Chapter 18 : Penemuan Baru

" Ruang Dokter Evan - Rumah Sakit Adyatama "

Di sebuah ruangan bernuansa cat putih, barang-barang tertata dan tersusun rapih. Di meja kerja terlihat seorang laki-laki tampan yang duduk dengan tegak sedang fokus bekerja di depan komputernya. Lelaki tampan itu tidak lain adalah dokter evan. 

Drrtt... drrtt!

Fokus dari evan teralihkan saat ponsel nya yang ada di atas meja bergetar mendapat panggilan masuk. Segera mengambil dan mengangkat panggilan tersebut, "kau sudah mendapatkan informasihnya? Siapa laki-laki itu...?", tanyanya to the point.

"mayor infanteri muhammad alvar rusydi. Dia lulusan terbaik akademi militer di Magelang. Dia anggota TNI matra angkatan darat, dan tergabung dalam anggota koppasus atau komando pasukan khusus, pasukan elit Indonesia...", begitu informasi dari lelaki di ujung sana.

Evan mendengarkan seksama penjelasan dari salah satu informan kepercayaannya, "menarik juga, rupanya dia seorang tentara. Apa hubungan mereka...?"

"tidak ada hubungan special di antara keduanya. Hanya hubungan seperti selanyaknya kaka dan adik..."

Evan menyeringai setelah mendengar balqis dan laki-laki bernama alvar tidak memilik hubungan special. Entah mengapa dia bisa menghela nafas lega, "terimakasih informasinya sangat membantu sekali...", langsung panggilan di putus secara sepihak olehnya.

"sepertinya aku tidak memiliki saingan untuk mendekati dokter balqis...", ucapnya.

~~~

" Pusat Laboratorium forensik - Polres Metro Jakarta Pusat "

Di ruang otopsi jenazah bersama tim divisi polisi. Seorang dokter forensik bernama heru sedang mengotopsi seorang laki-laki berusia 45 tahun, keterangan kematian bunuh diri dengan menembakkan peluruh ke dalam mulut.

"almarhum bapak wahyudi. laki-laki berusia 45 tahun. Di tubuh jenazah tidak menemukan kekerasan fisik...", ucap dokter heru sambil memeriksa bagian tengkorak posterior yang disana bisa terlihat jelas luka tembakannya. 

Dokter heru menyayat tengkorak jenazah menggunakan scalpel dan menggunakan pinset dia mengambil peluruh yang bersarah di tengkorak bagian belakang jenazah, kemudian dia melihat menggunakan kaca loop atau kaca pembesar untuk melihat kedalaman dari luka tersebut.

Dokter heru terbelalak setelah melihat kedalaman lukanya. Dia melepas masker dan berjalan keluar dari ruang otopsi setelah selesai mengotopsi jenazah bapak wahyudi selama enam jam dengan membawa data hasil otopsinya.

"dokter heru. Bagaimana dengan hasil otopsinya...?", tanya detektif bayu.

Dokter heru mengulurkan data hasil otopsi jenazah bapak wahyudi kepada detektif bayu, "almarhum tidak bunuh diri..."

Mata detektif bayu terbelalak mendengarnya penuturan dari dokter heru.

~~~

" Taman Rumah Sakit Adyatama "

Siang itu di taman Rumah Sakit Adyatama. Para dokter sedang menikmati waktu istirahat dengan bercengkerama sesama rekan, melepaskan penat dan lelah setelah melakukan menfollow up pasien yang biasa dilaksanakan secara rutin.

Seorang lelaki setengah baya memakai seragam PDH polisi, bertubuh tinggi, hidung mancung, berkulit cekolat sawo matang. Nampak berjalan menyusuri lorong-lorong dan ruang-ruangan rumah sakit. Dia adalah kombes.pol haryo, langkahnya berhenti saat tiba di taman rumah sakit pandangannya mengarah pada seorang laki-laki yang sedang duduk di bangku taman. Tidak lain adalah keponakannya alvar.

"om...", panggil alvar menarik seulas senyum kepada pamannya.

Kombes.pol haryo mendekat kearah keponakannya dan bergabung duduk di bangku taman, "bagaimana keadaanmu? Apa sudah membaik?", tanyanya, "maafkan om yang baru sekarang menjengukmu..."

"alhamdulillah, sudah membaik. Lusa nanti alvar sudah boleh pulang. Tidak perlu minta maaf, alvar mengerti. Om akhir-akhir ini sedang sibuk...", ujar alvar.

