Entah sudah berapa lama Zahra berdiam diri di bangku taman sekolah, ia hanya butuh ketenangan agar tidak salah melangkah.
«««»»»
Dalam lamunan Zahra
Bayang - bayang saat dirinya mudah dijadikan korban atas apa yang tidak pernah dilakukannya bahkan belum pernah terpikirkan untuk Zahra lakukan.
Dapat dibilang Zahra masih polos, labil,dan kekanak - kanakan kala itu. Seragam abu - abunya masih tampak kentara baru dan kaku, tapi karna sudah suratan takdir ia harus mendapat ujian di awal masa SMA -nya.Zahra hanya bisa tabah dan berusaha mengambil pelajaran dari apa yang dialaminya.
Raina, ya nama itu yang membuatnya lebih lebih dewasa diumurnya saat ini. "Terima kasih atas kebaikan plus keburukan yang kamu berikan padaku"lirih Zahra.
Hanya kata itu yang bisa Zahra ucap, karnanya ia bersyukur telah diberi pelajaran berharga dari mantan sahabatnya, ah tidak - tidak, ia tidak pernah mau menganggapnya mantan sahabat tapi Raina lah yang menginginkan dan mangatakan itu di depannya saat itu.
Zahra tidak tau berapa banyak uang yang Raina keluarkan untuk para buzzer,sampai ia terjatuh ke titik terendah dalam hidupnya.Pasalnya hampiiir 90% informasi mengenai dirinya itu salah, semua argumentasinya yang di lontarkan oleh para buzzer itu accountable.
Zahra hanya tidak paham apa salahnya dan sebesar apa,???
"Aku baru saja masuk dunia abu - abu ini ,tolong menjauhlah dari ingatanku"pekik Zahra karna sudah tidak sanggup mengingat semua itu lagi.