Xavier sangat sibuk siang itu saat ia melihat Pras dengan santainya masuk ke ruang kerjanya.
"Ngapain bawel? Lagi ngga ada kerjaan loe?", tanya Xavier judes.
"Jiah galak amat loe mentang2 mau jadi pengantin. Ada yang mau gw bantuin ngga? Gw lagi iseng aja naik ke ruangan loe", ujar Pras cuek sambil duduk di atas sofa.
"Kebenaran, loe cocokin dong data ini, kok gw ngga nemu ya selisihnya", ujar Xavier sambil memberikan sejumlah dokumen kepada Pras.
"Soft copy nya ada dimana?", tanya Pras.
"Tuh Uda gw taruh di server", ujar Xavier tanpa menoleh lagi dan kembali sibuk dengan pekerjaannya yang lain.
"Terang aja loe ngga nemu selisihnya, sampe lebaran monyet juga ngga bakalan ketemu kalau loe nyarinya pake hard copy. Lah ini row nya di soft copy nya ada yang ke hidden jadi ikut ke jumlah", ujar Pras santai. Xavier melihat soft copy nya lagi dan langsung tertawa.
"Gila, gw pusing hampir sejam cuma gara-gara data yang ke hidden. Mata loe jeli banget. Ni bantuin gw yang lain lagi deh", ujar Xavier memberikan lagi sejumlah documen kepada Pras.
"Jeee nambah. Ya Uda sini. Ini yang terakhir ya, soalnya gw lagi males mau ngapa-ngapain", ujar Pras menyandarkan tubuhnya ke sofa dengan malas. Xavier memanggil Assisten nya, Widia untuk masuk ke ruangan.
"Widia, ini kembalikan lagi file2 ini ke bagian tender, suruh mereka lebih teliti lagi. Buang2 waktu saya aja", omel Xavier dan Widia langsung mengambil Documen yang disodorkan Xavier. Ia sempat melirik ke arah Pras yang tampak santai di Sofa.
"Itu orang bawel itu jangan diliatin mulu, mau kamu digebrak sama Xena", tegur Xavier.
"Oh maaf pak Presdir", langsung Widia buru-buru keluar ruangan Xavier dengan muka merah karena malu ketahuan.
"Hei loe duduk yang bener, Assisten gw sampe ngeliatin loe begitu banget", ujar Xavier sambil menimpuk Pras dengan kertas yang ia remas-remas.
"Brisik loe. Nih Uda selesai, gw balik akh ke bawah. Gw mau tidur di pelukan Xena aja", ujar Pras sambil menyerahkan documen yang tadi diberikan Xavier lalu ngeluyur keluar ruangan Xavier menuju ke lift untuk turun satu lantai menuju ke ruangannya.
"Hebat juga tuh si bawel. Kelihatannya aja malas-malasan tapi kerjaannya beres. Akh kenapa ngga dari tadi aja dia ke sini", ujar Xavier lalu memanggil kembali Assisten nya untuk memberikan data yang telah diperiksa dan telah ia tandatangani ke bagian marketing.
"Widia, ini kasih semua ke bagian Marketing ya. Saya akan cuti Minggu Depan. Kalau ada data seperti ini lagi kasih ke pak Prasetya aja, jangan ke ibu Xena, bisa jerit-jeritan dikuping saya kalau dikasih ke Xena", ujar Xavier tersenyum.
"Baik pak", ujar Widia dengan hati senang karena dia punya alasan untuk bertemu dengan Pras.
"BTW jangan suka curi-curi pandang si bawel di depan Xena kalau kamu ngga mau benjol ya", ujar Xavier tersenyum.
"Iiiya Pak Xavier. Saya juga ngga berani pak", ujar Widia polos.
"Oke, saya mau pulang sekarang, kamu jangan lembur, malam Sabtu ni, besok kita bisa santai-santai", ujar Xavier mengambil Tabnya dan kemudian keluar dari ruangannya menuju ke lift.
Widia tersenyum melihat bosnya yang begitu ceria berbeda dari tadi yang begitu suntuk. Dilantai 8, Xavier bertemu dengan Xena yang sedang dipeluk oleh Pras dan masuk lift dengan tetap memeluk Xena.
"Kamu bawa koala ya?", sindir Xavier.
"Bukan koala kak, Gorila ini. Daritadi kaya gini terus, gerah kan di gelayutin mulu", herdik Xena kesal.
"Aku malas mau ngapa-ngapain sayang. Aku ngga punya tenaga", ujar Pras sambil membenamkan mukanya di leher Xena.
"Hei besok gw cuti loe yang gantiin periksa ya, gw uda bilang Widia buat kasih ke loe documen yang harus gw kerjain", ujar Xavier.
"Separuh gaji loe buat gw ya", ujar Pras dengan cueknya.
"Enak aja, loe Uda dapat gaji dari 3 tempat masih minta gaji gw juga", dumel Xavier.
"Ngga ada yang gratis coy", ujar Pras cuek.
"Tau ni si kakak. Gaji dia soalnya masuk ke kantong aku juga", ujar Xena sambil tersenyum senang.
"Suami istri samanya aja", dumel Xavier kesal.
Sampai di Lobby, Xavier dan Xena yang masih di gelayuti Pras keluar lift yang membuat orang yang ada di Lobby tersenyum melihatnya.
"Hai sayang", sapa sebuah suara yang mengagetkan ketiganya.
"Astaga Adriana, gw kirain siapa yang manggil sayang", ujar Xena.
"Loh memang siapa lagi yang akan manggil kak Xavier sayang?", tanya Adriana curiga.
"Jangan dengarkan Xena, cuma kamu doang sayang yang panggil itu", ujar Xavier.
"Itu kenapa Xena bawa tas ransel gede banget", ledek Adriana.
"Ini Gorila Adriana, menyebalkan tau dari tadi begini terus", ujar Xena makin kesal.
Pras tidak merubah posisinya walaupun Xena mengomel. Saat berdiri di depan pintu masuk, mobilnya lebih dulu tiba sehingga ia langsung menyuruh Pras masuk duluan ke dalam mobil.
"Sayang, ayo masuk ke mobil, biar cepat sampai rumah", ujar Xena.
Pras dengan malas membiarkan Xena masuk lebih dulu ke dalam mobil sambil menaruh tangannya di atas mobil menjaga kepala Xena, setelahnya dia baru masuk ke mobil dan langsung merubah posisi duduknya menjadi agak menyender ke belakang.
"Tidurlah, sampai di rumah nanti aku bangunkan", kata Xena lembut. Setelah mobil Xena dan Pras meninggalkan Lobby Gedung WD Group, tibalah mobil Xavier.
"Pak, kalian pulang aja duluan, saya antar Adriana pulang dulu baru pulang ke rumah", ujar Xavier.
"Maaf pak Xavier, kami sudah mendapatkan perintah dari pak Nathan tetap selalu mengawal bapak dan ibu sampai kalian tiba di rumah", ujar salah satu pengawal lalu masuk ke dalam mobil pengawal dibelakang mereka.
"Sudahlah sayang, biarkan saja mereka menjalankan tugas mereka", ujar Adriana. Akhirnya Xavier menyerah dan membiarkan pengawalnya mengikuti kemanapun mereka pergi.