Tangan kombes.pol haryo menepuk pundak keponakannya, "syukurlah kalo begitu, om lega mendengarnya kamu sudah membaik. Kamu tenang saja, om yang akan mengantarmu pulang", ucapnya, "oh ya, bunda mu dimana...?"

Alvar membalas dengan anggukkan kepala, "oh, bunda tadi pulang karena ada urusan di toko mabel..."

Alvar merogoh saku baju pasien yang di dalam nya terdapat ponsel miliknya dan memberikan ponselnya itu kepada pamannya, "om dengarkan sendiri. Aku sudah merekam pembicaraanku dengan hassan, saat menelpon kemarin..."

Di ambillah ponsel keponakannya itu dan memutar file rekaman suara. Kombes.pol haryo bersama alvar mendengarkan suara file rekaman suara tersebut. Di sana pamannya terlihat cukup tercengang mendengar rekaman itu dan ribuan pertanyaan bersarang di kepalanya mengenai tujuan hassan memberitahu akan transaksi narkoba itu kepada alvar.

"apa tujuannya melakukan itu...?", Kombes.pol haryo bertanya-tanya.

"itu telepon pertama dari hassan. Kedua nya hari ini, pagi tadi hassan kembali menelpon...", ujar alvar.

"apa? Dia menelpon lagi?", kombes.pol haryo menyatakan keterkejutannya.

Alvar kembali memutar file rekaman suara dari hassan. 

"Tuhan memang baik karena mempertemukan aku dan kamu, mayor alvar. Tak akan lama lagi, kita berdua akan sering bertemu. Santai saja dan nikmati alurnya. Lambat laun kau pasti akan mengetahui tujuanku..." belum selesai rekaman suara itu selesai. Alvar langsung mematikan sepihak agar pamannya tidak mendengar ucapan hassan yang terakhir.

"maafkan alvar, om. Alvar tidak bisa memberitahu bagian akhirnya...", ucap alvar didalam hati.

Setelah mendengar semua rekaman suara itu. Kombes.pol haryo terdiam berusahan mencerna semuanya. Dia tidak tau harus berkomentar seperti apa.

"om, mengenai hassan. Apa kepolisian sudah mencari tahu...?", tanya alvar.

Kombes.pol haryo tampak mengeleng sambil menghela nafas, "belum, untuk sekarang belum ada perkembangan informasi mengenai hassan. Om akan memberitahumu setelah mendapatkan informasinya..."

Drttt... drrtt...!

Saat sedang asik berbincang-bincang, suara nada dering panggilan berbunyi. Kombes.pol haryo yang menyadari ponselnya berbunyi, dia mengeluarkannya dan melihat layar ponselnya rupanya dari anggotanya detektif bayu yang menelpon dirinya. Dia segera mengangkatnya.

"halo bayu..."

"komandan, hasil otopsi sudah keluar. Almarhum pak wahyudi tidak bunuh diri...", ucap detektif bayu di ujung sana.

Mendengar itu mata kombes.pol haryo membulat sempurna, "baiklah, aku akan segera ke kantor sekarang...", jawabnya langsung memutuskan panggilan teleponnya.

Alvar bertanya-tanya melihat ekspresi wajah pamannya nampak terkejut, "ada apa, om...?"

"om sepertinya harus kembali ke polres. Hasil otopsi dari jenazah pak wahyudi sudah keluar...", jawab kombes.pol haryo. "ayo om bantu kamu ke ruang rawat..."

"baiklah om..."

Kombes.pol haryo langsung memapah keponakannya masuk ke dalam ruang rawat kembali, dengan hati-hati pamannya membantu alvar untuk tidur ke brangkar. Kombes.pol haryo menarik selimut untuk menutup tubuh alvar.

"om pamit pergi dulu yah. Kamu cepatlah sembuh, assalamualaikum...", pamit kombes.pol haryo. Ia menepuk pundak keponakan kesayangannya sesaat sebelum melangkah pergi.

