertemu lagi dengan perempuan itu lagi tapi papi selalu meminta aku menemuinya walaupun sekali saja", ujar Pras lagi setelah ia lebih tenang.
Xena memegang wajah suaminya dengan kedua tangannya, lalu dengan lembut ia mencium bibir Pras.
"Maafkan aku sayang yang telah salah paham. Maaf kan aku", ujar Xena merasa bersalah.
"Tak apa sayang, aku yang salah tidak menceritakan semuanya dari awal, hingga kamu salah paham sama aku", ujar Pras tersenyum. Xena mencium lembut bibir Pras, Pras membalas mencium kening Xena.
"Tidurlah sayang. Ingatlah selalu, aku mencintaimu. Aku akan selalu berusaha untukmu dan untuk little Bean anak kita", ujar Pras sambil mengelus perut Xena.
Xena menggeser posisi nya sehingga Pras kemudian dapat merebahkan diri di atas tempat tidur. Xena kemudian masuk ke dalam pelukan Pras dan tak lama mereka berdua tertidur dengan senyum mengembang di bibir mereka berdua.