Resepsi pernikahan Anthony-Lily berjalan lancar kemarin. Walaupun sempat terlambat dari jadwal gara-gara Lily yang tidak puas dengan make up yang dipakainya saat acara resepsi yang periasnya di rekomendasikan oleh Yuni, mami Lily.
Saat melihat hasil makeup nya, Lily amat kecewa sehingga ia meminta di makeup ulang oleh perias yang direkomendasikan oleh Xena yang meriasnya saat akad nikah. Walaupun kecewa, Yuni hanya bisa diam saat Lily sempat ngomel memarahinya karena asal merekomendasikan perias tanpa melihat dulu hasil kerjanya.
Siang itu Xena dan Pras mengantarkan Agung, Wendy dan Viola ke rumah yang dibelikan oleh Agung untuk ditempati oleh Anthony dan Lily. Anthony dan Lily sementara tinggal di rumah Andika, orang tua Lily.
Saat tiba di rumah itu, Anthony dan Lily telah lebih dulu tiba ditemanin Yuni dan Riri. Rumah itu hampir sebesar rumah Prasetya dan Yuni terlihat sangat senang karena besannya membelikan anaknya rumah sebesar itu.
Xena dan Pras mencium tangan Yuni yang dengan ramah menyambut mereka, namun Yuni sempat melirik ke arah leher Xena yang memakai kalung pemberian dari Wendy. Johnny yang baru datang buru-buru menghampiri Agung dan memberikan kunci serta surat-surat rumah tersebut.
"Lily, rumah ini atas nama kamu ya. Ini kunci rumahnya", ujar Agung sambil memberikan kunci rumah dan surat-surat kepada Lily yang menerimanya dengan senyuman.
"Terimakasih papi", ujar Lily.
Yuni terlihat sangat bangga kepada anaknya dan ia sempat melirik melihat ekspresi muka Xena dan Pras namun ia harus kecewa karena Xena terlihat tenang-tenang saja. Malah Wendy merangkul menantunya dengan erat sementara Lily hanya digandeng oleh Yuni karena baik Pras maupun Anthony malah sibuk melihat-lihat sekeliling rumah. Lily lalu membuka pintu rumah dan mereka masuk bersama-sama ke dalam rumah.
"Furniture nya belum dibeli, nanti kalian pilih lah mana yang kalian suka", ujar Agung lagi.
"Iya, nanti kalian pilihlah, aku yang akan bayar sebagai hadiah pernikahan kalian. Johnny nanti tolong diatur ya", ujar Prasetya kepada Johnny.
"Makasih ya papi, kak Pras. Thank you so much, We really appreciate it. And to you Kak, thanks again for everything that you have done for me and my wife", ujar Anthony sambil memeluk kakaknya.
"You're welcome. after all we are family, right?", ujar Prasetya.
"You're the best brother Kak", ujar Anthony lagi.
Saat Wendy, Agung, Lily, Viola, Anthony dan Pras melihat-lihat ke halaman belakang rumah, tinggal Xena dengan Yuni ada di teras belakang rumah.
"Xena, kamu kalung kamu bagus banget, beli dimana?", tanya Yuni menyelidik.
"Ini? Dikasih mami Wendy, Tante. Ini blue sapphire asli Srilangka loh, harganya lebih mahal dari berlian", ujar Xena polos sambil memegang kalungnya.
"Oh itu lebih mahal dari berlian ya?", ujar Yuni dengan nada ketus karena ia merasa kesal karena hadiah anaknya lebih murah dibandingkan hadiah Wendy untuk Xena.
"Setau aku si iya, ini lebih mahal", ujar Xena.
"Xena kamu ngga minta dibelikan rumah juga sama mertuamu? Bukankah kalian belum pernah dibelikan rumah oleh pak Agung?", tanya Yuni.
"Lily saja yang baru jadi menantunya sudah diberikan rumah sebesar ini, kamu ngga iri?", tanya Yuni lagi bermaksud memanas-manasi Xena.
"Untuk apa iri Tante. Iri hati itu penyakit jiwa Tante, Aku ngga mau jiwaku sakit dengan punya penyakit iri hati. Mommy selalu bilang, jangan pernah iri pada orang lain, karena orang lain yang kita iri akan semakin Tuhan berikan rejeki lebih yang akan membuat penyakit iri hati makin menjadi. Selalu ikhlas, bersyukur pada Tuhan dan menerima apa adanya pemberian Tuhan itu yang paling utama agar hidup kita tenang Tante", ujar Xena tenang.
Kata-kata Xena yang monohok sangat kena dihati Yuni, karena Yuni memang selalu iri akan apapun kepunyaan Adelia, Mommy Xena. Yuni cemberut diam dan Xena tersenyum kecil sambil melirik sedikit ke arah Yuni karena ia tau Tantenya itu pasti merasa tersindir.
Pras datang dengan diikuti yang lainnya tersenyum kepada Xena istrinya sambil memberikan Xena sebuah amplop coklat.
"Apaan ni sayang?", tanya Xena sambil menerima amplop itu.
"Itu hadiah papi untukmu. Surat tanah dikavling belakang rumahmu yang sekarang. Kemarin papi lihat dari jendela dikamar kalau di belakang rumahmu masih ada kavling kosong, jadi saat Papi dan Mami jogging kemarin sore, papi langsung hubungi perantaranya lewat HP di spanduk yang ada di pagar depan kavling itu. Tanah itu atas nama kamu, jadi rumah kamu bisa diperbesar ke belakang lagi. Yah walaupun tak sebesar rumah Daddy kamu, setidaknya papi tidak malu lagi karena anak papi juga punya halaman belakang", ujar Agung tersenyum.
"Makasih banyak Papi, Mami", ujar Xena lalu memeluk Agung dan Wendy bergantian.
"Aduh, little Bean sampe tendang eyang juga ya? Kamu senang ya nak?", ujar Wendy sambil memegang perut Xena merasakan tendangan dari bayi dalam perut Xena.
"Iya kayanya dia senang banget, dia juga mengucapkan terimakasih", ujar Xena lembut.
"Terimakasih kembali sayang", ujar Wendy sambil tetap memegang perut Xena.
Semua tersenyum tulus sementara Yuni makin tersenyum sinis karena ia kembali memelihara penyakit iri hatinya kepada Xena. Ia tahu benar kalau kawasan tempat Xena tinggal adalah kawasan elite yang pasti harga kavling disana bukanlah dengan harga murah. Tapi Yuni mencoba untuk menerima karena setidaknya anaknya telah juga dibelikan rumah yang sebesar ini oleh mertuanya. Lily terlihat sangat bahagia dalam pelukan Anthony.