"iya om. Waalaikumsalam...", jawab alvar.

~~~

" Pusat Laboratorium forensik - Polres Metro Jakarta Pusat "

Sesampainya di kantor Polres Metro Jakarta Pusat, kombes.pol haryo menghentikan mobil Mitsubishi Galant V6 milik kepolisian di halaman parkir kantor Polres Metro. Kombes.pol haryo keluar dari mobilnya. Kakinya melangkah masuk ke dalam kantor, banyak anggota polisi menyambut dengan memberi hormat.

Seorang detektif laki-laki bernama bayu yang melihat komandannya berjalan kearahnya. Dia berdiri memberi hormat dan menyerahkan laporan hasil otopsi kepada komandannya.

"kita ke ruang otopsi sekarang...!", perintah kombes.pol haryo.

Kombes.pol haryo bersama detektif bayu berjalan melewati lorong-lorong kantor polres metro, sampailah mereka di ruangan otopsi. Dokter heru yang mengetahui kedatangan dari kombes.pol haryo ke ruang otopsi, dia melepas masker dan menghentikan kegiatan otopsinya.

Dokter heru melepas kacamatanya, "aku sudah memeriksa jenazah pak wahyudi. Dia tidak bunuh diri..."

"heru, bisa kau jelaskan secara detail...", pinta kombes.pol haryo.

Dokter heru membuka kain penutup pada jenazah pak wahyudi, "say sudah memeriksa pistol yang di gunakan, hasilnya hanya ada sidik jari dari korban. Di kasus ini, korban memang menggunakan ibu jarinya untuk menarik pelatuk dan menembak dirinya sendiri. Tapi arah peluruh masuk ke tengkorak posterior korban. Saya membandingkan dengan kasus bunuh diri lain dengan menggunakan senjata api. Dalam kasus arah peluruh ke tengkorak posterior, pelatuk ditarik oleh jari telunjuk...."

Kombes.pol haryo dan detektif bayu mendengar dengan seksama penjelasan dari dokter heru, "Dalam hal pelatuk ditarik oleh ibu jari, seharusnya peluruh masuk ke arah leher bukan ke tengkorak posterior. Jika itu bukan kebetulan, maka itu berarti bukan bunuh diri. Itu dibuat agar terlihat seperti adegan bunuh diri setelah dia terbunuh..."

"dan juga, ada beberapa memar berbentuk dua garis sejajar pada punggungnya. Pada paha di sekitar kemaluannya terdapat 5 luka bakar berbentuk bundar berukuran diameter kira-kira satu sentimeter. Saya mencurigai adanya tindakan kekerasan pada korban sebelum pelaku membunuhnya menggunakan senjata api...", jelas dokter heru.

Kombes.pol haryo sambil membaca hasil laporan otopsi dari dokter heru.

"saya menduga lokasi pembunuhan bukan di TKP. Tetapi dilakukan di tempat lain, lalu jenazahnya dibawa ke TKP..." ujar dokter heru.

"pembunuhan ditempat lain...?", kombes.pol haryo memastikan.

"iya betul. Dengan luka tembak di tengkorak belakang, beberapa memar di punggung dan luka bakar di sekitar kemaluan. Semua luka itu di lakukan dalam waktu bersamaan, dan selama saya mengidentifikasi di TKP semua bersih tidak menemukan alat apapun selain senjata api yang dipegang oleh korban...", jelas dokter heru.

Drttt... drrtt...!

Dirasa ponselnya berdering, kombes.pol haryo langsung mengambil dan segera mengangkat panggilan masuk dari detektif putu. 

"maaf sebentar, saya keluar untuk mengangkat telepon dulu..." Sebelum mengangkat dia izin keluar dari ruang otopsi untuk menjawab panggilan.

Panggilan pun di angkat, "halo, putu. Bagaimana kamu menemukan sesuatu di TPI...?", tanya kombes.pol haryo.

"komandan. Di gudang TPI, kami menemukan ruang rahasia di dalamnya terdapat alat-alat laboratorium yang sepertinya untuk meracik sabu-sabu...", ujar detektif putu di panggilan tersebut.

Mata kombes.pol haryo terbelalak sempurna, "sita alat laboratorium serta bahan-bahan pembuat sabu itu, bawa ke polres untuk ditindak lanjuti...!", perintahnya.

"baik komandan...!"

~~~

" Gudang Tempat Pelelangan Ikan - Muara Kamar, Jakarta Utara "

Pukul 15.00 WIB

Sore itu, pukul tiga sore. Kedatangan polisi di Muara Jamal, Jakarta Utara membuat para warga berbondong-bondong keluar rumah dan mendatangi lokasi Gedung TPI atau Tempat Pelelangan Ikan. Dari dalam gedung tersebut anggota polisi menemukan alat laboratorium, yaitu tiga tabung labu, empat elmeyer, satu kaca termometer, delapan gelas ukur, corong kaca, sendok aduk, cawan kaca, selang serta 100 lembar kertas saring dan alat suntik. Serta bahan yang diduga digunakan untuk meracik narkotika jenis sabu-sabu diantarannya, Satu botol kaca berisi dua liter bahan kimia cair jenis Red phospor, satu botol bahan kimia cair diduga prekusor jenis sulphuric acid, dua bungkus plastik yang diduga sebagai iodium, satu kantong besar NAOH (soda api) seberat setengah kilogram.

