Farhan, Reynand's father

Rey baru saja selsai mendiskusikan masalah di kantor bersama sekertaris nya. Saat ini dia akan pulang beristirahat dari rutinitas yang membuat nya lelah. Tiga hari dia belum juga pergi menjenguk Adel, melupakan amanat Celin untuk datang ke rumah sakit jiwa.

Rey baru saja akan membuka pintu mobilnya. Dan itu terhenti ketika ia tak sengaja melihat Adel yang diam berdiri dengan nafas yang terengah seperti habis berlari. "kenapa dia disini? apa dia kabur dari tempat itu?? " tanya Rey dalam hati.

Ketika Rey sampai dihadapan Adel. Rey melihat ada bias kesedihan dimata seorang Adelle. Rey tahu, bahwa dia bersalah, Rey mungkin menyakiti hati Adel karena mengacuhkan nya. Memang dia bisa berbuat apa? membiarkan perasaannya kepada Adel tumbuh semakin besar?

Lagipula, apa yang akan dilakukannya di rumah sakit jiwa itu? benarkah tujuan nya ke rumah sakit jiwa hanya ingin menunaikan pesan Celin yang sedang berada di Prancis?. Tidak adakah keinginan lain dalam hatinya, dan itu hanya bisa dijawab oleh Rey sendiri.

Adel jatuh pingsan di pelukannya. Ia bingung harus melakukan apa. Meskipun Rey sangat ingin menyentuh wajah nya, membawanya ke dalam pelukan, dan memberikan seluruh perasaan yang berusaha Rey hindari terhadap Adel. Tetap saja saat ini dan untuk selamanya Adel terlarang untuk nya. Ada perasaan yang harus ia jaga untuk Celin.

* * * *

Rey membaringkan Adel dikasur kamarnya.

"Bi.. Bi Iis.. " teriakan Rey terhenti ketika iya tak sengaja mendengar erangan halus seseorang. Lalu selanjutnya ia mendengar suara itu terus memanggil kedua orang tuanya dan nama seseorang. Rey yakin benar bahwa diruangan itu, hanya ada dia dan Adel yang tidak sadarkan diri. "Kalau suara itu bukan suara dirinya, berarti suara itu adalah suara Adel. yaa klw tidak siapa lagi? " pikirnya. Rey langsung menghampiri Adel yang sudah bergerak gelisah dalam tidur nya. Di mobil Adel sempat tersadar, kemudian Rey menyuruh Adel untuk tidur dan beristirahat saja.

Mimpi buruk seperti biasa berhasil menarik Adel untuk terjaga. Dan hal pertama yang ia temukan setelah membuka mata adalah Rey. Akal sehatnya tidak bekerja begitu baik, karena ketegangan yang masih terasa dari alam bawah sadar tadi, membuat nya reflex menjangkau Rey dan memeluknya.

Seperti menemukan oase diruangan gelap tanpa lubang udara Adel menarik Rey lebih mendekat. Menghilangkan jarak untuk memeluknya lebih erat.

Masih belum puas mengambil seluruh kehangatan Rey, kedua bahu Adel sudah didorong tangan kekar itu untuk menjauh. Kedua mata Rey membulat dengan kemarahan serta kekhawatiran yang nyata disana. Tapi kekhawatiran itu lebih mendominasi.

"kamu.. kamu.. baik-baik aja kan? kamu gk bisu kan?.. tadi saya dengar kamu manggil-manggil orang tua dan entah satu orang lagi siapa? saya lupa!! "

Benarkah???

Yang Adel rasakan saat ini hanyalah tekanan di ulu hatinya akibat mimpi tadi. teman tidur yang tidak membiarkannya beristirahat selama tiga belas tahun berlalu.

Kemudian Adel menyandarkan kepalanya dibahu Rey. Mencari perlindungan ditempat yang tadi ia temukan. Adel lelah, sangat lelah sampai kadang ia merasa tidak ada arti untuk tetap hidup.

"kamu lagi sakit, peluk nya nnti aja yaa"Rey mendorongnya lagi, untuk berbaring. Kali ini ini Adel tak sanggup untuk menolak karena nyeri yang teramat sakit.

Adel haus, namun ia hanya diam, ia terbiasa menahan sakit sendirian. Padahal ia tak sadar bahwa Emerson selalu ada menemani nya.

"Adell... " usapan dikening Adel, membuatnya terbangun. Rey duduk di sampingnya dengan baskom yang diisi air es dan sebuah sapu tangan. selanjutnya sesuatu yang dingin, menyentuh dahinya.

Lagi dan lagi Adel kembali merasa nyaman dengan perlakuan Rey. matanya kembali terasa ngantuk dan ia kembali tertidur tanpa mimpi yang buruk. Namun dengan hangatnya sebuah genggaman.

Setelah Rey memastikan kalau Adel sudah tidur dengan nyenyak, ia melepaskan genggaman tangannya lalu keluar dari kamarnya sendiri. Ia tersentak saat menemukan Farhan berdiri tegap didepan pintu dengan mata merah menyala.

"siapa dia?? " tanya Farhan to the point.

Bukan menjawab pertanyaan Ayahnya, Rey malah menarik Farhan ke meja makan.

"papah tanya, dia siapa? "tanya Farhan kembali setelah ia duduk dan menerima segelas air hangat yang diberikan Rey.

" papah, tenang dulu dong... "

"jadi.. dia itu adik angkatnya Celin yang tinggal di RSJ... "

"jadi perempuan itu orang gila? "

"gak Pah, dia gak gila.. dia cuma tinggal disana,, karena... "

"pokoknya dia harus pergi sekarang juga... "

"papah kenapa sih, gak pernah denger penjelasan orang sampai selsai"suara Rey naik satu oktaf. Rey heran, apakah ayahnya tidak mengambil pelajaran dari penyebab istri sekaligus ibunya itu meninggal.

" Dia penderita Agorafobia, om sama tantenya yang masukin dia kesana.. "Farhan mengangguk mengerti.

" ok, kalau gitu besok sebelum jam setengah sembilan pagi, dia sudah tidak ada disini.. "

Rey terhenyak, ia pikir ayahnya mengerti.