Disana, petugas menyita berbagai alat laboratorium serta bahan-bahan pembuat sabu itu untuk ditindak lanjuti di Polres Metro Jaya, Jakarta Pusat.

Detektif putu yang penasaran dengan tumpukan-tumpukan ikan itu. Dia berjalan kesana untuk melakukan pemeriksaan dan pengecekkan karena terlihat tumpukan ikan tersebut begitu sangat mencurigakan untuknya.

Di tumpukan ikan-ikan itu, tepat dibawah kakinya terdapat sebuah benda mirip seperti perangko. Detektif putu langsung mengambil benda tersebut dan menyimpannya di kantong bening untuk ikut melakukan penyelidikan.

"tolong periksa bagian tumpukan ikan ini...!", perintah detektif putu.

"baik pak...", jawab anggota polisi.

Detektif satria mendekat kepada rekannya, "apa yang di kantong itu...?"

Di balas dengan gelengan kepala oleh detektif putu, "entahlah, benda ini mirip seperti perangko. Aku membawanya barangkali ini bisa dijadikan barang bukti.

Para anggota polisi menemukan sebuah kardus, dan saat dibuka kardus tersebut berisi banyak sekali lembaran perangko.

"pak, disini ada kardus berisi banyak lembaran perangko...", ucap salah satu anggota polisi.

Detektif satria dan detektif putu saling bertukar pandang. Mereka langsung mendekat untuk memeriksa langsung temuan tersebut.

"kenapa banyak sekali perangko di kardus ini?", detektif putu bertanya-tanya.

"lebih baik, kita bawa saja kardus berisi perangko ini untuk di periksa lebih lanjut. Pak, tolong bawa kardus tersebut untuk dibawah ke kantor...", perintah detektif satria.

"baik pak..."

Setelah membawa kardus itu kedalam mobil, para anggota polisi langsung meninggalkan gedung TPI karena dirasa semua barang bukti telah didapatkan.

***

" Tempat Penyimpanan Barang Bukti - Polres Metro Jakarta Pusat "

Ketika malam menyambut, kombes.pol haryo bersama para anggota tim detektif nya berada di ruang tempat penyimpanan barang bukti. Semua barang yang di sita dari gedung TPI sudah di pindahkan ke dalam ruang penyimpanan khusus.

Pandangan kombes.pol haryo mengarah kepada kardus yang didalamnya berisi banyak sekali perangko, dia mengambil satu lembar dari tumpukan perangko itu dan memberikannya kepada detektif bayu.

"bayu, bisa tolong berikan ini kepada dokter heru untuk di lakukan uji laboratorium...", pinta kombes.pol hary.

"baik komandan...", jawab detektif bayu dengan mengambil perangko tersebut dan berjalan keluar dari ruangan menuju ruang laboratorium forensik.

Kombes.pol haryo menghembuskan nafas panjang, "sepertinya malam ini kita tidak bisa pulang untuk menyelesaikan kasus ini. Waktu kita 14 jam. Bersihkan diri kalian. Kita akan begadang hari ini...!", perintahnya.

"baik komandan..."

Para anggota tim detektifnya melangkah pergi meninggalkan ruangan tersisa kombes.pol haryo yang sedang mengamati alat laboratorium beserta bahan sabu yang di sita dari gedung TPI.

~~~

" Ruang Analisis - Polres Metro Jakarta Pusat "

Malam harinya. Kombes.pol haryo bersama para anggota tim detektif nya membahas dari runtutan benang kusut untuk diambil benang merahnya, tentang kasus pembunuhan dari bapak wahyudi dan pabrik pembuatan sabu di gedung TPI.

"mari kita peruncing kasus ini...", ucap kombes.pol haryo. "siang tadi hasil otopsi dari jenazah pak wahyudi sudah keluar, dan hasil menunjukan pak wahyudi tidak melakukan bunuh diri melainkan ada pelaku yang merekayasa kematiannya dengan beranggapan korban melakukan bunuh diri...", 

"dan pembunuhan pada pak wahyudi tidak dilakukan di tempat TKP, melainkan tempat lain. Selama kalian melakukan penyisiran di sekitar gedung TPI, ada info atau saksi yang kalian dapatkan...?", tanya kombes.pol haryo.

"tidak banyak yang kami dapatkan selama melakukan penyisiran disana. Para warga tidak banyak membuka suara tentang hal tersebut, hanya beberapa warga yang mau untuk membuka suara. Menurut kesaksian, pak wahyudi dikenal sosok yang menakutkan bagi para warga karena selain pemilik gedung pelelangan ikan itu, dia juga seorang rentenir...", jelas detektif satria.

Dua orang laki-laki berumur tiga puluh lima tahun di tampilkan ke layar proyektor, "kedua laki-laki ini, mereka bernama norman dan bokir. Mereka adalah dua orang kepercayaan pak wahyudi, dari mengoperasikan tempat pelelangan ikan sampai menagihi hutang para warga, semuanya mereka yang melakukan...", jelas detektif putu.

"bagaimana dengan keberadaan mereka...", tanya kombes.pol haryo.

"kami masih belum mendapatkan info tentang keberadaan mereka sekarang. Menurut pak RT dan para warga, mereka berdua hilang tanpa kontak setelah malamnya mengirimkan beberapa mobil truk yang digunakan untuk mengangkut ikan-ikan segar. Dan hilangnya mereka sama hal nya dengan pak wahyudi, 3 hari...", ujar detektif putu.

Layar proyektor berganti dengan gambar ruang rahasia di gudang TPI, "namun dengan bukti-bukti yang kita temukan di TKP, menunjukan bahwa pak wahyudi bersama norman dan bokir. Mereka tersangka dalam pembuat dan pengedar narkoba, mereka membangun ruang bawah tanah untuk dijadikan pabrik pembuatan liquid sabu..."

Layar proyektor kembali ganti dengan gambar beberapa tanki berwarna abu-abu yang di tutup menggunakan terpal berwarna biru dongker, "lebih dari 20 tanki berisi liquid sabu yang siap untuk di edarkan. Menurut salah satu warga, dia pernah satu kali melihat beberapa orang mengangkat tanki-tangki dari dalam gedung TPI, kemudian memasukkannya ke mobil truk box...", jelas detektif putu.

"selama ini para warga tidak berani angkat bicara mengenai pak wahyudi dan apa yang dilakukannya, mereka sangat takut dan baru sekarang mengatakannya. Itu pun hanya segelintir orang yang mau buka mulut...", imbuh dari detektif putu.

Kombes.pol haryo menyimpulkan kedua tangannya sambil mendengarkan dengan seksama penjelasan dari anggota timnya, "sampai sekarang kita belum bisa memastikan, mereka pembunuh dari pak wahyudi. Jika memang mereka yang membunuh pak wahyudi, tentunya kita harus segera menemukan mereka sebelum mereka lari lebih jauh..."

"brata, informasi terkait mereka, kirim ke polisi lalu lintas. Minta mereka untuk membantu melakukan pemantauan di jalan raya...", perintah kombes.pol haryo.

"baik komandan...", jawab detektif brata.

"satria dan kau, putu. Kalian lakukan pemeriksaan di rumah milik korban dan tersangka...", perintah kombes.pol haryo.

"baik komandan...!", jawab serempak detektif satria dan putu.

Terdengar langkah kaki yang berlari mendekati ruang analisis. Pintu terbuka semua atensi beralih melihat ke pintu.

Dokter heru berjalan mendekat ke arah kombes.pol haryo sambil memberikan selembar laporan pemeriksaannya, "haryo! Kamu melihat..." beritahu yang nampak tergesa-gesa.

Kombes.pol haryo menerima laporan tersebut, "CC4. narkotika jenis baru dari golongan satu..."

Sontak kedua mata kombes.pol haryo terbelalak sempurna saat mendengar kalimat yang diucapkan dari dokter heru.

###

Tengkorak Posterior (belakang): lebih dekat ke belakang.

Tempat Penyimpanan Barang Bukti adalah ruangan atau tempat khusus yang disiapkan dan ditetapkan berdasarkan surat ketetapan oleh Kepala Satuan Kerja (Kasatker) untuk menyimpan benda-benda sitaan penyidik berdasarkan sifat dan jenisnya yang dikelola oleh PPBB.